Flower, Harmony, and Nunbucheo
Chapter 1
KIM MINGYU X JEON WONWOO (MEANIE)
SEVENTEEN PLEDIS
WARNING! Genderswitch!Uke
Happy Reading ^^
" Kau tidak bisa memberikan sembarang bunga ke setiap orang, karena setiap bunga memiliki artinya sendiri. Dan bunga adalah pilihan setiap orang untuk mengungkapkan suatu hal yang sulit diungkapkan dengan kata."
-Flower, Harmony, and Nunbucheo-
"Pagi Wonwoo-ya.." Sapa seorang yeoja mungil berambut pink pada yeoja tinggi bersurai hitam legam yang melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas.
"Pagi Jihoonie, kau terlihat.. gembira?" Tanya yeoja tinggi bernama Wonwoo pada Jihoon.
"Hmm benarkah? Aniyo, aku hanya sedang bersemangat saja hari ini." Balas Jihoon.
"Jinjja? Baguslah, telingaku bisa beristirahat dari segala gerutuanmu yang tidak ada habisnya itu hahaha." Wonwoo tertawa mengejek dan segera duduk di kursinya yang tepat disebelah Jihoon.
"Yak Jeon Wonwoo! Maksudmu aku ini berisik hah?!" Wonwoo yang mendapatkan tatapan mengerikan dari Jihoon hanya tertawa dan mengangkat dua jarinya membentuk tanda peace.
"Kau membuat pagiku buruk Wonwoo-ya." Gerutu Jihoon.
"Maaf Jihoonie hehe. Ah ya, apa kau sudah membuat tugas makalah musik Jihoon-ah?" Tanya Wonwoo
"Sudah, bagaimana denganmu?"
"Sudah juga." Jawab Wonwoo singkat. Setelah itu mereka terdiam karena terlihat dosen yang masuk ke kelas mereka.
Jeon Wonwoo, seorang mahasiswa jurusan seni yang dikenal lembut dan berkepribadian tenang. Memiliki tubuh yang tinggi dan kaki yang jenjang, rambut hitam panjang yang membuatnya terlihat manis, kulitnya yang putih bersih, oh dan jangan lupakan wajahnya yang manis dan cantik. Walaupun wajah emo nya sedikit membuat dirinya terlihat seperti pribadi yang dingin, namun jika sudah mengenalnya dia adalah yeoja yang lembut dan ceria.
Wonwoo merupakan anak tunggal dan tinggal bersama eommanya di sebuah flat kecil, eomma dan appanya sudah berpisah sejak tahun pertama Wonwoo masuk SMP membuat eommanya harus bekerja banting tulang demi menghidupi Wonwoo dan dirinya. Dan saat Wonwoo berumur tujuh belas, ia mulai membantu ibunya mencari nafkah dengan bekerja sebagai seorang florist di sebuah toko bunga. Kehidupan Wonwoo yang cukup sulit tidak menjadikannya lemah, ia justru termotivasi untuk berjuang demi kebahagiaan ibunya dan sebuah kehidupan yang lebih baik. Wonwoo benar-benar seorang yeoja yang berhati kuat, dan itulah mengapa Wonwoo sangat disayang oleh orang-orang disekitarnya.
Bel telah berbunyi menandakan para mahasiswa diperbolehkan untuk pulang. Terlihat Jihoon dan Wonwoo sedang merapikan buku music mereka dan beranjak keluar kelas. Mereka segera melangkahkan kaki ke kelas tetangga dan menunggu seseorang untuk keluar.
"Ah Jeonghan eonniiiii~" teriak Jihoon manja pada seorang yeoja berambut blonde dan berawajah bak malaikat.
"Aigoo jangan berteriak Jihoon-ah." Wonwoo mengusap telinganya yang berdengung karena teriakan sahabat mungilnya itu.
"Oh? Wonnie Jihoonie annyeong. Kalian juga baru keluar?" sapa yeoja bernama Jeonghan dengan senyum manisnya.
"Ne eomma, eomma ayo makan, aku lapar." Keluh Jihoon
"Hahaha eomma, eomma ayoo aku juga lapar." Wonwoo mengikuti nada bicara Jihoon dan ditanggapi dengan cibiran dari yeoja blonde didepan mereka.
