Five Nights at Freddy's – Sister Location ©Scott Cawthon

Story (a fan-fiction) ©RizukiShizaya

.

Presented

.

Sister Location

"Dia itu anakmu! Darah daging kita berdua!"

"Tidak. Tidak mungkin! Kau bohong, bukan!?"

.

Hembusan napas cukup panjang dan terasa kegugupannya dari pria itu. Sesungguhnya ia tak perlu gugup untuk bekerja di tempat penuh kabel serta alat-alat elekrtonik ini. Pria itu sudah menguasai bidang yang sesuai dengan tempat kerjanya—bahkan melebihi, maintenance and repair.

Rasa gugupnya tak semudah itu hilang. Bukan karna ini hari pertama ia bekerja. Bukan juga karena tempat ini mempunyai reputasi yang cukup buruk. Hanya saja tempat ini, mempunyai kenangan sangat buruk tentang dirinya, teman dekatnya, yang ia tutup-tutupi.

"Selamat datang di hari pertamamu bekerja…. "

Pria itu tidak terlalu memperhatikan apa yang 'diucapkan' oleh Artificial Intelligence atau yang kita sebut kecerdasan buatan (AI). Karena ia yang merancang, membuat semua program pada HandUnit ini. Serta keypad yang muncul setelah HandUnit menanyakan nama pada pekerja malam ini, ia juga yang membuatnya dan memasang sticker bertuliskan Mike. Karena pria itu berpikir partner dari HandUnit membutuhkan nama, HandUnit and Mike ia buat untuk para pekerja baru, tidak untuk dirinya.

"Sudah error ternyata," gumamnya setelah melihat layar keypad yang 'tidak mau diam' atau yang biasa disebut juga glitch.

"Silahkan masukkan nama anda melalui keypad, dan mohon berhati-hati karena nama tidak akan bisa diubah,"

Pria tersebut berusaha menekan sebisanya, menekan huruf-huruf yang sama persis dengan namanya. Suara beep dari keypad mengiringi suara kipas pada elevator yang ia naiki, yang perlahan turun ke bawah, menuju tempat di mana seharusnya ia bekerja.

"Sepertinya ada masalah pada keypad, saya tahu apa yang anda ketik dan biarkan saya membetulkannya secara otomatis untuk anda. Tunggu sebentar,"

"Eggs Benedict?" ujarnya.

"Selamat datang, Eggs Benedict!"

"Sudah kuduga, ternyata benar apa kata mereka,"

Pria itu mendapat laporan atau lebih tepatnya rumor bahwa terjadi banyak kesalahan maupun kejanggalan terjadi di sini, Circus Baby's Entertainment and Rental. Dari gedung ini, untuk mencapai tempat di mana para robot untuk dipinjamkan harus melewati elevator menuju lantai dasar, melewati sembilan lantai pada gedung ini.

Pekerja sebelumnya bilang bahwa tak hanya HandUnit sering error karena meng-autocorret nama pekerja menjadi Eggs Benedict. Program untuk merubah suasana serta suara HandUnit pun bermacam-macam pilihan, tapi selalu Angsty Teen yang terpilih. Padahal pekerja tentu ingin mendengarkan suara wanita. Terlebih lelucon dari Angsty Teen sangat tidak lucu.

Lalu selalu memutar Casual Bongos di hari esoknya dengan tujuan menghibur pekerja. Padahal masih banyak pilihan selain Casual Bongos, musik Jazz tentu lebih cocok untuk menenangkan para pekerja.

Dan di akhir kontrak kerja selama hampir seminggu, HandUnit menawarkan beberapa hadiah. Lagi-lagi yang terpilih bukan sesuai kehendak pekerja lain, mereka semua mendapatkan Exotic Butters.

Pria inilah yang bertanggung jawab. Tapi hari ini ia hanya mengecek semua robot dan program mana yang berjalan dengan baik atau tidak.

