Innocences and Their Lifes

D. Gray-Man © Hoshino Katsura

This story's idea © Tauries4597

Summary: Bagaimana kalau para Innocence itu hidup? Bagaimana kalau mereka tidak perlu adanya exorcist untuk menggunakan mereka; kekuatan mereka adalah milik mereka dan mereka bisa memakainya sesuka hati? Dengan setting saat mereka masih dalam wujud Cube, atau anggaplah Cube itu tempat tinggal mereka, inilah kisah mereka yang selanjutnya menjadi milik para exorcist kelak.

Warning: maybe OOC, all of them are OCs, a little romance, some humors, some actions, rating T, berniat tidak ada pair (tapi terserah reader mau diapakan setiap tokoh disini), semua ide untuk main-main~!

.

[Chapter 1: Prologue]

.

"Hoahm, pagi ini memang cerah tapi aku masih ngantuk." gumam seorang laki-laki berambut merah dengan eyepatch berwarna hitam. Dengan mata yang masih setengah tertutup, ia berulang kali menguap menahan kantuknya.

Laki-laki ber-eyepatch itu berjalan menuju kantin yang berada tidak jauh dari kamarnya. Dengan malas, ia mengambil makanan yang sebelumnya telah ia pesan dan duduk disamping seorang perempuan yang tengah menyantap makanannya. Melirik sebentar, laki-laki itu segera meletakkan makanannya dan mengatupkan kedua tangannya; berdoa dan bersyukur atas makanannya.

Laki-laki itu setidaknya hendak menyantap makanannya hingga perempuan yang duduk disampingnya terkekeh pelan.

Dan ketika laki-laki itu benar-benar menatap sang perempuan, rona merah diwajahnya perlahan muncul dan ia bisa merasakan bahwa kantuknya lenyap saat itu juga.

"Masih ngantuk, eh, Hammer? Ufufu." Dan kalimat dari sang perempuan membuat wajah laki-laki itu semakin memerah.

Saat itu juga, Iron Hammer, merutuki nasibnya yang tampak menyedihkan didepan seorang lady. Yah, setidaknya itulah yang woman hunter itu pikirkan hingga ia pun menggaruk-garuk kepalanya meski tidak merasa gatal.

"Hehehe, yah, misi kemarin benar-benar memakan tenagaku, Dark." ujar Hammer dengan cengiran khasnya dan itu segera menghentikan tawa sang perempuan; digantikan dengan senyum manis yang selalu terpampang di wajahnya yang oriental

Dark Boots, perempuan keturunan setengah China setengah Jepang, tampak melebarkan senyumnya ketika ia melihat rekan setimnya terlihat salah tingkah. Sudah kebiasaannya untuk berdiri menonton kebiasaan Hammer ketika ia berusaha menembak wanita siapapun yang ia temui. Dan ketika laki-laki itu ditolak dengan epiknya, itulah hiburan tersendiri untuk Dark Boots.

Oh, dan perlu ditekankan disini, Dark Boots sudah berulang kali menjadi 'korban rayuan' sang Innocence yang berwujud palu itu sampai ia sendiri merasa bosan. Iron Hammer pun merasakan hal yang sama. Yah, walau alasannya untuk tidak merayu rekannya yang manis itu bukanlah karena bosan, melainkan salah satu rekannya cukup merasa terganggu acap kali ia merayu Dark Boots.

Rekannya yang menjadi kapten di timnya itu. Rekan yang bisa melakukan apa saja, Innocence yang spesial dengan kemampuan menyerang maupun menyembuhkan yang nyaris sempurna selalu membuatnya berpikir 'apa rekannya itu bisa mati?'.

Dan ketika ia berpikir begitu, pasti laki-laki yang sama-sama oriental seperti Dark Boots akan mengarahkan pedang miliknya ke leher Iron Hammer.

