Stolen
By: Kei Tsukiyomi
^-^v
.
Author's note: Terinspirasi dari fanfict di fandom Hunter x Hunter.
Disclaimer: Eunhyuk punya saya, titik muahahaha~ :v
Weh Donghae jangan timpuk-timpuk, sakit nih.
Warning: AU, OOC, Typos, BL, Lil bit crime (kalo berasa), alur kecepatan, dll. DLDR!
Pair: Haehyuk
Rate: T+
^-^v
.
.
.
Ruangan itu dipenuhi aura mencekam. Penerangan remang-remang yang melingkupi tempat itu menambah intensitas menakutkan. Tiga orang yang tengah duduk berhadapan tampak memasang raut wajah serius. Hanya salah satunya sebenarnya, karena kedua orang yang duduk dihadapannya tampak tenang.
"Jadi kau bisa membantuku?" lelaki paruh baya yang bertanya tersebut sontak mengernyit saat hembusan asap nikotin yang dihempaskan pria di depannya mengarah padanya. Aromanya sangat menusuk dan berbeda dari nikotin di pasaran. Mungkin itu nikotin yang berkualitas.
Pria yang tengah menghisap rokok itu tampak menyeringai sebentar dan membuang puntung rokok di tangannya ke sembarang arah. Menyilangkan kakinya dan menatap angkuh sosok di hadapannya.
"Untuk apa kau bertanya jika sudah tau jawabannya. Kau tau? Kau membuang-buang waktuku yang berharga." Decihan yang terdengar itu membuat lelaki paruh baya yang mengenakan pakaian formal itu meneguk ludahnya takut. Bagaimanapun orang dihadapannya ini adalah mafia kelas S yang sangat ditakuti dan dicari oleh para polisi. Menenangkan debaran jantungnya yang berpacu menggila, ia memberanikan diri untuk menatap pria berparas tampan dengan rambut hitam kebiruan yang memakai kacamata hitam itu dengan takut-takut.
"Ka-kalau begitu saya mohon bantuanmu tuan…"
"Silahkan panggil aku Aiden."
"Saya mohon bantuan anda tuan Aiden." Aiden menyeringai melihat pria itu. Ia mengenalinya. Pria itu adalah salah satu petinggi Negara yang berhati licik. Ia menjalankan bisnis kotor dan merampas uang rakyat dengan dalih pembangunan Negara dan berlindung dibalik jabatannya.
"Lembaga kepolisian telah mencium tindak tanduk saya yang pasti anda sudah tahu. Saya sudah membuat mereka kecelakaan tapi sayang sekali mereka semua selamat. Hanya anak kepala polisi itu saja yang terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit," pria itu melanjutkan dengan ekspresi kesal. Ia mengepalkan tangan erat hingga buku tangannya memutih. Aiden terkekeh pelan.
"Jadi kau ingin aku membunuhnya, begitu?" pria itu menggeleng.
"Tidak. Jika itu terjadi posisi saya akan makin sulit. Mereka pasti akan dengan mudah mengetahui saya pelakunya. Saya dengar kepala polisi itu menyimpan permata Negara yang harus dilindunginya. Jika permata itu hilang pasti akan terjadi kekacauan besar. Saya meminta bantuan tuan Aiden untuk mencuri permata itu." Aiden kembali terkekeh dan bangkit dari posisi duduknya. Ia bersandar dan bersedekap. Sungguh licik petinggi itu.
"Bayarannya akan sangat mahal kau tau."
"Akan saya bayar berapapun itu. Saya mohon." Dengan uang Negara huh? Pikir Aiden sinis.
"Baiklah, setelah uang itu dikirim baru akan kulakukan tugasku."
"Terimakasih tuan Aiden. Saya akan segera mentransfer uang itu dalam bentuk deposito secepatnya." Seseorang yang duduk di belakang Aiden hanya terus terdiam mengamati. Ia memasang tampang datar.
"Silahkan pergi dari sini." Pria itu terkesiap mendengar perintah bernada dingin itu dan buru-buru melangkah pergi dari sana setelah sebelumnya membungkuk ke arah Aiden.
"Kau akan melakukannya, Donghae?" Aiden, atau nama sebenarnya adalah Lee Donghae menoleh dan tersenyum misterus ke arah lelaki yang sedari tadi ada bersamanya.