"Untuk hari ini hanya HandUnit dan terutama Mike tidak berfungsi dengan benar, akan kuperbaiki nanti," Pria itu meninggalkan ruangan Control Module dan menuju Circus Control untuk melihat robot-Animatronic Humanoid- maskot sesuai nama tempat ini, Baby.

Pria itu menarik napasnya dalam-dalam, sedalam ia bisa. Menahan napasnya saat ia akan menekan tombol merah untuk 'menyetrum' para robot yang menempati ruangan masing-masing. Tombol merah itu bertujuan baik, namun terlihat menyakitkan. Terlebih jikalau dilakukan bertubi-tubi.

Dua kali tombol ditekan olehnya, semakin gugup. Jemarinya menekan tombol biru untuk menyinari singgasana sang maskot. Tidak ada apa-apa, tidak seperti 'kawan' yang lainnya jika sudah diberi 'setruman' mereka akan 'terbangun' dan siap untuk dipinjamkan esok.

"Kerja bagus Circus Baby, kita tahu kalau kau sangat bisa diandalkan," respon dari HandUnit setelah lampu dinyalakan. Pria itu berkeringat dingin. Bagaimana bisa kecerdasan buatan dengan segala sensornya bisa ditipu. Tidak, itu adalah respon di mana Circus Baby berada pada tempatnya. Kenyataannya ia tidak muncul.

"Ini pasti error. Kesalahan HandUnit, pasti," gumamnya gugup dan langsung kembali ke kantornya di atas sana dan pulang menuju rumahnya. Tidak ada yang senikmat menonton televisi setelah bekerja dan menyantap semangkuk pop corn.

"Clara sudah kubilang bayi itu bukan anakku,"

"Tapi Vlad, kau satu-satunya vampir yang kucinta, dan bayi itu mengubah sebotol susu menjadi abu!"

Pria yang menikmati waktu istirahatnya itu mengunyah pop corn dengan semangatnya. Menyaksikan opera sabun atau drama atau sinetron entah apa yang pemirsa suka sebutkan itu. Episode kali ini cukup menarik perhatiannya, tentang sepasang kekasih yang meributkan bayi, sang wanita ingin pria itu bertanggung jawab. Membuat mata pria itu menerawang setelah episode serial The Immortal and the Restless berakhir hari ini.

.

"Papa, kenapa kau tidak mengizinkan aku bermain dengannya? Kau membiarkan anak-anak lain bermain dengannya. Kenapa aku tidak?"

.

Pria itu terbangun dengan muramnya. Akhir-akhir ini ia bermimpi hal yang tidak menyenangkan. Seperti masalah tak berujung pada hidupnya. Ia bekerja sama dengan sahabatnya, namun ditinggal sendiri, ia dulu punya segalanya, sekarang tidak ada lagi yang harus ia pertahankan selain restoran pizzeria itu dan peminjaman robot Animatronic dan Humanoid. Demi keceriaan anak-anak ia bekerja.

Awal yang muram, dan disambut oleh pilihan otomatis dari HandUnit; Angsty Teen, membuat harinya terasa lengkap dengan nuansa suram. Suara dengan nada bicara yang datar, menjengkelkan seperti anak muda yang susah diatur nan suram. Pria itu ingat ketika mengambil contoh suara dari Angsty Teen. Suara tersebut sangat membekas, suara anak paling nakal dari pria itu.

"Ada sebuah lelucon. Katanya pernah ditemukan mayat di ventilasi ini, okay, tidak begitu lucu, itu cuma sebuah cerita,"

Sekali lagi rumor itu benar. Tapi kenapa, kenapa harus menceritakan hal yang nyata dengan berdalih itu hanya cerita lelucon? Pria itu tidak pernah memasukkan contoh suara seperti apa yang barusan terjadi.