Sejenak Iron Hammer menggigil dan tampak tanda tanya besar muncul diatas kepala Dark Boots. Sesaat kemudian Hammer menoleh kebelakang dan benar saja ia menemukan laki-laki yang keturunan Jepang itu. Dengan kotak kayu yang sebelumnya dipenuhi dengan mie soba, laki-laki berambut hitam panjang itu tampak menatap tajam kearah Hammer sebelum akhirnya meletakkan kotak kayunya di tempat piring kotor dan berjalan meninggalkan kantin.

"Ah, aku sudah meletakkan misimu selanjutnya didepan kamarmu, Mugen! Jangan lupa, ya!"

Kalimat yang meluncur dengan santainya dari mulut Dark Boots yang diakhiri dengan lambaian tangan sang perempuan dan anggukan dari yang dimaksud sukses membuat senyuman lega terkembang di wajah Iron Hammer. Memang untuk Innocence yang satu itu, Iron Hammer akui sangat sulit ia dekati. Meski Hammer akui betapa manisnya wajah Mugen untuk ukuran seorang laki-laki, ia tidak habis pikir dengan sikapnya yang dingin dan, err, sadis? Jangan salahkan dirinya yang setiap kali 'strike' selalu mendapatkan pedang yang sangat tajam sudah berada tepat dibawah lehernya.

Eh, itu salahnya juga, ya?

Bisa dibilang karena sifatnya yang tampak seperti lone wolf, Iron Hammer akui bagaimana bisa kapten timnya sangat dekat dengan Mugen itu. Kaptem tim yang lebih muda 2 tahun darinya maupun Dark Boots dan lebih muda 3 tahun dari Mugen itu tampak sering berdua dengan Innocence berwujud pedang tersebut. Dengan pakaian yang serba putih, kapten timnya itu tampak mengobrol dengan santainya, yah, sampai kaptennya dan Mugen saling mengacungkan pedang.

Oh, kaptennya juga Innocence berwujud pedang, hanya saja ukurannya jauh lebih besar dari Mugen.

Kapten yang bisa dibilang cukup naif dan bersifat layaknya anak-anak ketika ia tidak dalam misi membuat Iron Hammer menyayangi sang kapten seperti adik sendiri. Walaupun ia juga sering mengerjai kaptennya dan sering kali diakhiri dengan dirinya yang meringkuk di pojokan dengan tangan kiri sang kapten yang sudah seperti cakar besi teracung begitu saja didepannya.

"Hei, Hammer," Hammer segera menoleh kearah Dark Boots yang memanggilnya. "Tumben sekali dia belum datang ke kantin padahal sudah jam segini, ya?" tanya Dark Boots sembari melipat kedua tangannya diatas meja, tampak tidak ingin meninggalkan tempatnya meski ia sudah selesai makan

Satu alis Iron Hammer terangkat, heran."Oh? Dia belum datang? Padahal sudah hampir jam 9, ya?" Dark Boots mengangguk tanda membenarkan. "Hm, mungkin dia juga telat bangun sepertiku? Dia kan kapten jadi tidak aneh kalau dia dapat misi yang sama-sama berat denganku—atau malah lebih berat dari bagianku? Entahlah." Dan kalimat sekenanya dari Hammer itu pun diakhiri dengan dirinya yang segera menyantap makanannya sedangkan Dark Boots mengangguk lagi hingga ia memutuskan untuk meninggalkan kantin

Sedetik kemudian setelah Dark Boots mencapai pintu kantin, ia menemukan dirinya berdiri dihadapan orang yang sebelumnya ia bicarakan.

Sang kapten timnya yang kini tersenyum manis didepannya. Dengan rambut putih yang sedikit berantakan, Dark Boots menyetujui pendapat Iron Hammer kalau kaptennya pun telat bangun karena... kecapean?

"Oh, pagi, Crown. Kamu juga telat bangun, eh?" sapa Dark Boots agak kaget namun tetap dengan senyum yang selalu ia pasang diwajahnya

Dan kapten timnya, Crown Clown pun mengangguk membenarkan. "Yah, misi kemarin benar-benar panjang. Aku tidak mengerti kenapa Heart memberiku tugas yang kelewat lama begini." sahut Crown dengan tangan kiri mengelus bagian belakang lehernya, tampak jelas kalau ia masih kecapean meski ia tidak pernah melunturkan senyumannya. "Setidaknya aku bersyukur masih bisa kembali kesini."