"Tentu saja. Tugas adalah tugas, Kibum. Bukankah kita sudah sering melakukannya. Membunuh, mencuri, dan berbagai kejahatan lainnya." Kibum berdecih dan Donghae tertawa. Memang benar apa yang dikatakan Donghae. Ia dan beberapa rekan lainnya telah terjun di dunia mafia sejak bertahun-tahun yang lalu hingga kini mereka dijuluki "Lucifer". Mafia paling berbahaya dan paling diincar oleh kepolisian dan para petinggi seperti tadi untuk mencari keuntungan. Mereka dikenal tidak punya hati dalam menangani targetnya.
Kibum menatap Donghae dengan alis yang berkerut samar.
"Kau tau permata itu ada di kediaman kepala polisi itu. Itu sama saja kau masuk ke dalam kandang singa yang siap menerkammu." Donghae menyeringai berbahaya. Ia mengeluarkan batang rokok di sakunya dan memantikan api ke ujungnya. Ia menghisap nikotin itu dan menghembuskannya tepat ke wajah Kibum yang mendelik ke arahnya.
"Kau meremehkanku?"
"Sama sekali tidak. Aku tau kau yang paling terkuat diantara kita." Kibum memutar bola mata malas. Ia tau kemampuan Donghae yang tidak usah diragukan. Ia yakin Donghae akan sukses menjalankan tugasnya tanpa masalah. Tapi kali ini ia akan memasuki rumah kepala polisi yang selama ini mengincar mereka. Sedikit berwaspada tidak ada salahnya. Lagipula mereka tidak boleh meremehkan kemampuan musuh selemah apapun itu.
"Sudahlah Kibum. Ayo kita kembali, yang lain pasti sudah menunggu." Kibum mengangguk dan melangkah keluar bersama Donghae. Memasuki mobil keluaran terbaru berwarna biru, mereka menembus jalanan yang sepi itu di tengah malam yang sudah larut.
.
.
.
"Bagaimana keadaan putra saya, dokter Choi?" Choi Siwon, dokter muda dengan dimple smile yang menawan itu bangkit dari posisi duduknya dan menghadap pada lelaki berseragam kepala polisi itu dengan senyum ramah.
"Untuk saat ini kondisinya sudah stabil Yunho-ssi. Benturan dikepalanya yang cukup keras yang membuatnya belum sadar hingga kini. Selain itu semuanya baik-baik saja, hanya tinggal menunggunya sadar saja untuk pengobatan lebih lanjut." Yunho menghela nafas dalam. Diperhatikannya putra kesayangannya yang tengah terbaring lemah dengan perban di kepalanya yang bersurai pirang cerah itu dengan raut sendu. Membungkuk sebentar, ia mencium kening putranya yang belum membuka mata sejak 4 hari lalu. Saat kecelakaan mobil yang ditumpanginya bersama keluarga dan rekan-rekan kerjanya di kepolisian. Ia masih mencari keberadaan pelaku yang sudah menyabotase mobilnya. Ia sudah punya seorang tersangka, tapi ia belum mendapatkan bukti yang kuat untuk menjebloskannya ke jeruji besi. Ia menggeram dan menutup matanya sesaat.
"Hei baby bangunlah. Kau tak khawatir dengan ummamu yang tengah menangisimu sekarang hum?" hanya hembusan nafas teratur yang menjawab pertanyaan Yunho. Siwon menatapnya iba. Ia bisa merasakan perasaan sedih kepala polisi itu. Bagaimanapun ia sangat tau Yunho sangat menyayangi putra semata wayangnya ini melebihi apapun. Ia tipe kepala keluarga yang mencintai keluarganya. Bahkan demi keselamatan nyawa putranya itu Yunho sampai membawa putranya agar dirawat di rumah karena keadaan di luar belum stabil. Ia tak mau mengambil resiko apapun terhadap putranya.
Suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangan mereka dari sosok cantik yang masih memejamkan matanya itu.
"Ahjussi, bagaimana keadaan Hyukie?" pemuda jangkung berambut cokelat ikal tampak menghampiri mereka dan langsung menggenggam tangan pemuda cantik yang tengah terbaring lemah.