"Berhentilah memanggilku eomma.. Kalian menyebalkan, baiklah kajja kita makan." Jeonghan memutuskan untuk mengabaikan kedua adik tingkatnya yang menurutnya jail dan menyebalkan namun manis itu.
Mereka pun berjalan kearah parkiran mobil di kampus mereka dan masuk ke sebuah mobil sedan berwarna hitam milik Jeonghan. Ohya, Jeonghan dan Jihoon merupakan anak dari keluarga yang berkecukupan sehingga mereka sering ke kampus menggunakan mobil, berbeda dengan Wonwoo yang berjalan kaki setiap pergi ke kampus dan ke tempatnya bekerja. Walaupun Jihoon dan Jeonghan selalu memaksa Wonwoo untuk berangkat bersama mereka, tapi selalu dijawab dengan tolakan Wonwoo yang telak sehingga mereka hanya bisa pasrah. Wonwoo hanya tidak ingin merepotkan kedua sahabatnya yang sudah dianggapnya sebagai saudara itu. Lagipula Wonwoo lebih suka menikmati hiruk pikuk kota Seoul dengan berjalan kaki ketimbang naik kendaraan.
Sampailah mereka di Star Restaurant, tempat makan yang biasa mereka kunjungi bersama. Mereka mulai memesan hidangan dan menghabiskan waktu menunggu dengan kegiatan rutin wanita, bercerita.
"So, Wonnie-ya kau bekerja hari ini?" Junghan melirik Wonwoo yang terlihat mengetik di hp nya.
"Tentu saja eonni. Waeyo?" ujar Wonwoo diakhiri dengan pertanyaan.
"Kau sekali-kali harus mengambil libur Wonwoo-ya. Aku tau kau lelah, apalagi dengan tugas dosen gila yang menumpuk seperti gunung itu haaah." Jihoon menyahut yang membuat Wonwoo mengalihkan pandangannya ke Jihoon.
"Tidak bisa, Jihoonie.. Aku dan eomma sedang membutuhkan uang untuk menebus obat eomma juga membayar flat kami kau tahu. Dan aku tidak terlalu lelah kok, aku masih punya banyak waktu istirahat untuk mengerjakan tugas." Balas Wonwoo tersenyum.
Mendengar jawaban Wonwoo, Jihoon hanya menghela nafas, 'Lagi-lagi begini' batinnya miris. Jeonghan tersenyum pada Wonwoo, lebih tepatnya senyuman terpaksa. Ia sangat tahu bagaimana beratnya hidup dongsaeng didepannya ini, diusianya yang masih sangat muda Wonwoo harus bekerja. Seharusnya remaja seusianya bermain dan menikmati masa remaja nya dengan gembira. Jeonghan tidak tega memikirkan yeoja berhati malaikat didepannya ini terlalu memaksakan dirinya untuk bekerja terlalu keras. Ia dan Jihoon ingin sekali membantu, tapi Wonwoo selalu saja menolak dan mengatakan ia bisa mengatasinya sendiri. Dan tentu saja Jeonghan tau itu bohong.
"Arrasseo, tapi pastikan kau menjaga kesehatanmu ne? Kalau kau sakit, akan sangat sulit untukmu dan eommamu." Nasihat Jeonghan diangguki dengan semangat oleh Wonwoo.
"Akan sulit juga untukku dan Jeonghan eonni. Wonwoo-ya, ingatlah masih ada kami, kau bisa minta bantuan kapan saja pada kami. Kami pasti membantu, arrasseo? Eoh makanannya sudah dating." Kalimat Jihoon diakhiri dengan datangnya pelayan yang membawa pesanan mereka.
"Ne tentu saja, dan terima kasih Jihoonie Jeonghanie eonni. Aku sayang kalian." Wonwoo tersenyum membuat eyesmile nya terlihat sangat imut.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri percakapan dan mulai menyantap makanan mereka. Jeonghan yang makan dengan tenang, sesekali melihat kearah smartphone nya mungkin menunggu kabar seseorang. Jihoon yang tidak memperhatikan sekitar hanya focus dengan makanan yang tersaji didepannya. Dan Wonwoo yang makan sambil memperhatikan keadaan sekitar restaurant. Suasana restaurant itu ramai karena suara obrolan dari meja lain namun tiba-tiba suara gelas pecah terdengar diikuti dengan teriakan keras seorang namja.
