Pairing: Ichigo x Rukia
Genre: Romance/Friendship
Disclaimer: Tite Kubo, tapi ada beberapa chara yang bukan milik Tite Kubo dan saia. Maaf kubo-sensei, saia sudah merusak karakter-karakter Bleach karena saia lagi stress. sekali lagi maaf!
WARNING: OOC, AU, GAJE, LEBAI, CERITA SUSAH DIMENGERTI, TAPI JIKA BERSEDIA BACA SAJA!
Just want to marry
Lacossu no Ame
Alkisah, di suatu desa kecil yang namanya tidak penting untuk diketahui, hiduplah seorang gadis mungil nan pendek namun kaya raya bernama Rukia Kuchiki. Meskipun ia tergolong perempuan-perempuan tak cukup tinggi, namun paras cantiknya mampu mengalahkan semua kecantikan para perempuan di desa itu. Rambut hitam kemilaunya yang lurus membuat para lelaki berdecak kagum. Kedua sorot bola mata amethyst yang tajam seolah dapat menembus jantung para kaum adam. Serta kulit putih mulusnya yang membuat para lelaki bertekuk lutut dan tak segan untuk melamarnya.
Namun jangan dikira sosok mungil Rukia dapat didekati dengan mudah oleh mereka, para laki-laki. Byakuya Kuchiki, kakak ipar Rukia adalah sebuah benteng tangguh yang harus dihadapi terlebih dahulu. Tapi, sampai sekarang belum ada satu lelaki pun yang mampu menghancurkan benteng berwajah tampan itu. Rukia juga tidak terlalu mempermasalahkan, karena memang ia tidak tertarik dengan para laki-laki yang berusaha mendekatinya. Baginya, sikap yang dilakukan Byakuya itu adalah untuk melindunginya. Dan ia membenarkan hal itu.
Namun, perkiraan itu ternyata salah. Pertemuannya dengan pemuda berambut oranye membuat semuanya berubah. Mulai dari pertemuan, proses, sahabat, hingga akhirnya rasa cinta menghampiri mereka, membuat Rukia beranggapan bahwa pemuda itu adalah pasangan hidupnya di masa depan kelak. Ya, panggil saja dia dengan nama Ichigo. Ichigo Kurosaki. Anak dari sepasang suami istri yang bermatapencaharian sebagai pencabut rumput yang miskin. Belum lagi, isu tidak mengenakkan yang keluar dari mulut para penduduk desa yang mengatakan kalau ayah Ichigo, Isshin Kurosaki menjadi gila setelah ditinggal mati istri tercintanya.
Jangan ditanya bagaimana hubungan cinta antara mereka berdua. Mendengar latar belakang Ichigo yang sangat buruk membuat Byakuya memutuskan bulat-bulat bahwa ia tak akan pernah merestui hubungan terlarang adik iparnya dengan pemuda miskin itu. Walaupun Ichigo dilarang untuk menemui kekasih hatinya, namun ia tak pantang menyerah. Selalu ada cara agar bisa bertatap muka dengan Rukia. Sebelumnya Ichigo selalu memanjat pohon yang terletak di dekat kamar Rukia di lantai dua. Usaha itu berhasil diketahui Byakuya dan lelaki itu langsung menebang pohon tersebut. Ichigo juga pernah menyamar sebagai maid, namun ketahuan juga. Karena kesal dengan tingkah laku Ichigo, akhirnya Byakuya memindahkan kamar Rukia di lantai empat dan menyiapkan seperangkat bodyguard terlatih.
Namanya saja Ichigo, ia masih berusaha untuk memenangkan pertempuran ini. Tidak peduli berapa banyak luka yang ia terima, seperti malam kamis waktu itu…
"Rukia! Sampai kapanpun aku tidak akan menyerah! Aku akan terus berusaha untuk mendapatkanmu! Karena kau adalah kekasihku!" teriak Ichigo dengan lantangnya, padahal para bodyguard sudah menahan dan menghajar tubuhnya hingga babak belur. Teriakan Ichigo juga sampai terdengar di ruang kerja Byakuya yang terletak di lantai dua.