Tambahan dari Crown Clown sukses membuat tawa kecil keluar dari bibir manis Dark Boots. Dengan mengangguk tanda mengerti, perempuan Asia itu berjalan melewati kaptennya lantas menepuk bahu kirinya. "Jangan terlalu memaksakan diri, kapten."

Melihat Dark Boots berjalan meninggalkan dirinya, Crown pun melangkahkan kakinya menuju counter tempatnya mengambil makanan yang sama seperti Iron Hammer, telah ia pesan sebelumnya. Bedanya, jumlah pesanan Crown Clown itu ultimate banyaknya. Dengan tempat duduk yang tepat didepan Iron Hammer, ia meletakkan makanannya secara teratur sebelum akhirnya ia mulai menyantapnya.

Tentu diiringi tatapan takjub dari Iron Hammer yang duduk didepannya.

"Wah, porsi makananmu memang amazing, Crown. Apa segitu benar-benar muat di badanmu? Dan kenapa kamu selalu tampak kurus meski makananmu sebanyak itu?" tanya Hammer tidak habis pikir sedang yang dimaksud hanya tertawa kecil

"Hehe, sebenarnya ini belum cukup," Hammer bisa merasakan rahangnya jatuh begitu saja. "Tapi, yah, kurasa aku sedang tidak enak badan jadi tidak mau memesan lebih dari ini."

Lebih dari ini. Lebih dari satu meja panjang yang bisa dipakai untuk meletakkan sekitar 100 piring omelette dengan segelas minuman di masing-masing porsi. Memang Hammer akui biasanya Crown itu memesan sampai tiga kali porsi makanan yang jumlah memenuhi meja panjang itu, tapi tetap saja.

"W-wah, aku tidak tahu harus ngomong apa." Hammer segera membereskan sisa makanannya dan ketika ia setengah berdiri, Hammer menambahkan, "yah, kalau kamu memang merasa tidak enak badan, hari ini bisa kamu pakai buat istirahat."

Crown yang tahu kalau dirinya adalah Innocence termuda hanya bisa mengangguk mengerti akan nasehat rekannya. Dengan tangan melambai kearah Hammer yang meninggalkan kantin, Crown Clown pun melanjutkan makannya.

"Istirahat, ya? Rasanya aku tidak bisa melakukannya." gumam Crown pelan sembari mengeluarkan secarik kertas yang tampak tertulis sebuah kalimat.

Ya, hanya sebuah kalimat tapi sangat berat maknanya bagi Innocence yang serba putih itu. Secarik kertas kecil yang menerangkan misinya dan itu harus ia laksanakan malam itu juga.

Membaca kalimat itu sekilas, Crown pun menghela nafas pasrah lantas kembali menyuapkan makanannya ke mulutnya.

'Hari yang panjang, hm.'

.

To be continued

A/n:

Akhirnya di publish juga cerita nista ini. Bagi para penggemar D. Gray-Man, mohon maaf atas cerita yang rada(?) ngaco ini. Berkata mendem di fandom personifikasi sebelah, entah kenapa pengen juga buat versi D. Gray-Man~! *insertemoticonlovelovehere*

Untuk pembuatan sifat para Innocence, aku tidak begitu membedakan dengan sifat para tekigousha (Innocence holder) sendiri, begitupun dengan imej mereka yang kalau seandainya adalah 'manusia'.

Well, kalau ada yang mau ditanyakan, kritik, dan saran, saya buka tangan ini untuk coretmemelukAndacoret menerima semuanya. Kalau mau flame, jangan yang panas-panas ya karena aku udah hot~ *winks* *dilempar buku kanji yang tebelnya naudzubillah*

Akhir kata,

Tauries4597, salute!

[Tanggal pembuatan: 28 Februari 2016]