Terlihat tak jauh dari meja Wonwoo dkk terjadi kericuhan yang sekarang menjadi pusat perhatian seluruh restaurant, seorang namja tinggi yang berdiri dengan muka memerah menahan amarah pada namja paruh baya didepannya dan satu lagi namja dengan snapback dikepalanya terlihat menahan namja itu untuk tidak melakukan hal aneh disana.
Namja tua yang diberi tatapan sadis dari anaknya hanya berdehem lalu beranjak dari duduknya menuju pintu keluar restaurant. Namja yang terlihat marah tadi hanya mengacak rambutnya lalu pergi keluar disusul dengan namja dengan snapback yang sibuk memanggil nama temannya itu.
"Mwoya? Mengganggu acara makanku saja sih. Apa mereka tidak malu aigoo.." Gerutu Jihoon yang merasa acara makannya terganggu insiden gelas pecah dan perkelahian tadi.
"Kasar sekali sih.." tanggapan Wonwoo hanya dibalas Jeonghan yang mengendikkan bahunya tidak peduli.
Setelah selesai makan, mereka langsung berniat pulang karena Wonwoo harus bekerja dan Jihoon harus mengikuti les musiknya. Sedangkan Jeonghan hanya berbaik hati mengantarkan dongsaeng-dongsaeng manisnya karena ia tidak punya jadwal khusus. Lagipula tahun ini adalah tahun terakhirnya kuliah dan ia harus fokus dengan segala tugas akhir yang membosankan.
"Wonwoo-ya aku antarkan ke tempatmu bekerja ya."
"Aniyo eonni tidak usah me-"
"Andwae! Kali ini tidak ada penolakan Jeon Wonwoo." Potong Jeonghan dengan tatapan mengancam.
"Arrasseo eonni." Pasrah Wonwoo.
"Jihoonie? Kau kembali ke kampus dulu atau langsung pulang? Kau membawa mobil hari ini?" Tanya Jeonghan bertubi-tubi.
"Aniya eonni, aku tidak membawa mobil hari ini." Jawab Jihoon
"Arrasseo, biar kau pulang bersamaku."
"Okay eomma."
Setelah mereka sampai di toko bunga Wonwoo bekerja, Wonwoo segera pamit pada kedua sahabatnya dan mulai bekerja setelah sesi 'dadah-dadah' bersama Jihoon dan Jeonghan. Kedua sahabatnya memang menjadi sumber energi terbesar untuknya setelah sang eomma.
Seketika Wonwoo teringat kenangan awal mereka menjadi sahabat, saat itu ia dan Jihoon sedang kebingungan mencari barang-barang mereka yang sengaja disembunyikan para senior saat hari orientasi mahasiswa baru. Dan Jeonghan yang juga merupakan panitia dengan senang hati membocorkan letak barang-barang mereka, karena Jeonghan menyukai kedua juniornya itu. Mereka sangat baik dan manis menurutnya dan karena Jeonghan sering mengajak mereka berdua makan bersama, akhirnya mereka menjadi akrab dan selalu bersama saat waktu senggang.
"Oh Wonwoo? Kau sudah datang?" sapa seorang wanita berumur yang sedang membawa pot bunga daisy. Wonwoo yang melihatnya menyampirkan senyumnya dan membungkuk hormat.
"Ne ahjumma, ahjumma sudah makan?" Tanya Wonwoo.
"Sudah Wonwoo-ya. Bagaimana denganmu?"
"Sudah juga ahjumma hehe. Ah, lebih baik ahjumma beristirahat sekarang, biar aku yang melanjutkan semuanya ne?" paksa Wonwoo pada sang ahjumma pemilik toko bunga.
Memang yang bekerja di toko bunga milik ahjumma hanya Wonwoo dan satu lagi keponakan sang ahjumma yaitu Seungkwan.
"Aniya, Wonwoo-ya. Sebentar lagi selesai, kau jaga kasir saja ne." perintah ahjumma diangguki oleh Wonwoo.