"Ichigo!" teriak Rukia membalas dari lantai empat. Sosoknya muncul dari balik bingkai jendela kamar. Terlihat air mata yang mengalir deras di kedua pelupuk matanya. "Seandainya rambutku sepanjang milik Rapunzel, kau bisa panjat kamar ini supaya bisa menemuiku! Maafkan aku!"
"Tidak, Rukia! Ini semua salahku! Seandainya saja aku adalah Hiruma Youichi, akan kuhajar para bodyguard sialan ini dengan Ak-47 milikku! Kakakmu juga, pasti akan tunduk padaku!"
Byakuya yang mendengarnya sweatdropped, namun tetap cuek mengerjakan kumpulan berkas kerjanya.
"Ichigo! Kalau saja aku adalah Sakura Haruno, aku akan menghancurkan bangunan ini dan keluar menghampirimu!"
"Rukia! Kalau tubuhku bisa memelar seperti Monkey D. Luffy, aku akan memanjangkan tanganku dan membawamu dalam pelukanku!"
"Ichigo!"
"Rukia!"
"Ichigo!"
"Rukiaaa!"
"PENGAWAAAALLL!!! CEPAT SINGKIRKAN SI BRENGSEK ITU DARI SINI!" perintah Byakuya melalui pengeras suara karena sudah mau muntah mendengar ocehan lebai pasangan kekasih itu. Para bodyguard yang semula ikut terlena segera membawa Ichigo keluar diiringi tangisan pilu sang gadis.
Namun itu bukan akhir dari segalanya. Nyatanya Ichigo terus melakukan aksi-aksi yang membuat Byakuya terserang hipertensi. Kedua lelaki ini tak ada yang menyerah. Yang menang adalah yang terkuat, begitulah mereka berasumsi.
Beberapa malam kemudian, Rukia memberanikan diri menemui Byakuya untuk bicara empat mata. Dengan agak ragu dan sedikit rasa takut, perlahan Rukia membuka pintu ruang kerja Byakuya. Byakuya menyadari kehadiran adik iparnya itu, namun seperti biasa ia pura-pura acuh dan memilih berkutat mengerjakan beberapa berkas.
"Nii-sama…" panggil Rukia lirih yang sudah berdiri dihadapan Byakuya. Si kakak ipar tetap cuek. Rukia menghela napas sejenak, berusaha mengumpulkan segenap kekuatan yang dimilikinya. Akhirnya, setelah dirasa perasaannya cukup tenang, Rukia memulai pembicaraan.
"Nii-sama, sebenarnya aku…ugh!" belum sempat Rukia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ia merasa mual. Rukia bergegas berlari menuju kamar mandi terdekat. Byakuya yang diam-diam memperhatikan akhirnya menyusulnya juga.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Byakuya dengan nada dingin setelah Rukia selesai membersihkan mulutnya. Rukia terkejut. Dari balik cermin kamar mandi, ia melihat Byakuya sudah berdiri di belakangnya, tepatnya di dekat bibir pintu. Rukia membalikkan badan kemudian memberikan sebuah senyuman manis.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit merasa mual. Nii-sama jangan khawatir. Lagipula ini semua juga karena Ichigo…"
Byakuya menaikkan sebelah alisnya, namun ia tetap diam dan menunggu lanjutan kalimat Rukia dengan raut wajah yang tetap datar.
"Sebelumnya aku minta maaf karena sudah menyembunyikan rahasia ini selama dua bulan. Tindakan yang dilakukan Ichigo waktu itu membuatku yakin untuk mengatakan hal ini pada Nii-sama. Aku juga yakin Nii-sama akan bahagia karena sebentar lagi akan ada anggota baru di keluarga Kuchiki."