"Untuk saat ini kondisinya stabil, Kyuhyun. Hanya harus menunggunya sadar untuk tindakan selanjutnya," jawab Yunho dengan senyum miris. Siwon menepuk bahu Yunho sekilas untuk memberinya semangat.
"Hei babyku, kapan kau akan bangun? Kami semua menunggumu. Cepatlah sadar sayang." Kyuhyun mencium pipi pucat itu dan mengelus kepalanya.
"Ahjumma di mana?" tanyanya begitu tak melihat keberadaan ibu dari orang yang dikasihinya ini. Biasanya ia selalu ada di samping putranya ini sambil mengelus kepalanya.
"Dia di kamar sedang tertidur. Semalaman ia terus menangisi Eunhyukie yang tak kunjung sadar. Untunglah saat ini ia mau beristirahat." Ya, semalaman istrinya itu terus menangis melihat putra kesayangan mereka yang tak ada perubahan. Ia terus memeluk Eunhyuknya dan berdoa agar putra mereka itu sadar. Ia takut istrinya sakit jika terus seperti itu, jadi ia menyuruhnya tidur dan untungnya dituruti.
"Ayo Kyuhyun, kita harus segera berangkat." Kyuhyun yang saat ini juga tengah memakai seragam polisi segera mengangguk dan berdiri setelah mencium kening Eunhyuk, tunangannya. Kyuhyun juga seorang polisi muda yang bekerja di bawah kepemimpinan Yunho. Kemampuannya tidak usah diragukan lagi. Walaupun masih tergolong muda, ia sudah berhasil menangani beberapa kasus berat dan menjebloskan penjahat kelas S ke dalam jeruji besi yang dingin.
"Baiklah ahjussi."
"Kalau begitu saya juga pamit, masih ada beberapa pasien lagi yang harus saya tangani." Siwon tersenyum dan segera membenahi peralatan kedokterannya.
"Terimakasih banyak, Dokter Choi. Anda sangat berjasa."
"Itu sudah tugas saya Yunho-ssi." Yunho menjabat tangan Siwon dan bersama-sama keluar ruangan yang sudah dijaga oleh pengawal di depan pintu. Meninggalkan pemuda blonde yang masih memejamkan matanya erat yang helainya bergoyang pelan karena hembusan angin dari jendela kamarnya yang terbuka.
.
.
Malam hari tiba dengan sinar bulan yang menerangi dengan lembutnya. Suasana di kediaman kepala polisi masih tampak ramai dan terjaga ketat oleh beberapa polisi dan anjing penjaga.
Donghae bersiul pelan dan menyeringai. Pemuda berambut hitam kebiruan yang memakai baju serba hitam itu menatap rumah di hadapannya dengan santai. Ini bukan masalah baginya. Mau seberapa banyakpun polisi yang dikerahkan, mereka tidak akan bisa menangkap Donghae. Ia sudah mempelajari isi rumah ini dari data yang dikirimkan Kibum padanya. Ia sudah tau di mana saja letak CCTV yang terpasang, dan di mana letak permata yang harus diambilnya itu berada.
Ia bergerak dengan gesit di kegelapan malam yang pekat. Bersembunyi dengan mudah saat beberapa polisi berjalan ke arahnya. Ia menyimpan pistol di saku celananya, tapi tak akan digunakannya jika keadaan tak mendesak. Dan ia rasa ia tak perlu menggunakannya. Ia melompat dan berlari tanpa suara. Melewati para penjaga yang tak menyadarinya. Donghae menyeringai melihat sebuah jendela yang tampak terbuka. Tempat tujuannya. Sungguh ceroboh membiarkan jendela itu terbuka walau dalam penjagaan ketat seperti ini. Donghae segera melompat memasuki jendela itu sesaat sebelum sinar senter mengenainya.
Donghae memperhatikan ruangan yang ternyata kamar tidur itu dengan teliti. Tidak ada CCTV di sini. Hazelnya berhenti pada sosok yang tengah tertidur dengan tenang saat ini. Di dekatinya sosok itu dan seketika membuat Donghae menghentikan langkahnya saat melihat wajah itu.
