Disclaimer: Death Note by OHBA Tsugumi and OBATA Takeshi.
Chapter 1
Tokyo Drift Addict (?)
Near mengatakan bahwa L yang saat ini, Light-kun, adalah Kira. Dan L yang dulu juga pernah berpikir seperti itu. Kebingungan meliputi Aizawa, antara ingin mempercayai siapa: Near atau Light yang telah lama dikenalnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menemui Near di markas SPK tanpa sepengetahuan Light maupun anggota kepolisian Jepang lainnya. Sesuai dengan kesepakatan, siang itu Aizawa menunggu di tepi jalan raya kota. Sesekali ia menengok jam tangannya. "Near menyuruhku menelepon dari sini pukul 3 nanti," pikirnya.
Sepuluh menit berlalu. Dua puluh.. tiga puluh.. empat puluh… "Ini benar-benar menyita waktuku," gerutunya. Sebenarnya ia bisa saja berjalan-jalan dahulu di sekitar. Toh, di dekat jalan raya tersebut terdapat pusat perbelanjaan yang ramai. Tapi karena dedikasinya yang tinggi untuk menangani Kira, ia melupakan semua hiburannya. Melihat pusat perbelanjaan tersebut dari kejauhan, Aizawa teringat akan keluarga yang telah lama ditinggalkannya di Jepang. Ia membayangkan.. oleh-oleh apa yang akan dibawakannya untuk istri dan putri tunggalnya sekembalinya menangani kasus Kira.
Namun segera ditepisnya pikiran itu. Sedih dan rindu memang. Tapi apa dikata, sekarang konsentrasinya harus hanya terpusat pada Kira. Ia berani meninggalkan keluarga yang sangat dicintainya, juga berarti harus berani mempertaruhkan nyawa untuk kasus ini.
Segera diliriknya kembali jam tangan itu. Jam menunjukkan pukul tiga kurang lima menit. Ketika dirinya akan memasuki boks telepon terdekat untuk menghubungi Near, meluncurlah sebuah sedan silver ke arahnya.
"Brrum, bruum."
Aizawa tertegun sejenak ketika sedan itu melakukan drift gila-gilaan dan remnya berdecit, "Ciiit!" Sebagian dari dirinya berkata, "Ah! Sedan silver itu. Aku ingat pernah melihatnya di pameran beberapa hari yang lalu. Ini adalah mobil yang sangat berkelas… Sungguh, be-betapa bagusnya kendaraan ini! Istri dan putriku akan senang sekali bila aku membawakannya sebagai oleh-oleh…" Namun sebagian dari dirinya yang lain menungkas cepat, "Tidak. Aku tidak boleh memikirkan mereka sekarang." Aizawa menyakinkan dirinya.
"Srr," Kaca mobil itu terbuka. Seseorang berjas yang berada di dalamnya menyerahkan sesuatu yang mirip dengan sunglass. "Saya Gevanni dari SPK. Silakan naik! Ini…" Kemudian Aizawa mengenakannya.
Gelap.
Tunggu… Ini penutup mata, batin Aizawa.
"Bukan sunglass. Tapi penutup mata ya..?"
"Maaf, tapi kami belum benar-benar mempercayai Anda. Ini untuk mencegah agar kejadian lalu tidak terjadi lagi."
Aizawa sedikit kaget dengan pernyataan orang yang mengaku bernama Gevanni ini. Dia pun membalasnya.
""Belum mempercayai" ya… Saya juga. Soal Mogi, Near mengatakan bahwa Mogi sudah meninggal, padahal ia masih hidup. Dan tadi… Near menyuruh saya untuk meneleponnya pukul 3. Tapi ketika akan meneleponnya, kau datang. Bukankah itu suatu penipuan? Ini semakin menyakinkan saya untuk belum mempercayai SPK sepenuhnya."
"…" Yang dibalas tidak bergeming.
Hah! Skak mat! seru Aizawa dalam hati.
Setelah itu sedan yang ditumpanginya bergerak zig-zag secara tiba-tiba, membuat dirinya terguling-guling di jok belakang.
Gevanni…diam-diam menghanyutkan!
Tiga jam kemudian…
Sedan itu telah berhenti.
"Ciiiiiiiiiiiit!" Dengan drift yang semakin gila-gilaan tentunya, yang dirasa
Aizawa sebagai pembalasan dendam yang (tidak) diungkapkan. Sejujurnya Aizawa merasa sedikit mual akibat "perjalanan" tadi. Namun demi profesionalitas, ia bertahan.
"Klek." Aizawa mendengar pintu di sampingnya terbuka.
"Mr. Aizawa, sudah sampai." Gevanni yang membukanya. Ia menuntun Aizawa yang berada di depan pintu markas SPK.
