Hallo^^ apa kabar semuanya? Saya kembali mem-publish sebuah fic. Yang Main Chara di fic nie adalah chara kesayangan Saya. Fic ini terinspirasi dari sebuah film pembunuhan dan horor sekaligus yg berjudul 'House of Wax'. Dan judul itu Saya terjemahkan ke dalam bhs Jepang yaitu 'Wakkusu no Ie'. Mungkin ada beberrpa readers yg sudh menonton film trsbut. Dan jika ada kesamaan harap di mklumi. Di fic nie akn Saya kembngkn jln crt aslinya dan mudh2an bisa buat readers penasaran. Q hrap semuanya dpt terhanyut dlm mmbca fic nie.

Ok.. langsung saja. Enjoyed.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Crime/Mysteri

Rated : M

Warning : OOC, AU, Incest, Bloody Scene, Chara Death

Main Chara :

Sakura. S

Gaara. S

And the other too

Chapter 1

##Wakkusu no Ie##

Dark Mirror, adalah sebuah nama kota kecil dan juga terpencil, jauh beribu-ribu mil dari jalan raya. Jalur untuk mendekati kota kecil itu sangatlah sulit, bahkan tak terdaftar dalam peta maupun terlacak dalam GPS. Penduduk di sana terbilang tidak padat, hanya sedikit kepala keluarga dan atap rumah di kota kecil tersebut yang terhuni. Tetapi sarana dan prasarana di dalam kota itu cukup untuk menghidupi penduduk di dalamnya. Hanya ada satu buah minimarket, bengkel, telefon umum, dan sebuah gereja yang megah dan besar. Sudah ada listrik di dalam kota itu yang menerangi setiap atap rumah penduduk di sana. Jalan satu-satunya untuk menuju ke kota itu adalah dengan menyebrangi sebuah jembatan kecil.

Dan kota yang bernama 'Dark Mirror' itu sangatlah tentram dulu. Ya, dulu sebelum ada sebuah keluarga yang pindah ke dalam kota kecil itu. Sebuah keluarga dengan marga Uchiha. Lambang kipas yang berada di atas pintu rumah mereka adalah sebagai lambang keluarganya.

Pada awalnya keluarga Uchiha tersebut di senangi. Sering bersosialisai dan bercengkrama dengan para penduduk asal kota tersebut. Mereka dikenal sebagai keluarga yang taat agama, ramah, baik, santun dalam bertingkah juga berbicara. Semua para penduduk di sana bahkan membantu membuat sebuah museum lilin atas ide dari kepala keluarga Uchiha tersebut. Guna membangun agar kota tersebut banyak di kunjungi oleh para wisatawan asing. Salah satu cara yang di tempuh adalah dengan memasang papan reklame di sepanjang jalan menuju kota kecil tersebut.

Tetapi pada suatu hari entah karena alasan apa mereka menarik diri dan tidak bersosialisasi kembali dengan penduduk asal kota itu. Menyendiri dan terus anti sosial membuat para penduduk mulai membenci keluarga tersebut. Di tambah karena mereka harus terbangun di tengah malam karena tak tahan dengan teriakan-teriakan atau sebuah perdebatan yang membuat seisi rumah mereka gaduh.

Penduduk mengetahui pada suatu hari jika keluarga Uchiha tersebut mempunyai dua orang anak kembar laki-laki. Pada saat mereka datang ke kota itu mereka tak tahu perihal kehadiran kedua anak mereka. Keluarga Uchiha tersebut seakan-akan menutupi sesuatu mengenai keadaan kedua anak mereka. Fugaku Uchiha selaku kepala keluarga mereka adalah seorang pengrajin lilin yang penghasilannya tidaklah banyak.