Kedua bola mata Byakuya melebar saking terkejutnya dengan ucapan yang dilontarkan Rukia. Kalimat yang hanya terdiri dari beberapa patah kata itu layaknya petir ganas yang menyambar tubuhnya. Begitu tiba-tiba dan menyakitkan!
"Rukia! Apa maksudmu? Jangan katakan kalau…kalau jeruk sialan itu sudah merenggut keperawananmu! Sudah berapa bulan, Rukia?! Katakan padaku!" seru Byakuya seraya mengguncang kedua bahu Rukia. Rukia hanya mengerutkan kening.
"Nii-sama bicara apa?"
"Jujur saja padaku! Tidak usah menutup-nutupi kebejatan yang dilakukan jeruk brengsek itu! Sudah berapa bulan janin dalam kandunganmu?!!" teriak Byakuya emosi. Rukia yang semula memasang wajah cengo, perlahan mulai menarik bibir kemudian tertawa kecil melihat tingkah Byakuya. Byakuya yang melihatnya heran.
"Apa yang kau tertawakan, Rukia?"
"Hihihi…sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan Nii-sama. Tenang saja, aku tidak hamil, kok! Aku mual karena baru saja minum jamu pemberian Sayumi-chan. Rasanya tidak enak!" jawab Rukia sambil tetap cekikikan. Melihat Rukia yang tertawa seperti itu, mau tidak mau memperlihatkan semburat merah yang menghiasi pipi Byakuya.
"Maaf, anggota baru yang kumaksud adalah Ichigo, Nii-sama. Setelah melihat tindakan dan prilakunya yang mencintaiku dan selalu melindungiku, akhirnya aku memutuskan untuk menikah dengannya. Aku ingin Nii-sama merestuiku!"
Setelah mengetahui maksud dan arti yang sebenarnya, Byakuya menggelengkan kepala mantap, "Tidak. Kau tahu, Rukia? Pemuda itu tak pantas sebagai bagian dari keluarga Kuchiki. Dia harus dari keluarga yang terhormat."
"Kenapa, Nii-sama selalu mempermasalahkan status?" protes Rukia yang memperlihatkan ekspresi kekesalan, namun tak ditanggapi.
"Demi kebahagianmu juga. Kalau kau menikah dengan pemuda miskin seperti dia, bagaimana kau hidup? Bagaimana kau bisa makan dan merawat anak-anakmu kelak?"
"Tapi dia bisa bekerja, Nii-sama. Ichigo tipe laki-laki pekerja keras!" Rukia berusaha memberikan pandangan positif tentang Ichigo pada Byakuya.
"Sekali tidak tetap tidak!"
"Nii-sama jahat!" Rukia menubruk Byakuya kemudian berlari ke kamar. Byakuya hanya memandangnya dengan tatapan dingin.
"Aku tidak mengerti jalan pikiran Nii-sama!" Rukia membanting pintu kamarnya dengan kesal. Terlalu susah meluluhkan hati Byakuya. Rukia mengerti hal itu, namun ia tetap berusaha mencobanya. Kenapa susah sekali? Apa salahnya Ichigo? Waktu dalam kandungan ia tak tahu akan lahir di keluarga mana. Kalau pun bisa memilih, Ichigo pasti akan memilih lahir dari keluarga presiden atau menteri.
"Rukia, kenapa kau menangis?"
Kepala Rukia menengadah. Ia lalu melihat seseorang dihadapannya, namun terlihat sedikit kabur karena air matanya yang terus mengalir. Tapi ia mengenal suara itu. Suara orang yang dikasihinya.
"Ichigo?"
"Ya, aku disini," kemudian Ichigo memeluk Rukia dengan penuh kehangatan. Rukia membalas pelukan itu walaupun kedua tangan mungil miliknya tak sanggup menangkap seluruh bagian punggung Ichigo.
"Ichigo, Nii-sama tetap tak merestui hubungan kita. Apa yang harus kita lakukan Ichigo? Aku ingin bersamamu," isak Rukia di sela-sela tangisnya.