"Klang!" Suara pintu besi yang dibuka. Tampaknya pengamanan di sini sangat ketat…egh, seketat tangan yang mencengkeram lenganku ini! batin Aizawa. Aizawa memberanikan diri untuk bertanya.
"Ehm, maaf. Anda dendam (padaku)?
"… Tidak. Tidak juga. Perkataan Anda tadi…sedikit banyak benar. Kami protektif terhadap segala hal –dalam hal ini- segala hal yang menyangkut penyelidikan terhadap Kira. Saya minta maaf apabila Anda merasa tidak nyaman," jawab Gevanni sopan.
"Begitu. Lalu…cara mengendarai seperti itu…bukankah itu sama sekali SANGAT tidak protektif?" ujar Aizawa mengingat dirinya terombang-ambing di dalam mobil bak ikan asin di atas jet-ski (Hah? Memangnya ada?).
"Oh… Itu masalah yang berbeda…" ucap Gevanni pelan. (Berhubung kedua mata Aizawa masih ditutup, penulislah yang akan mendeskripsikan keadaan di sekitar Aizawa termasuk ekspresi orang di sekitarnya) Wajahnya sedikit terlihat…memerah? "…Mr. Aizawa, Anda berasal dari Jepang 'kan?" ia melanjutkan.
"… Ya. Tapi tidak ada hubungannya 'kan?" tanya Aizawa curiga.
"Tentu. Ini tidak ada hubungannya dengan penyelidikan Kira," gumamnya.
"Bukan itu…maksud saya: Saya yang berasal dari Jepang ini tidak ada hubungannya dengan caramu mengendarai mobil 'kan?" terang Aizawa frustasi. Semakin frustasi saja karena penutup matanya belum boleh dilepas.
"Oh, maaf. Ya, tentu saja ada… Tokyo Drift," sahut Gevanni singkat. Terdengar nada riang dalam suaranya.
Langkah-langkah kaki mereka yang terketuk-ketuk sepanjang lorong terhenti sejenak. Khususnya langkah kaki Aizawa.
"A-apa?" Dahinya mengernyit, meminta penjelasan atas segala ketidakjelasan fan fiction ini.
"Ya, Tokyo.. Tokyo Drift. Tokyo berada di Jepang 'kan? Saya rasa Anda pasti tahu sekali tentang film ini. The Fast and The Furious: Tokyo Drift!"
Di sini suaranya terdengar bersemangat. Sangat.
"DK..Takashi benar-benar orang yang hebat! Mengemudikan mobil seperti itu.. merupakan cita-cita kedua saya setelah menjadi anggota SPK," tuturnya dengan mata berbinar…khas mata anak perempuan di komik-komik Jepang. Aizawa yang mendengarnya hanya bisa melongo saking herannya. Pantas saja sedan itu nge-drift terus sepanjang perjalanan…pikirnya.
"It's very fantastic! Apakah Mr. Aizawa pernah bertemu dengan DK –dia sudah mati sih di film itu, tapi saya yakin dia masih hidup- ? Bagaimana dengan Lancer Evo VIIInya? Lalu, menurut Anda bagaimana kemampuan saya dalam melakukan drift sepanjang perjalanan tadi? Apakah sebaik DK? Atau Sean? Mungkin sedikit kacau ya…tapi saya senang bisa melakukannya… Uh, maaf, apakah saya terdengar cerewet? Mr. Aizawa..?"
Sempurna. Aizawa merasa beruntung. Sedikit. Setidaknya penutup mata yang dikenakannya melindungi kedua matanya dari "banjir bandang" yang disebabkan oleh Gevanni (tahu 'kan?). Ia dapat merasakan dirinya basah kuyub –dari ujung rambut (kecuali kedua matanya) sampai ujung kaki-. Orang ini… benar-benar diam yang menghanyutkan! Seram! gigil Aizawa.
Ketika akan mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bertemu dengan DK –atau siapa itu- , tidak pernah melihat Lancer –evo entahlah- , dan kemampuan driftnya yang super-payah itu, Aizawa mendengar seseorang yang berada di balik pintu di hadapannya berkata, "Biarkan mereka masuk!" sehingga menghentikan percakapan mereka.
(lagi-lagi) "Klang!" Suara pintu besi yang dibuka.
"… Aizawa-san!" Suara ini begitu familier… Aizawa tersentak.
"Mogi!"
Ia begitu senang mendengar kembali suara rekannya, sampai sebuah suara tak dikenal menyela.
"Salam kenal, Mr. Aizawa! Saya Near."
(bersambung)
Cerita ini terinspirasi waktu aku baca ulang Death Note 10 page. Oneself.
Terima kasih bagi yang sudah membacanya! :)