Maka dari itu istri dari Fugaku itu sering mengamuk dan bertengkar dengan suaminya perihal penghasilannya. Namun, satunya-satunya alasan penyebab mereka saat ini bertengkar adalah karena keadaan salah satu anak bungsu mereka yang seperti mengalami gangguan kejiwaan. Mereka sadar akan hal itu sekitar satu bulan yang lalu. Mereka terus mengurung anak mereka yang 'sakit' itu dan mengikatnya di sebuah kursi besi jika sudah mengamuk. Teriakan-teriakan yang keluar dari mulut anak bungsu itulah yang membuat warga juga ikut sangat terganggu.

Para penduduk sudah sedikit terbiasa dengan keadaan keluarga Uchiha itu walaupun sangatlah sulit. Seperti sarapan pagi ini, seharusnya menjadi sarapan yang 'hangat' dan 'menyenangkan' bagi keluarga yang baik-baik saja. Namun, terbalik dengan suasana sarapan pagi keluarga Uchiha yang 'dingin' dan 'mencekam'.

Karena pagi-pagi begini anak bungsu mereka kembali mengamuk yang membuat sang Ayah harus mengikatnya di kursi besi kembali.

"Aaarrrgghh! Lepaskan! Lepaskan!" teriak anak itu ketika sang Ayah mulai mendudukan dirinya di kursi besi itu.

Anak bermata onyx itu terus meronta minta di bebaskan dan mengigit kasar tangan Ayahnya sampai mengeluarkan darah.

"Arrgghh! Anak sialan," ucap Fugaku dan 'plak' dia menampar pipi anaknya sendiri sampai berdarah juga.

Dengan cepat Fugaku mengikat pergelangan kedua tangan anak itu yang sudah terlalu banyak luka karena ikatan itu sendiri, hal itu menandakan berapa seringnya anak itu diikat.

Tetapi kaki anak itu yang tidak bisa diam membuat Fugaku kewalahan dan terjungkal ke belakang. "Mikoto… bantu aku mengikatnya!"

"Iya.." jawab Mikoto dengan ekspresi dingin. Seharusnya seorang Ibu yang melihat anaknya di perlakukan seperti itu akan melarang sang Ayah untuk tidak melakukan perbuatan sekasar itu pada anaknya sendiri. Tetapi berbeda dengan pandangan Mikoto kepada anak bungsunya itu. Pandangan yang dingin, menusuk, acuh dan benci.

Mikoto dengan cepat mengingat sebelah kaki anaknya sendiri sedangkan Fugaku yang sebelahnya lagi. Sekarang anak itu sudah tidak bisa bergerak lagi, kedua kaki dan tangannya sudah diikat kencang. Namun, teriakan untuk di lepaskan tetap terdengar dari mulut anak itu sendiri. Beberapa kali anak itu dengan tenaganya berusaha melepaskan ikatannya namun malah kebalikannya. Tangannya mulai lecet dan berdarah, hal sama pun terjadi pada kedua kakinya. "Lepaskan! Aaaarrgggghh!"

Berbeda dengan keadaan seorang anak laki-laki yang lebih dewasa dari anak yang diikat di kursi tadi. Kedua mata onyx-nya nampak ceria berbinar-binar melihat makanan sereal yang menjadi sarapannya. Dengan tenang dia menambahkan susu putih kedalam mangkuk serealnya.

Mikoto yang melihatnya tersenyum dingin dan mengusap pelan kepala anak itu. "Kau anak baik. Makanlah yang banyak!" ucap Mikoto dan menuangkan lebih banyak sereal ke dalam mangkuknya.

Dengan cepat tangan mungil itu menyendok penuh makanan dihadapannya dan memasukannya ke dalam mulutnya. Tak menghiraukan sama sekali teriakan adiknya sendiri yang kesakitan. Sepertinya yang mengalami gangguan jiwa bukan hanya anak bungsu mereka saja. Tetapi anak sulung mereka yang tidak lain adalah saudara kembar anak yang di ikat di kursi itu juga mengalami gangguan mental. Karena mana ada seorang kakak yang membiarkan adiknya sendiri di ikat dihadapannya dan dirinya malah berwajah senang, seakan tanpa beban menyantap sarapannya.