Wajah itu tampak cantik dengan kulit putih susu yang agak pucat, bulu mata lentik, rahang yang tegas, bibir plump yang terlihat seksi dan semua itu dipadukan dengan helai halus berwarna pirang yang terlihat bersinar di terpa cahaya bulan yang menyusup masuk dari jendela. Untuk sesaat Donghae terpaku. Ia terpesona oleh sosok bagai bidadari yang tengah terlelap ini. Donghae mendekatinya perlahan dan membungkukan wajahnya agar sejajar dengan sosok cantik ini. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus pipi lembut itu dengan mendamba. Tak ada pergerakan sama sekali membuat Donghae mengernyit. Ia baru menyadari ada perban yang melingkupi kepala bidadarinya ini. Ia menatap tak suka perban itu. Perban itu menghalangi kecantikan bidadarinya. Donghae mengelus surai pirang lelaki yang tengah terbaring itu lembut dan mengendus permukaan wajahnya dengan hasrat yang entah kapan muncul begitu saja.
Donghae menyukai lelaki cantik ini. Ia begitu tertarik dan terpesona. Baru kali ini ia merasakan perasaan semacam ini pada seseorang. Selama ini ia terkenal berdarah dingin dan tak mengenal yang namanya perasaan tertarik. Tapi di hadapan bidadarinya ini ia merasakannya. Kecantikan yang menguar dari paras ayunya ini begitu memikatnya. Membuat Donghae begitu ingin melindunginya dan memilikinya untuknya sendiri. Donghae merunduk dan mencium bibir itu dan menyesapnya lembut. Ia melepaskan ciumannya dan menatap wajah didepannya dengan mata sendunya yang berhasil memikat jutaan wanita di luar sana. Ia menyusupkan wajahnya di perpotongan leher jenjang nan putih itu dan menghirup aroma yang menguar dari tubuh bidadarinya ini. Wangi stroberi. Manis sekali. Donghae menggeram pelan, menggigit leher itu dan menjilatnya sekilas. Donghae menginginkan lelaki cantik ini. Sangat. Dan ia harus mendapatkannya. Ia berseringai.
"Well, aku akan mencurimu juga, cantik. Tunggu sebentar ya, aku harus mengambil permata yang tak lebih indah darimu itu dulu." Memberikan ciuman di dahinya sekilas, Donghae beranjak dan mulai mencari permata yang menjadi tujuan utamanya ke rumah ini. Tak membutuhkan waktu lama ia menemukan permata itu dalam berangkas yang terkunci rapat. Dengan mudah ia memecahkan kodenya dan membuka berangkas itu. Terlihatlah sebuah permata berwarna biru safir yang cukup besar memantulkan sinarnya yang mengagumkan. Tanpa basa-basi Donghae mengambil permata itu dan menaruhnya di kantung yang sudah disediakannya. Menutup berangkas itu dengan tangan yang sudah terlapisi sarung tangan. Ia melepas sarung tangannya dan kembali menghampiri bidadarinya. Ia tersenyum lembut, senyum yang pertama kalinya ia tunjukkan. Mengusap helai itu sebentar dan mengangkatnya bridal style.
"Kau milikku sekarang, baby." Donghae menyeringai dan mencuri permata juga Eunhyuk bersamanya.
.
.
Kibum tampak kaget melihat Donghae berjalan santai ke arahnya dengan membawa seseorang di gendongannya. Ia bertugas menemani Donghae untuk berjaga-jaga saja. Ia juga memarkirkan mobilnya di tempat yang cukup jauh dan tak terlihat. Ia merasa lega saat melihat Donghae kembali, tapi kelegaan itu berganti menjadi rasa kaget saat melihat Donghae tidak sendiri. Ada seseorang berambut pirang yang digendongnya. Seseorang itu tampak tak sadarkan diri. Apa Donghae membiusnya?
"Donghae apa yang kau-"
"Tidak sekarang Kibum, bukakan pintunya dan segera pergi dari sini," sela Donghae dengan nada dingin yang menusuk. Kibum segera membuka pintu mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Bisa dilihatnya Donghae yang tengah menyandarkan tubuh seseorang itu agar nyaman berada dipelukannya. Kibum melihatnya dengan ekspresi tak terbaca. Tanpa banyak bertanya ia langsung melajukan mobilnya, meninggalkan keramaian yang terjadi di kediaman kepala polisi itu.