"Tidak mungkin," ia berbisik sembari menyusuri ventilasi menuju ke ruangan Control Module. Seperti biasa, ia melakukan rutinitas untuk mengecek Ballora dan Funtime Foxy. Kejanggalan terjadi. Tidak hanya Ballora dan Foxy berdiri terlalu dekat dengan jendela pengamat, namun suara dari HandUnit; Angsty Teen berubah menjadi berat dan terus mengulang kata yang sama, kejadian itu menarik tindakan otomatis pada HandUnit untuk kembali seperti semula.

Misi belum selesai walau HandUnit kembali seperti semula sesuai yang diprogramkan oleh pria itu. Ia harus mengecek Baby karena hari ini ia telah bekerja pada restoran dan harus memeriksanya, berjaga-jaga agar ia masih dengan kondisi baik atau tidak.

Namun 'setruman' untuk membangunkan Baby tidak bekerja sama sekali. Pria itu tahu apa yang selanjutnya HandUnit katakan. HandUnit me-reboot semua sistemnya termasuk ventilasi, udara dan lainnya. Setelah semua yang bercahaya padam, suara komputer yang mirip suara wanita menyambut. Menyebutkan semua tempat terbuka karena sistem reboot dari HandUnit. Pria itu menunggu dengan sabar.

'Aku tidak mengenalmu. Kau orang baru di sini.'

Seakan terkena 'setruman' mendadak, Pria itu terkejut mendengar suara perempuan, ia menengok ke sekitarnya yang gelap, berbau usang, dan senyap. Kecuali suara perempuan tadi, seakan datang dari dalam kepalanya. Berbeda dari suara computer lainnya, ia tidak pernah mengambil contoh suara ini, namun ia pernah mendengarnya.

'Bagaimanapun. Aku ingat skenario ini.'

'Hal yang aneh untuk mau datang ke sini, aku penasaran apa yang membuat orang sepertimu kemari dan menghabiskan waktunya di tempat seperti ini,'

'Sukarela? Mungkin penasaran? Atau mungkin tidak peduli?'

Suara itu menggema, namun pria itu merasa sumber suara tersebut seakan dari pikirannya. Dan membuatnya berpikir kalau ini hanya mimpi, khayalan, tak nyata.

'Ada ruangan di bawah meja itu, seseorang sebelum kau membuatnya untuk bersembunyi dan berhasil. Aku menyarankan kau agar cepat masuk ke dalamnya. Kau akan aman di sana. Jangan pernah menatap matanya, ini semua akan segera berakhir, mereka tidak akan tertarik lagi.'

"Apa? Tunggu—jika pekerja sebelumnya pernah mengalami hal ini, dan benar-benar bersembunyi. Itu berarti…."

Pria itu langsung memasuki tempat kecil yang dimaksud tadi. Ruangan kecil cukup untuk tubuhnya, walau pintu geser dari tempat persembunyian itu banyak lubang, seakan dari luar sana dengan mudahnya bisa mengintip ke dalam.

Pria itu menyalakan senter yang ia bawa untuk jaga-jaga. Terdengar suara antar besi membentur satu sama lain dari arah ventilasi, berirama seperti suara langkah kaki. Semakin jelas, semakin dekat.

"Hello, di dalam sana~ Knock knock," muncul sebuah suara lembut, selembut suara anak kecil yang polos. Pria ini tahu, siapa yang mendatanginya. Diluar dugaan bahwa mereka memang sudah mulai melakukan hal yang janggal. Tak seharusnya ada yang berjalan-jalan seperti ini.

"Seseorang di dalam sana, bukankah dia orang yang berbeda?"

Pria itu menahan sebisa mungkin untuk tidak membuat suara balasan. Terlebih suara beberapa ketukan antara besi dengan pintu ruangan kecil ini saling memantulkan suara nyaring, seakan dia yang di luar sana mengetuk pintu dengan berirama ceria. Membuat pria itu menelan ludahnya, membuat jantungnya berdebar tak karuan, sorot matanya serta senternya mencari-cari tanda makhluk yang sedari tadi bersuara dan mengetuk pintunya lewat lubang yang tersedia.