Sedangkan Mikoto juga memakan makanan sarapannya dengan tenang di dalam dapur kecil itu. Berbeda dengan Fugaku yang tengah membuat cairan lilin yang panas di atas tungku.

Tetapi ada sebuah kejadian pada suatu hari di dalam keluarga itu yang mengerikan. Tidak. Bukan hanya terjadi di dalam keluarga itu saja. Melainkan kejadian buruk dan mengenaskan yang terjadi dengan kota kecil itu.

##Wakkusu no Ie##

10 tahun kemudian

"Kapan konser band itu di mulai?" tanya seorang wanita bermata emerald pada sang kekasih yang berada di sampingnya yang sedang menyetir. Sosok seorang pria bermata jade yang duduk di jok belakang itu menyipit melihat wanita bermata emerald itu.

"Masih lama, sayang. Satu malam lagi." Jawab pemuda berambut kuning jabrik itu dan tersenyum senang pada kekasih hatinya itu. Dia mengusap-usap rambut merah muda wanita itu dengan sebelah tangannya.

"Perhatikan jalan dan cara menyetirmu jika tidak mau kita kecelakaan dan mati konyol," ucap pemuda bermata jade itu sarkastik dan dingin.

"Gaara.. bisakah kau tidak berkata itu kepada Naruto?" tanya wanita berambut merah muda itu mulai sebal.

"Tidak. Aku tidak bisa," jawab Gaara tak mau kalah.

"Garra seharusnya kau lebih…"

"Sstt.. sudahlah, Sakura! Aku sudah terbiasa mendengarnya dari mulut Gaara," ucap Naruto memotong perkataan Sakura dan menenangkannya.

"Ya, sudah." Jawab Sakura akhirnya.

"Sudah terbiasa, eh? Bagus jika begitu," komentar Gaara kembali sarkastik.

Sakura baru saja akan membuka mulutnya untuk berbicara pedas dan membalikan badannya menghadap Gaara tapi dicegah oleh Naruto.

"Apa kau masih belum bisa mempercayaiku, Gaara?" tanya Naruto dan tersenyum miris.

"Selamanya tidak akan pernah. Dasar bodoh!" ucap Gaara pelan namun masih bisa terdengar oleh Sakura dan Naruto.

Sakura dan Naruto menghela nafas berat dan frustasi karena sikap tak bersahabat Gaara.

Tin.. tin..

Dua kali bunyi klakson itu membuat ketiganya menoleh pada satu mobil lagi yang berada di samping kanan mereka. Di dalamnya juga sama terdapat tiga anak manusia. Seorang wanita berambut blonde yang di sampingnya adalah kekasihnya sendiri yang sedang menyetir berambut hitam. Sedangkan di kursi belakang ada seorang pemuda berambut coklat dengan tatoo kedua taring berwarna merah di pipinya, dia menggenggam sebuah handicam di tangannya yang siap merekam apa saja.

"Hei… ada kabar buruk teman," ucap pemuda berambut hitam dan bermata onyx. Dia berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari depan jika tak mau menabrak sesuatu.

"Ada apa, Shikamaru?" tanya Naruto dan menyamakan kecepatan laju mobilnya dengan mobil yang di bawa oleh Shikamaru.

"Jalan untuk menuju tempat konser itu di blokade oleh polisi selama semalam," seorang wanita berambut blonde itu yang menjawabnya. Di wajahnya tersirat rasa jengkel teramat sangat karena mendengar kabar itu.

"Dari mana kau tahu?" tanya Sakura yang ikut ambil percakapan diantara mereka.

"Karin dan Suigetsu… mereka sudah sampai di tempat konser itu," ucap Kiba.

"Dan mereka bilang jalan menuju ke sana di blokade karena untuk menjaga keamanan," ucap Shikamaru dan sedikit menguap.

"Kita hanya tinggal putar balik dan mencari jalan yang lain menuju tempat konser itu bukan?" ucap Sakura simpel.