.
.
.
Donghae membaringkan dengan perlahan tubuh bidadarinya di ranjangnya. Saat ini mereka ada di mansion Donghae yang terletak dipinggiran kota. Tidak ada yang tau mansion ini kecuali beberapa rekannya saja. Donghae menatap lembut bidadarinya yang masih belum mau membuka matanya itu.
"Donghae sebenarnya apa yang kau inginkan huh?!" maki Kibum tak sabar. Ia sudah menahan amarahnya sedari tadi. Donghae menatapnya datar.
"Apa?"
"Kau! Dia ini putra kepala polisi itu. Untuk apa kau membawanya?!" Donghae mengabaikan teriakan Kibum dan mengelus-ngelus wajah cantik itu dengan perasaan mendamba. Kibum menatap Donghae dengan emosi yang tinggi. Apa rekannya ini sudah gila! Kenapa dia mengambil tindakan yang begitu gegabah?!
"Donghae!"
"Aku menyukainya dan aku menginginkannya. Itu saja." Kibum tampak terperangah dengan jawaban santai yang keluar dari kerongkongan lelaki di sampingnya ini. Ingin sekali Kibum mengambil palu dan melemparkannya ke kepala Donghae. Ada apa dengan otaknya saat ini?!
Kibum bisa melihat ketertarikan yang dalam dari sorot mata Donghae yang sendu itu. Ini pertama kalinya ia melihat Donghae seperti ini. Tampak begitu lembut dihadapan orang lain yang bahkan belum dikenalnya. Kibum mengerang frustasi. Ia mengacak-acak rambut hitamnya. Di satu sisi ia bersyukur Donghae mulai menunjukkan perasaan sebagaimana manusia normal lainnya tapi di satu sisi ia khawatir. Bagaimanapun seseorang yang disukai Donghae saat ini adalah anak kepala polisi yang tengah mengincar mereka. Ini salah.
"Kau pasti sudah mencari info lengkap tentang si cantik ini kan? Beritahu aku," ucap Donghae dengan nada memerintah yang sangat jelas. Kibum menghela nafas.
"Dia seperti yang aku bilang tadi. Dia putra semata wayang dari Jung Yunho dan Jung Jaejoong, kepala polisi yang tengah mengincar kita itu. Dia mengalami kecelakaan bersama orangtuanya dan belum sadar hingga kini. Tentu kau tau siapa penyebab kecelakaan itu." Donghae tampak menggeram pelan. Lelaki tua Bangka busuk itu yang menyebabkan bidadarinya ini terluka hingga tak sadarkan diri. Lelaki busuk itu harus menerima ganjarannya. Lelaki itu juga banyak merugikan Negara.
"Panggil Kangin kemari." Kibum tampak memandang bingung sebentar dan tanpa banyak bertanya segera melangkah keluar mencari Kangin. Salah satu rekan mereka. Aura Donghae tampak sangat mengancam. Belum sempat keluar dari kamar itu, langkah Kibum berhenti saat mendengar suara Donghae menginterupsinya.
"Panggilkan Sungmin juga." Kibum mengangguk dan keluar kamar itu.
.
.
Tak lama Kibum kembali bersama dua orang rekannya yang tampak kaget melihat orang asing yang terbaring di ranjang king size Donghae. Mereka menatap Donghae dengan tatapan bertanya.
"Nanti kujelaskan. Sungmin hyung bisa tolong kau periksa dia. Kau ahli dalam bidang kedokteran kan? Dan Kangin Hyung ayo ikut aku. Ada yang ingin kubicarakan." Sungmin dan Kangin mengangguk disaat yang bersamaan. Sungmin mendekat dan mulai memeriksa keadaan lelaki cantik yang tengah tertidur itu, sedangkan Kangin melangkah keluar bersama Donghae di depannya.
.
Donghae duduk di sofa ruang tamu mansionnya dengan Kangin di depannya.
"Kau tau Youngmin kan?" Kangin mengangguk. Petinggi Negara yang culas dan sering memakan uang rakyat tanpa belas kasihan itu. Kangin tau. Karena sebenarnya ia salah satu korban ketamakan Youngmin.
"Aku ingin kau membuatnya sekarat hingga hampir mati." Kangin menatap Donghae dengan tatapan bingung. Suara Donghae terdengar berbahaya.