Sebuah mata biru nan bulat sempurna mengintipnya dari balik salah satu lubang di depannya. Tidak ingin ia sia-siakan waktu dan mungkin nyawa untuk beradu tatap dengan bola mata tadi. Ia ingat suara wanita yang menganjurkannya masuk ke bawah meja ini; jangan sampai menatap matanya. Pria itu mengecek napasnya, mencubit pipinya, jaga-jaga kalau ini mimpi atau kenyataan bahwa dia masih hidup.

Siapa tahu kalau kau bertatap matanya walau sekejap seperti tadi, kau sudah tinggal nama atau menjadi batu. Seakan bertemu Basilisk atau Medusa misal.

Tidak lama setelah itu, pintu di depannya bergerak, terbuka perlahan. Pria itu tidak mau kalah, nalurinya berkata agar tetap sembunyi, dan menutup rapat pintu ini.

Jangan sampai Bidybab masuk, pikir pria itu. Ia yakin dengan mata tadi dan suara kekanak-kanakan tersebut.

Tak berselang lama, Bidybab mengucapkan sesuatu yang membuat sang pria penasaran.

"Dia mengawasi kita, kita akan bertemu lagi~"

Teror pun berakhir—mungkin baru permulaan. Pria itu baru saja bernapas lega setelah mendengar langkah besi Bidybab menjauh. Walau ia yang menciptakan, tidak ada alasan untuk tidak takut pada apa yang ia ciptakan. Karena yang ia ciptakan bukan hanya sekedar robot yang dilengkapi kecerdasan buatan. Ia membuatnya bersama dengan dia, yang tidak mau ia ingat lagi kejadian itu.

Dan suara wanita itu muncul lagi, memberi tahu pada pria itu agar tidak mempercayai HandUnit saat menyuruhnya memasuki ruangan Breaker Room melewati Ballora Gallery dengan secepatnya karena Ballora tidak akan kembai ke tempat di mana dia seharusnya menari. Tentu pria itu lebih memilih mempercayai HandUnit karena dia ciptaannya dan pembantu para pekerja di sini. HandUnit tidak bisa mengatasi sabotase yang entah apa penyebabnya ini, sehingga beberapa sistem harus restart secara manual pada Breaker Room.

Restart manual memang harus dilakukan oleh manusia, dan yang sedang bekerja pada shift malam ini. Pria itu menuju Ballora Gallery seperti yang HandUnit sarankan agar tetap membungkuk dan segera cepat menuju Breaker Room dan jangan sampai mengganggu Ballora. Lalu HandUnit sementara waktu dimatikan agar tidak mengganggu atau menciptakan kejadian yang tidak diinginkan.

Pria itu memasuki ruangan sang balerina, Animatronic Humanoid yang cukup tinggi karena ia selalu berdiri atau berjalan dengan ujung jari kaki saja yang berjejak. Dengan cepat ia bergerak menuju pintu di seberangnya. Sinar remang-remang menghiasi pintu masuk Breaker Room, tak lupa poster Funtime Freddy tertempel pada daun pintu tersebut.

Tak hanya sinar untuk pintu Breaker Room yang samar-samar terlihat, namun melodi indah juga samar-samar terdengar. Pria itu mencoba berhenti saat suara melodi layaknya kotak music semakin dekat. Ia sekarang percaya apa yang dikatakan suara wanita itu benar. Ballora tidak berada pada tempatnya, dalam arti dia sedang aktif dan berjalan-jalan. Ballora bereaksi dengan suara yang pria itu buat; langkah kakinya. Karena mata Ballora lebih sering tertutup.