"Tidak bisa seperti itu, Sakura." Naruto menjawabnya setengah geli karena pikiran simpel kekasihnya itu.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Sakura.

"Karena jika kita putar balik maka kita tidak akan pernah melihat konser itu," jawab Naruto.

"Dengan kata lain kita hanya akan membuang waktu saja jika kita memutar jalan," ucap Gaara.

"Kita akan berkemah," ucap Shikamaru.

"Apa? Kita bahkan tak tahu di mana tempat yang bisa di jadikan tempat berkemah," ucap Sakura.

"Ada… di sana!" Naruto mengedikan kepalanya ke kanan ke sebuah lapang luas dengan rumput hijau yang tebal, yang semuanya di kelilingi oleh pepohonan yang lebat.

"Shikamaru.." panggil Naruto.

"Baiklah. Aku ada di belakangmu," ucap Shikamaru dan menurunkan kecepatan mobilnya. Membiarkan mobil Naruto terlebih dahulu maju menuju tempat yang bisa di jadikan tempat berkemah itu.

"Dari mana kau tahu jika di sini ada tempat seperti ini?" tanya Sakura sedikit heran.

"Dulu sewaktu aku masih kecil aku pernah kemari dan berkemah dengan kakekku di tempat yang aku sebutkan tadi."

Sedangkan Sakura hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o' kecil setelah mendengar penuturan kekasihnya itu.

"Ok.. kita sudah sampai," ucap Naruto dan membelokan mobilnya ke kanan. Memarkirkan mobilnya setelahnya di ikuti oleh mobil Shikamaru dari belakang.

Naruto dan Sakura turun berbarengan baru setelahnya Gaara yang keluar dari mobil itu dengan malas.

"Hm.. berkemah di tempat seperti ini tidak buruk juga," komentar Ino dan memandang sekeliling lapangan dengan lautan hijau itu lewat kaca mobil.

Ino segera turun dari mobilnya bersamaan dengan turunnya Kiba untuk membantu Shikamaru mengeluarkan peralatan kemah seperti tenda, kantung tidur dan lainnya yang selalu ada di dalam. Kenapa selalu ada? Karena Shikamaru dan juga Kiba beserta Naruto sering sekali mengadakan acara kemah di alam terbuka. Jadi, mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dan mulailah semuanya membangun sebuah tenda dan terkecuali Sakura dan Ino yang memang hanya membantu sedikit. Sedangkan Gaara bertugas mencari ranting atau kayu yang bisa di jadikan penghangat mereka pada saat malam nanti dengan membuat api unggun.

.

.

Udara mulai terasa dingin dan menusuk kulit, karena matahari sudah turun dari tempat terhormatnya yang kini di gantikan oleh sang bulan. Benda bulat yang memancarkan cahaya di malam hari itu terlihat indah dengan bentuknya yang setengah, bulan sabit. Beribu-ribu bintang yang berada di sekelilingnya menjadi pendamping sang bulan agar tidak sendiri menerangi gelapnya bumi.

Dan dengan udara yang dingin itu membuat ke enam anak manusia itu duduk melingkar di depan sebuah api unggun. Oh, salah. Bukan berenam, tetapi berlima karena sosok Gaara nampak duduk di sebuah kursi lipat panjang di dekat tenda yang lumayan jauh dengan api unggun. Mengawasi sosok seorang wanita berambut merah muda pendek yang tengah tersenyum dan bercanda dengan kekasihnya.

"Hihihi… hentikan, Naruto! Rasanya geli sekali," ucap Sakura karena dari tadi kedua tangan berkulit coklat milik kekasihnya itu menggelitik pinggangnya. Sakura memegang kedua tangan Naruto supaya berhenti.

Dan keduanya berhenti saling lempar tawaan saat menyadari kedua mata jade milik Gaara terus menerus melihat pada mereka. Naruto sedikit menjauh pada Sakura dan kini keduanya merasa canggung juga sebal.