"Memang kenapa?" Donghae tampak menggeram marah dan memandang tajam Kangin yang meneguk ludahnya. Aura Donghae sangat kuat dan menyesakkan.
"Dia telah melukai orang yang kusayang. Aku ingin kau membuatnya sekarat, tapi jangan biarkan dia mati. Buat dia dengan mudah ditemukan polisi. Taruh permata ini di sakunya. Jalankan tugas ini serapih mungkin." Kangin mengambil permata berwarna biru safir yang mengagumkan itu dari tangan Donghae. Tanpa bertanya-tanya lagi ia menganggukan kepalanya paham. Donghae tersenyum dan mengucapkan terimakasih sebelum beranjak menuju kamarnya.
.
Pagi hari tiba. Sinar matahari itu menyusup masuk ke cela-cela ventilasi kamar yang remang-remang itu.
Donghae menggeliat pelan dan membuka matanya. Ia tersenyum saat menemukan bidadarinya berada dipelukannya dan masih belum membuka matanya. Perban di kepalanya sudah diganti oleh Sungmin semalam. Sungmin bilang keadaan pemuda ini cukup stabil. Mungkin karena pengaruh benturan di kepalanya yang membuatnya belum sadarkan diri. Donghae menciumi seluruh permukaan wajah cantik itu dan mendesah pelan.
"Selamat pagi, baby. Pagi-pagi begini kau membuatku bergairah." Ia mengendusi leher Eunhyuk dengan bergairah dan hasrat yang meluap-luap.
"Aku begitu menginginkanmu. Kau milikku sekarang." Menciumnya sekali lagi dan kemudian Donghae bangkit dari ranjangnya dan melangkah ke kamar mandi.
15 menit kemudian Donghae keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Ia menyalakan tv yang tersedia di kamarnya. Ia terkekeh senang melihat berita yang ditayangkan saat ini. Berita penculikan putra Jung Yunho yang ramai dibicarakan. Jung Eunhyuk. Bisa ia lihat tampang frustasi yang dikeluarkan lelaki paruh baya itu. Ia kelihatan sangat menyayangi putranya. Ia tak peduli. Saat ini Eunhyuk sudah menjadi miliknya. Hanya miliknya.
Donghae memandang tak suka saat tayangan itu menampilkan seorang polisi muda yang disinyalir sebagai tunangan Eunhyuk. Donghae menggertakan gigi marah. Tidak bisa! Eunhyuk miliknya! Hanya miliknya! Ia memandang tajam lelaki bernama Cho Kyuhyun itu yang juga memasang wajah frustasi dan cemas. Foto Eunhyuk telah disebarkan. Meminta bantuan masyarakat untuk menemukan putra kesayangannya. Donghae tersenyum penuh kemenangan. Ia mendekap Eunhyuk yang masih menutup matanya dan mencium keningnya.
"Sampai kapanpun kau milikku, baby."
.
.
Hari sudah semakin siang. Donghae membuka pintu kamar bersama Sungmin dan Kibum di belakangnya. Sungmin mendekati Eunhyuk dan memeriksa keadaannya. Ia sedikit terkejut saat melihat jari Eunhyuk bergerak sekilas. Donghae dan Kibum juga melihatnya. Mereka saling berpandangan dan menatap antusias dan juga berdebar ke arah Eunhyuk.
Bola mata itu tampak bergerak-gerak hingga membuka secara perlahan. Donghae terkesima melihat bola mata yang hitam kelam itu yang akhirnya bisa ia lihat. Sungguh mempesona. Sangat kontras dengan kulit putihnya.
Eunhyuk memandang sekitarnya dengan tatapan bingung. Ada beberapa orang disekitarnya.
"Ka-kalian siapa?" tanyanya dengan suara lirih. Donghae segera mengambil air putih yang tersedia di meja dekat ranjangnya dan meminumkannya ke Eunhyuk.
"Minumlah dulu." Eunhyuk menurut dan meminum air putih itu sampai habis. Donghae mengusap air di bibir Eunhyuk lembut, membuat Eunhyuk tersentak dan beringsut mundur.
"Ka-kalian siapa? I-ini di mana?"