Suara melodi yang sangat indah itu menjauh, saatnya untuk pria itu melanjutkan langkahnya, namun perlahan. Mencoba agar tidak memancing Ballora menghampirinya. Pria itu tidak ingin pekerjaannya tidak selesai hanya karena sesosok balerina menangkapnya.

"Sepertinya anda menghabiskan waktu terlalu lama, dimohon untuk bergerak cepat dan secara diam-diam sebisa mungkin," HandUnit mengagetkannya.

'Aku sedang berusaha!' pria itu menggerutu dalam hati karena suara HandUnit tiba-tiba muncul dan menyarankan sesuatu yang tak perlu untuk diingatkan lagi.

Langkah kakinya ia percepat sedikit. Menajamkan indera pendengarnya, berjaga-jaga kalau kotak musik berjalan itu menghampiri.

Denting-denting irama yang indah semakin jelas terdengar, sangat jelas, di saat jarak antara pria itu dengan pintu Breaker Room tak jauh lagi. Terlihat sosok tinggi yang melintas sembari berputar-putar. Ballora melintas di hadapannya, perlahan tapi pasti berlalu.

Jujur, pria itu menahan napasnya sejenak, takut kalau Ballora mendengar napasnya menderu gugup.

Setelah berhasil melewati Ballora. Kini ia berada dalam Breaker Room yang penuh dengan kabel, tombol, dan lampu yang tidak terlalu berfungsi dengan benar. Semua lampu berkedip, tidak ada yang berfungsi dengan baik.

"Setidaknya monitor satu ini berfungsi dengan benar," pria itu bernapas lega.

Ia menekan layar monitor untuk me-restart secara manual sistem per-ruangan. Saat satu ruangan sudah selesai, ia mendengar suara Freddy, dan benar saja Freddy sudah berdiri di hadapannya, dengan tangan yang berhias boneka tangan Bonnie. Pria itu langsung menyalakan suara maskot; Baby.

"Kembalilah ke panggungmu, semuanya baik-baik saja," ujar rekaman dari suara maskot.

"AHAHAAHA, aku tahu kau ada di sana!" sungguh suara jenaka namun sekaligus menyebalkan untuk didengar, ya, itu suara Freddy.

Pria itu melanjutkan pekerjaannya, namun Freddy tetap mengganggunya. Dengan suara yang terkadang berulang menandakan suara Freddy ada kerusakan pada pemutar suaranya. Memang Freddy sedang bermasalah karena itu untuk sementara sesuai utusan pria itu, Freddy ditempatkan di sini, menunggu teknisi membenarkannya. Bisa saja pria itu yang membenarkan, namun ia punya bawahan lainnya.

"Hey, Bonbon! Aku ra-rasa ada anak yang berulang tahun di sana-na, kita harus memberinya kejutan!"

Tinggal satu ruangan tersisa untuk di-restart namun Freddy mendekat. "Semuanya baik-baik saja, ayo kita kembali tidur," ini seperti menemani anak kecil bermain 'Tuan Daruma Terguling', Freddy yang menjadi Daruma, pria ini yang menjadi setannya. Tapi tidak bisa Freddy dijadikan setan, di dalam gelap ia berpindah walau pria itu menatapnya, dan tentu dia tidak pantas untuk berjaga sebagai setan, curang tapi demi keselamatan.

Setelah selesai me-restart semuanya. Pria itu bisa pulang dengan tenang asalkan ia melewati Ballora Gallery dengan hati-hati. Tentu ia harus kembali ke sana, tak ada jalan lain selain melewati balerina itu.

"Apa ada orang di sana?" suara wanita anggun bergema, memantul di dalam ruangan yang gelap. Pria itu ingat suara yang menyapanya itu. Tapi ia tidak pernah ingat memasukan contoh suara atau pun respon kata-kata seperti ini untuk Ballora. Pikirnya mungkin ini perbuatan teknisi lain atau orang yang meminjamnya. Ya, Ballora terkadang dipinjam untuk… keperluan pribadi—Baby juga.