"Hei… semuanya lihat kemari!" ucap Kiba dan tersenyum mendekati anak manusia yang berkumpul di depan api unggun, setelah sebelumnya dia bergumal di dalam tenda untuk mencari sebuah benda yang kini berada di tangan kananannya. Sebuah alat perekam yang harganya pasti tidak main-main.

"Kami semua sekarang tengah berkemah di sebuah tempat yang tidak aku kenal sama sekali," ucap Kiba dan mengarahkan handicam miliknya ke dirinya sendiri dan setelah itu mengubah sudut pandangnya pada keadaan sekitar yang di tumbuhi pohon lebat yang menjulang tinggi.

"Say Hello…" ucap Kiba lagi dan mengarahkan handicamnya pada Ino dan juga Shikamaru yang ingin hendak berciuman. Dengan gusar Ino mengusir Kiba dan handicamnya dengan sebelah tangannya yang mendorong handicam itu yang sekarang menyorot wajah Sakura.

Sakura belum sadar sama sekali jika handicam itu tengah menyorot dirinya. Dia sibuk tersenyum dan sebelah tangannya menyelipkan sejumput anak rambutnya ke belakang telinga karena sedikit menutupi pandangan matanya.

Kiba terpaku dan diam membisu memperhatikan wajah Sakura yang terekam di dalam handicamnya. Dan kini dia men-zoom ukuran layar video itu dan mengarakannya lebih dekat pada wajah Sakura. Wajah Sakura yang berbentuk oval, kedua bulu matanya yang lentik, dua buah bola mata sewarna dengan batu zamrud, hidung yang mancung dan bibir berwarna merah muda yang mungil, di dukung dengan warna kulitnya yang seputih pualam. Hampir tidak ada cacat sama sekali. Sungguh hasil pahatan yang sempurna.

Tak dapat di cegah Kiba tersenyum melihat wajah Sakura. Dan juga tak dapat di pungkiri jika pemuda bertatto di pipi itu menaruh hati pada wanita berambut cherry itu. Dulu, sewaktu SMA dia dan Naruto bersaing untuk memperebutkan Sakura dan siapa yang menang memiliki hatinya sekarang ini bisa kalian tahu sendiri.

"Ehm.." Naruto berdehem kencang dan memandang sinis Kiba sekilas sebelum pandangannya beralih pada sosok Gaara. Setelahnya dia beranjak berdiri dari duduknya di samping Sakura dan berjalan menuju tendanya.

Sakura yang melihat kepergian kekasihnya menautkan kedua alisnya. Dan kedua mata emeraldnya nampak sedikit kaget dengan Kiba yang berdiri di hadapannya, dan sebuah handicam mengarah pada dirinya. Dan dirinya bisa menebak kenapa kekasihnya sedikit sewot dan ngambek sekarang. Ternyata dia cemburu pada Kiba.

"Kiba… hentikan itu!" ucap Sakura dan berdiri, berjalan menghampiri sosok Kiba.

Kiba yang melihat sosok Sakura yang menghampirinya langsung buru-buru menutup layar handicamnya. Dan sebuah tangan mungil dan putih menjulur kearah handicam miliknya, merebutnya dengan paksa.

Sedangkan Kiba hanya diam membiarkan Sakura mengambil handicamnya dan membuka kembali layarnya. Sekarang gantian, Sakura menyorotkan handicamnya pada wajah Kiba. Dengan cepat Kiba membuka topi merah yang di pakainya dan langsung memakaikannya pada kepala Sakura, bermaksud untuk menutupi kedua matanya.

"Hei… apa ini?" ucap Sakura sedikit terkejut karena kepalanya di pasangi oleh sebuah benda.

"Tak akan kubiarkan kau mengambil handicam ini," ucap Kiba tak mau kalah dan merebut kembali handicam miliknya dari tangan Sakura.

Sakura yang tidak terima langsung membetulkan letak topinya menjadi miring, membuatnya wajanya nampak imut. Dan sesi kejar-kejaran antara Kiba dan Sakura pun di mulai.