"Hei tenanglah Eunhyukie-"
"Siapa Eunhyukie?" mereka bertiga bertatapan kaget dan kembali menatap Eunhyuk yang memasang wajah takut yang menggemaskan.
"Kau tidak tau?" Tanya Kibum dengan suara tercekat. Eunhyuk menggeleng pelan dan memasang wajah polos seperti anak-anak. Donghae tampak menyeringai dan mendekati Eunhyuk yang menatapnya takut.
"Namamu Eunhyukie. Tampaknya kau terkena amnesia."
"Amnesia?"
"Ya, kau mengalami kecelakaan sebelumnya."
"Benarkah, lalu kau siapa?" Tanya Eunhyuk lugu, Donghae tampak menahan dirinya agar tak menyerang Eunhyuk sekarang.
"Namaku Lee Donghae dan aku tunanganmu. Kau mengalami kecelakaan saat akan menghadiri pernikahan kita." Kibum dan Sungmin tampak kaget dan menatap Donghae tak percaya. Apa-apaan Donghae ini! Sungmin ingin menyela sebelum mendapat tatapan tajam yang menakutkan dari Donghae. Membuatnya tak berkutik, begitupun Kibum.
"Tu-tunanganmu?" Tanya Eunhyuk terkejut. Donghae mengangguk dan memeluknya perlahan.
"Kau calon istriku Eunhyukie. Kita akan menikah, tapi kau mengalami kecelakaan mobil saat itu." Samar-samar ada bayangan yang melintas di benak Eunhyuk. Mobil, tabrakan, guncangan itu dan akhirnya semuanya gelap. Eunhyuk memegangi kepalanya dan meringis sakit.
"Arrggh…"
"Hyukie kau kenapa? Hyukie?"
"Kepalaku sakit, hiks…" Donghae mencium kening dan kedua mata Eunhyuk yang tertutup sayang dan memeluknya erat.
"Sudah tak perlu diingat secepat itu. Pelan-pelan saja." Sungmin menyuruh Eunhyuk berbaring dan segera memeriksa kondisinya.
"Untuk sementara ini biarkan ia istirahat dan jangan membebaninya dengan ingatan dari masalalunya dulu. Ia butuh istirahat. Aku mau mengambil obat di rumahku dulu. Kibum, ikut aku." Kibum tampak memprotes dan ingin menemani atau lebih tepatnya menginterogasi Donghae atas pengakuan yang dilakukannya barusan. Ini sudah keterlaluan. Sungmin tampak memberi tatapan menusuk agar Kibum ikut dengannya, dan mau tak mau akhirnya Kibum mengikutinya. Meninggalkan Donghae dan Eunhyuk di kamar itu.
.
.
.
Seminggu telah berlalu dari hari sadarnya Eunhyuk.
Dalam seminggu itu juga Eunhyuk mulai belajar beradaptasi. Awalnya ia tak mempercayai siapapun dan tidak mau percaya. Ia takut. Amat sangat takut. Tetapi usaha Donghae yang terus mendekatinya dan memberinya penjelasan dengan lembut mau tak mau sedikit meluluhkan hati Eunhyuk. Ia mulai percaya namanya Eunhyuk. Tapi ia belum percaya kalau Donghae adalah Tunangannya. Belum. Donghae terus menceritakan masalalu yang tak dikenalinya dengan sabar. Ia akan berhenti saat kepala Eunhyuk berdenyut sakit. Dan dengan lembut lelaki itu akan memeluknya dan menenangkannya. Eunhyuk merasa nyaman dengan pelukan itu. Membuatnya berfikir. Mungkin benar yang dikatakan Donghae kalau mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencinta. Ia bisa melihat kasih sayang yang tulus dari sorot mata Donghae dan perilaku lembutnya untuknya. Mungkin ia harus mencoba pelan-pelan membuka diri untuk Donghae. Mungkin dengan begitu ingatannya akan segera kembali dan ia bisa menjalani hidupnya dengan mudah.
Ya, ia harus mencoba membuka hatinya.
.
.
Kini tampak Donghae tengah memeluk Eunhyuk di ranjangnya dengan posesif. Tangan donghae memeluk pinggang ramping Eunhyuk erat, membuat Eunhyuk merona. Walaupun sudah sering mendapatkan skinship seperti ini dari Donghae tetap saja ia merasa malu.