"Sudah waktunya untuk pertunjukan?" pria itu berjalan perlahan. Demi keselamatan dirinya untuk sampai ke rumah. "Aku mendengar seseorang mengendap-endap melewati ruanganku," pria itu berhenti melangkah sejenak setelah mendengar ucapan tadi, menelan ludahnya, sedikit peluh bercucuran di dahinya.

"Mungkin… tidak," pria itu menghela napas lega, namun tetap berjalan pelan asal selamat.

.

Pria itu setidaknya menikmati episode baru dari serial drama di waktu istirahatnya. Melalui layar ia terhibur, menikmati pop corn, dan mengingat sesuatu.

"Sepertinya drama ini mirip…. " matanya menerawang. Ia tak peduli dengan televisinya yang menampilkan statik, pertanda acara telah berakhir.

"Papa, kumohon biarkan aku bermain dengannya! Dia sangat cantik dan bersinar! Bukankah kau membuatnya hanya untukku?"

"Ah, aku harus tidur," ujarnya sembari memijit kepalanya.

.

Ditemani Casual Bongos, pria itu menunggu sampai elevator berhenti di tempat tujuan. Setidaknya ia terhibur oleh musik Casual Bongos dan HandUnit yang mengumumkan bahwa gajinya akan dikurangi karena kejadian kemarin. "Ah, aku harus membetulkan yang satu ini," ia terkekeh sejenak sebelum merangkak ke dalam ventilasi.

Di saat merangkak, HandUnit memberitahukan bahwa hari ini Funtime Freddy gagal diperbaiki dan harus melepaskan sumber daya dari Freddy. Dan membutuhkan tujuh sampai delapan minggu untuk membetulkannya. "Haah, pengeluaran lagi, masalah lagi," keluhnya sebagai pemilik.

Seperti biasa, mengecek Black Swan; Ballora untuk persiapan besok.

Di saat pria itu menyalakan lampu, terlihat di atas panggung Ballora sana ada Minireena lengkap dengan Ballora, namun badan Ballora tidak lengkap maupun utuh. "Apa!?" aku bertanya-tanya apa ada yang iseng melakukan itu atau ada kesalahan program pemasangan. Karena pria itu tidak dapat menemukan Endoskeleton atau tubuh inti bagian dalam Ballora.

HandUnit menganggap normal karena sensornya 'melihat' Ballora ada di atas panggung bersama Minireena. "Tunggu—" pria itu ingin protes namun saat mengecek Funtime Foxy, ia tidak ada pada panggungnya berada. Namun sekali lagi HandUnit meresponnya seakan Foxy berada di tempatnya. Sama seperti hari pertama pada Baby.

HandUnit menambahkan bahwa tidak perlu mengecek Baby malam ini. Dan menyuruh pekerja langsung menuju Funtime Auditorium pada sebelah kanan. Pria itu heran, HandUnit menyarankan agar tidak mengecek Baby namun ventilasi menuju Baby terbuka lebar.

Tanpa pikir panjang, pria itu menuju Circus Gallery.

Gelap gulita. Tidak bisa menyalakan satupun cahaya kecuali senter miliknya. Pria itu mengikuti nalurinya, pasti ada sebab ventilasi itu terbuka, walau HandUnit tidak menyarankannya.

Pria itu memasuki ruangan di bawah meja seperti saat hari ke dua ia di sini. Menutup pintunya dengan menggesernya perlahan, menimbulkan suara decitan besi karat. Ia menunggu, tidak tahu apa. Mungkin saja Bidybab yang datang.