"Tenang saja, suatu saat dia pasti akan merestui hubungan kita," hibur Ichigo seraya mengecup mesra poni Rukia.
"Aku ingin menikah denganmu, Ichigo. Tolong segera lamar aku," Rukia menatap mata coklat itu lekat-lekat. Ichigo hanya sedikit melenguh.
"Aku juga ingin melakukan hal itu. Tapi, aku masih tidak punya cukup uang untuk itu semua. Tunggu sampai aku mengumpulkan uang yang banyak."
"Tapi sampai kapan? Aku sudah tidak sabar menunggu semua ini," kata Rukia sedikit memaksa. Ichigo menarik napas berat kemudian kembali memandang sepasang bola mata amethyst itu.
"Baiklah. Kalau begitu…ayo kita kawin lari."
"Kawin lari? Kemana?" tanya Rukia bingung.
"Kota Karakura. Sebenarnya aku mau merantau kesana, tapi kalau kau tidak mau…"
"Aku pasti mau, Ichigo. Kemanapun, asalkan bersamamu aku bersedia," ucap Rukia mantap.
"Kalau begitu siapkan barang-barangmu. Jangan terlalu banyak," Rukia mengangguk mengerti.
"Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa masuk ke dalam kamarku?" tanya Rukia sambil tetap sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa.
"Aku masuk ke jendela dari atas atap. Sebelumnya aku memberikan gas tidur pada bodyguard-bodyguard bodoh itu."
"Nih, sudah siap!" Rukia memberikan sebuah tas ransel pada Ichigo.
"Hei, sudah kubilang, kan bawa saja seperlunya?" protes Ichigo ketika melihat ransel hitam yang hampir seukuran tubuh Rukia karena kelebihan muatan. Mendengar hal itu Rukia berkacak pinggang seraya menggembungkan kedua pipinya kesal.
"Itu sudah seperlunya. Baju, celana, make-up, P3K, peralatan mandi, tabungan, dan barang penting lainnya! Semuanya itu barang penting!"
"Apa make-up itu barang penting? Sampai lengkap seperti ini. Kau pikir kita mau pergi ke pesta?" balas Ichigo yang tanpa sadar ikut naik pitam.
"Make-up sangat penting bagi wanita! Wanita lebih memperhatikan dirinya tidak seperti laki-laki yang kusut dan jauh dari kebersihan!"
"Kau pikir wanita lebih baik dari laki-laki?!"
"Dalam hal kebersihan dan kerapian…iya!"
"Kau-"
"Uwaa…gawat! Para bodyguard pingsaaann!!" tiba-tiba terdengar suara panik seorang bodyguard ketika melihat rekannya tertidur lelap di halaman. Ichigo dan Rukia segera menyadari situasi.
"Ayo!" dengan cepat Ichigo menyambar tas ransel Rukia dan berlari ke tepi jendela.
"Kau bisa memanjat?" tanya Ichigo.
"Tentu saja!" jawab Rukia ketus. Ichigo lalu melemparkan sebuah bom asap yang membuat penglihatan para bodyguard kabur. Cepat-cepat Rukia dan Ichigo memanjat ke atas atap. Untung saja Rukia memakai celana jeans ¾ sehingga ia dapat leluasa memanjat lebih dulu.
"Ichigo…" desah Rukia ketika ia sampai di puncak atap rumahnya. Ichigo yang melihat Rukia tak bergeming membuatnya khawatir juga.
"Kenapa, Rukia? Kau takut ketinggian?" tanya Ichigo. Rukia menggeleng pelan.
"Aku baru sadar kalau tempat ini tinggi sekali. Tapi kau rela memberanikan diri demi menyelamatkanku. Aku…merasa terharu," ucap Rukia sambil tetap memandang lurus pemandangan yang ada di depannya. Ia dapat melihat hutan yang mengelilingi desa mereka dan juga gemerlapnya kota Karakura yang terlihat kecil dari pandangan. Ichigo tersenyum mendengarnya. Ia lalu menghampiri Rukia dan membenamkan kepala gadis itu dalam pelukannya.