"Do-Donghae," panggil Eunhyuk pelan.
"Hae. Panggil aku Hae, baby."
"Eungh~ Hae~" Eunhyuk mengerang pelan saat Donghae dengan sengaja menggigit pelan lehernya yang terbuka. Ia mencengkram bahu Donghae dengan wajah yang merona.
"A-apa benar kita sudah bertunangan dan akan menikah? Kenapa aku sama sekali tak ingat?" Donghae tersenyum dan mengusap punggung Eunhyuk.
"Itu benar sayang. Kita sepasang kekasih yang saling mencintai. Aku akan segera menikahimu kala itu. Tapi takdir sedang bermain-main dengan kita. Tak masalah kau tak ingat. Aku hanya harus membuatmu jatuh cinta kembali padaku dan memulai kisah kita dari awal." Eunhyuk merona dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Donghae. Membuat Donghae terkekeh gemas. Ia menyentuh dagu Eunhyuk dan mengangkat kepalanya. Ditatapnya dengan intens mata hitam kelam itu dengan mata sendunya.
"Dengar, tak masalah kau melupakan masalalumu, yang terpenting sekarang kau ada bersamaku untuk melangkah ke masa depan. Cukup kau cintai aku maka aku akan membahagiakanmu. Begitu kau merasa siap bersamaku aku akan menikahimu, baby." wajah itu memerah kembali. Seminggu bersama Donghae telah membuatnya terbiasa. Kehadiran lelaki tampan itu selalu membuat jantungnya berdebar nyaman. Walau pada awalnya ia begitu takut karena ia tak mengenal siapa-siapa bahkan dirinya. Ia suka saat Donghae menyentuhnya dan memperlakukannya lembut. Ia tak mau kehilangan lelaki ini. Apakah ini cinta?
"Apa kau mencintaiku? Karena aku sangat amat mencintaimu." Eunhyuk mengerang saat merasakan hembusan nafas Donghae yang menyapu wajah mulusnya. Eunhyuk mengangguk pelan.
"Ya aku mencintaimu, Hae." Tanpa basa-basi Donghae meraup bibir mungil itu dengan hasrat yang menggebu-gebu. Akhirnya, Eunhyuknya mencintainya. Ia bisa mengikat Eunhyuk dengan tali pernikahan. Eunhyuk mendesah saat Donghae memperdalam ciumannya.
"Would you marry me, again?"
Blush! Eunhyuk tampak memerah hingga telinganya. Dengan malu-malu ia mengangguk dan langsung menyembunyikan wajahnya dengan cepat di dada hangat itu. Donghae tertawa dan mendekap erat Eunhyuk yang sudah menjadi miliknya.
Biarkan ia menjadi egois dan menahan Eunhyuk untuknya sendiri. Menjadi iblis berkedok malaikat untuk memiliki Eunhyuknya. Tak akan ia biarkan Eunhyuk lepas darinya sampai kapanpun walau harus membohonginya dan melawan dunia sekalipun.
Ini cintanya. Dan ia akan melakukan apapun untuk mempertahankan cintanya walau dengan cara yang salah sekalipun. Walau ia harus melukai banyak orang untuk kebahagiannya.
"Kau milikku selamanya."
END
.
End dengan gaje'a :v
Biarkan Donghae egois untuk memiliki Eunhyuknya :v
Gantungkah? Bagi saya gak tuh#ditendang
Maaf kalau banyak typo bertebaran.
Maaf juga kalau crime'a gak berasa. Maklum, ini baru pertama kalinya buat genre crime. Alurnya kecepatan kan? Emang. Mohon dimaklum, saya buat ini ngebut dan marah-marah gegara digangguin keponakan yang bawa-bawa anak kucing kesayangan saya #malahcurhat
Betewe, tjieh yang pada baper ditinggal visual alay #saya juga termasuk.
Biarkan mereka pergi. Cepat pergi, cepat kembali :D mari sama-sama kita tunggu mereka dalam formasi lengkap .
Okeh segitu aja cuap-cuapnya, silahkan di review.
Kalau reviewnya banyak dan memuaskan mungkin bakal saya lanjutin.
Silahkan di review juseyo~~~ #bow