"Apa kau tahu aku pernah di atas panggung sekali? Kejadiannya belum lama ini,"

Pria itu tidak kaget dengan suara wanita ini yang muncul lagi. "Hanya sehari, waktu itu hari yang indah,"

"Saat itu aku sedang berada di ruangan kecil berhiaskan balon-balon dan ada beberapa meja dan kursi,"

"Tidak ada yang duduk di ruangan itu, tapi anak-anak berlarian keluar masuk,"

"Ada yang takut padaku, yang lainnya menikmati lagu-laguku, musik selalu datang dari suatu tempat. Tapi dari semua itu, aku akan selalu menghitung semua anak-anak, aku tidak tahu kenapa,"

"Dan aku selalu sadar ada berapa anak di ruangan ini bersamaku, dua, lalu tiga, lalu dua, lalu tiga, lalu empat, lalu dua, lalu tidak ada…."

"Mereka biasanya bermain bersama membentuk sebuah grup berdua atau bertiga."

"Seluruh tubuhku bersinar, bauku seperti kue ulang tahun. Lalu ada dua anak, lalu tiga, lalu lima, lalu empat… aku bisa melakukan hal spesial,"

"Apakah kau tahu itu?"

"Aku bisa membuat es krim!"

"Pernah kulakukan sekali,"

"Saat itu ada empat anak, lalu tiga, lalu dua, lalu satu."

"Sesuatu terjadi saat anak itu sendirian, seorang anak kecil perempuan, berdiri sendirian,"

"Saat itu, aku bukan diriku sendiri. Aku berhenti bernyanyi,"

"Perutku terbuka, dan di sana ada es krim, aku tak bisa bergerak sampai anak kecil itu mendekatiku,"

"Saat itu ada yang berteriak sesaat, hanya untuk sesaat. Dan ada anak-anak berlarian, tapi mereka tidak dapat mendengar teriakan tersebut karena kegirangan-keceriaan mereka sendiri,"

"Terkadang aku masih mendengar-nya. Kenapa itu terjadi?"

Pria itu tidak dapat berkata apa-apa. Ia lebih memilih melupakan sesi curahan hati barusan dan melanjutkan perjalanan ke ruangan Parts and Service melalui Control Module dan Funtime Auditorium.

Saat memasuki Funtime Auditorium HandUnit menyarankan agar tetap gelap dan tidak menyalakan lampu senter, karena Foxy sedang aktif.

Pria itu tidak mempercayai HandUnit lagi, dan berjalan untuk menuju Parts and Service agar ia dapat mematikan mesin Freddy secara permanen.

.

Saat memasuki Parts and Service, pria itu langsung bertatapan dengan Freddy yang sudah kehabisan tenaga, duduk tegap di atas mesin penghantar yang sedang di-nonaktifkan. Pria itu sedikit lupa langkah-langkah membuka cangkang Freddy. Beruntung HandUnit memberitahunya.

Setelah menekan urutan tombol yang benar, dan sumber daya untuk Freddy bergerak telah diambil, kini giliran 'boneka tangan' bernama Bonbon siap untuk dimatikan. Tidak disangka Bonbon bisa bergerak; bermain petak umpet persama pria itu di belakang tubuh Freddy yang cukup besar.

Pria itu paham Bonbon tidak suka disorot langsung oleh cahaya, dengan sabar pria itu menunggu dan menekan tombol hitam seperti kancing pada tubuhnya. Selesai sudah tugas utama hari ini, pria itu bisa pulang; atau mungkin membetulkan HandUnit, namun tidak ada waktu tersisa. Ia pun harus kembali berpapasan dengan Foxy.

Disaat berjalan perlahan untuk keluar dari Funtime Auditorium, pria tersebut merasakan hal yang janggal. Ia menyorot sesekali namun tak ada Foxy sama sekali. Terlalu senyap, tidak seperti awal ia memasuki ruangan ini. Ia berjalan dengan penuh waspada, sampai ia menabrak sesuatu.

"Ah, ini dia pintu keluarnya,"

Tapi yang terakhir ia rasakan dan ia dengar adalah teriakkan yang begitu kencang dan rasa sakit karena benturan pada kepalanya. Dan semuanya menjadi gelap.

.

To be continued.