"Karena aku mencintaimu, Rukia. Aku rela melakukan apa saja,"
"Ichigo, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, Rukia," Mereka berdua pun berpelukan mesra di atas genteng ditemani angin malam dengan background bulan purnama yang membulat sempurna.
"Itu merekaaaaa!!!" teriak seorang bodyguard sambil menunjuk Ichigo dan Rukia.
"Cih, mengganggu kesenangan orang lain saja!" gerutu Ichigo. "Kalau begitu Rukia, kau bisa melompat?"
"Eh? Melompat? Dari sini?" tanya Rukia sedikit takut. Melihat raut ketakutan di wajah Rukia, akhirnya Ichigo menggendong tubuh mungil gadis itu. Tapi sebelumnya ia mengaitkan tali laso yang dibawanya pada sebuah pohon besar yang letaknya tak jauh dari tempat mereka.
"Kalau begitu peluk aku erat-erat. Kita akan segera melompat," kata Ichigo dengan senyum menantang. Rukia mengangguk ragu. Akhirnya setelah hitungan kesepuluh, mereka berdua terjun bebas. Rukia memeluk leher Ichigo kuat-kuat. Ichigo juga mendekapkan tubuh Rukia agar tak jatuh.
"Kau tidak apa-apa, Rukia?" tanya Ichigo sedikit cemas saat mereka sudah berhasil mendarat. Rukia menggeleng seraya tersenyum, "Tidak apa-apa. Justru menyenangkan."
"Cepat kita pergi dari sini!" Ichigo terus menyerang para bodyguard berpakaian tuxedo hitam itu dengan melemparkan bom-bom asap dan gas tidur ke arah mereka. Akhirnya dengan perjuangan keras mereka berdua dapat keluar dari pekarangan Kuchiki. Mereka berdua terus berlari menuju hutan. Diam-diam Rukia menoleh ke belakang, melihat rumahnya yang semakin lama semakin jauh dari pandangan. Sebenarnya terselip perasaan rasa bersalah karena meninggalkan Byakuya tanpa pamit.
"Kenapa, Rukia?" tanya Ichigo yang menyadari sikap aneh Rukia. Rukia menggeleng pelan. "Tidak apa-apa."
Baru beberapa meter mereka berlari, tiba-tiba Rukia tersandung batu namun tak sampai terjatuh hanya saja kecelakaan kecil itu membuat salah satu sandalnya terlepas.
"Ichigo, tunggu! Sandalku," Rukia berusaha mengambil sandalnya kembali namun ditahan Ichigo.
"Uuuuhh…bodoh! Ini bukan cerita Cinderella, tahu! Sandal itu tidak penting! Nanti kita beli yang baru di Karakura."
"Itu sandal kesayanganku, bodoh!" Rukia menepis tangan Ichigo dan mengubah arah berlari. Tak jauh dari tempat mereka, muncul segerombolan bodyguard lengkap dengan senjatanya.
"Tidak ada waktu. Ayo Rukia!" Ichigo kembali menarik tangan Rukia. Rukia akhirnya pasrah saja merelakan sandalnya tergeletak begitu saja di tengah jalan. Mereka berdua terus berlari menembus hutan. Menuju Kota Karakura, kota yang akan mengubah masa depan mereka…
.
.
Sementara itu di kediaman Kuchiki…
"Maaf, tuan. Kami tak dapat mengejar Rukia-sama, tapi kami menemukan ini," salah seorang bodyguard memberikan sebelah sandal Rukia yang jatuh tadi. Byakuya hanya menerimanya dalam diam, tidak mengomel atau berkomentar. Hanya sebuah raut wajah dingin tanpa ekspresi, namun sesungguhnya hatinya menjerit cemas setengah mati.
'Rukia, kenapa kau melakukan ini?'
TBC
Mind to review, guys?