Wonwoo melangkahkan kakinya kearah kasir dan mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut motif bunga Baby's Breath, bunga kesukaan Wonwoo lalu mulai membereskan kertas kertas yang berceceran di meja kasir. Saat Wonwoo hampir selesai dengan pekerjaannya, lonceng pintu toko terdengar saat seorang namja tinggi dengan kulit agak tan masuk dan menghampiri Wonwoo.
"Oh selamat datang tuan. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya Wonwoo ramah dengan senyum tersampir di bibirnya.
"Berikan aku sebuket bunga." Pinta namja itu singkat.
"Bunga jenis apa tuan?" Tanya Wonwoo lagi.
"Apa saja yang penting bunga. Cepatlah aku terburu-buru." Desak namja itu membuat Wonwoo mengernyitkan dahi. Manabisa bunga diberikan sembarangan, Wonwoo adalah tipe yeoja yang menganggap bunga harus diberikan sesuai dengan keadaan. Karena setiap bunga mempunyai arti dan bisa fatal apabila salah memberi bunga.
"Memangnya bunganya untuk siapa tuan?" Wonwoo mencoba untuk sabar menghadapi namja didepannya.
"Untuk apa kau menanyakannya. Tidak ada urusannya denganmu kau tau, cepatlah rangkaikan. Kau cerewet sekali sih."
"Maaf tuan, tapi bunga harus diberikan sesuai dengan tujuannya. Jika kau memberikan mawar hitam untuk pacarmu, bisa-bisa kau hanya akan ditamparnya karena dikira menginginkan pacarmu mati." Jelas Wonwoo mulai kesal. Sungguh, seharusnya namja didepannya ini mengerti bahwa arti bunga itu penting.
"Ish, menyebalkan sekali. Aku ingin memberikan bunga untuk ibuku." Jelas sang namja.
"Ah, baiklah. Sebentar ya tuan." Wonwoo mulai beranjak kea rah kumpulan bunga, tapi baru beberapa langkah ia berbalik lagi menghadap namja itu.
"Mm, apakah ibumu berulang tahun hari ini?" Tanya Wonwoo hati-hati, ia takut salah bicara mengira ibu dari namja itu sudah -
"Tidak. Aku akan mengunjungi makamnya."
Meninggal.
Wonwoo yang takut namja didepannya tersinggung langsung merangkaikan beberapa mawar hitam dan tulip putih menjadi sebuket bunga yang indah dengan pita hitam dibawahnya. Wonwoo segera kembali ke kasir dan menghitung total biaya yang harus dibayar sang namja.
"Cha, eum.. boleh tau nama tuan siapa?" Tanya Wonwoo.
"Mingyu Kim." Jawabnya singkat
"Nah, tuan Kim. Totalnya dua puluh ribu won." Wonwoo mencatat nama Mingyu di kartu pembeli dan memberi stempel pada satu kotak di kartu tersebut.
Setelah Mingyu membayarnya, Wonwoo memberikan buket bunga dan kartu pembeli pada Mingyu,
"Ini bunga untuk ibumu, aku menambahkan tiga tulip putih untuk beliau. Tenang saja, gratis kok. Aku juga berdoa untuk ibumu tuan Kim. Semoga ibumu bahagia bersama Tuhan dan terima kasih sudah membeli di toko kami. Ini kartu pembeli, jika semua kotaknya terisi kau bisa mendapat bunga jenis apa saja gratis." Jelas Wonwoo panjang lebar yang hanya diangguki Mingyu.
"Terima kasih." Ucap Mingyu lalu beranjak keluar toko.
'Aku seperti pernah melihatnya, dimana ya.' Batin Wonwoo menerawang.
"Aish molla, tapi dia ganteng juga ya hehe."
"Wonwoo-ya. Jangan ngelamun seperti itu, sini bantu ahjumma." Tegur ahjumma yang dibalas cengiran lucu dari Wonwoo.
"Ne ahjumma."
-To Be Continued-
Gak nyangka banget bisa nulis begituan hehehe, lanjut gak nih? Sekalian dong kasih saran atau request moment siapaa gitu aku penuhin permintaan kalian kalo bisaa~
REVIEW JUSEYOOO ^^ walaupun isinya cuma titik sebiji aku hargain kok :')