Dan semua yang ada di sana menonton pertunjukan itu. Menambah riuhnya suasana di sana. Namun, tiba-tiba saja angin berhembus menerpa mereka semua. Menggoyangkan semua pohon yang ada di sana. Sebuah hembusan angin yang juga mengantarkan bau tak sedap. Bau menyengat dan busuk seperti bau bangkai binatang. Semuanya terdiam saling pandang dan menutup indera penciuman mereka.

"Bau apa ini?" ucap Ino yang hampir saja muntah. Dia sudah memegang perutnya tanda mual.

Tiba-tiba saja terdengar suara mesin berjalan sebuah mobil yang mendekat kearah mereka. Dan benar saja, dari arah depan datang sebuah mobil tua yang misterius. Kedua lampu mobil bagian depannya menyala dan dengan sukses menyorot mereka semua. Membuat mata semuanya menjadi silau dan terganggu karenanya.

"Hei… bisa kah kau matikan lampunya?" ucap Shikamaru kesal.

".." Tak ada jawaban dari sang pemilik mobil.

"Hei… Naruto.. mungkin tanah lapang ini milik orang itu, dan dia marah pada kita karena masuk tanpa izin." Komentar Sakura.

Naruto menggeleng tanda tidak menyetujui komentar Sakura. Karena sewaktu Naruto masuk ke dalam kawasan lapangan luas itu tidak terdapat sebuah papan, atau plang yang betuliskan 'tanah pribadi'.

"Cepat turun!" ucap Naruto sedikit berteriak. Bagaimana tidak kesal. Orang yang punya mobil itu sama sekali tak merespon perkataan Shikamaru yang menyuruhnya mematikan kedua lampu depan mobilnya.

Sosok di dalam mobil itu yang entah perempuan atau laki-laki menyenderkan sebelah tangannya pada sisi kaca mobil sampingnya, membuat sikutnya menonjol keluar. Seperti menantang semua orang di sana.

"Brengsek! Matikan lampunya, idiot!" ucap Gaara kasar dan tak tanggung-tanggung. Kini dia sudah berdiri dengan di tangannya ada sebuah botol cola-cola yang sudah hampir habis.

Sakura mendekati Gaara dan mencoba menenangkannya dengan menarik lengan kanannya agar menjauh dari mobil itu, karena posisinya lumayan dekat dengan mobil itu. Kedua mata jade milik Gaara tersorot sempurna oleh sinar lampu mobil itu.

"…" Tetap tak ada respon dari sang pemilik mobil aneh itu.

Shuutt! Praangg!

Diawali dengan suara angin yang terbelah karena sebuah benda, dan bunyi nyaring oleh sebuah benda itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut. Kecuali sang pemilik mobil dan pelakunya tentunya.

Karena pemuda berambut merah dan bertatoo kanji di dahinya itu melempar botol cola-cola minumannya sendiri pada salah satu lampu. Sehingga kaca lampu itu pecah dan lampunya mati.

"Sekarang lampunya sudah mati," ucap Gaara dan hendak mengambil satu botol lagi berniat akan melempar lampu yang satunya lagi yang masih menyala.

Namun, gerakannya terhenti karena Sakura menggenggam pergelangan tangannya kuat dan melotot padanya. Dan tiba-tiba saja mobil itu mundur dan meninggalkan mereka semua tanpa mereka tahu siapa orang misterius yang berada di dalamnya. Orang misterius itu pergi tanpa sepatah kata.

"Sekarang sudah pergi," ucap Gaara dan melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Sakura. Dia berjalan kembali menuju kursi lipat panjangnya dan berbaring. Menutupi wajahnya dengan tudung jaket miliknya.

"Sebaiknya kita semua sekarang tidur," ucap Shikamaru dan mematikan api unggunnya.

Dan semuanya masing-masing memasuki tenda. Ino dan Sakura satu tenda, sudah jelas. Dan Kiba, Naruto juga Shikamaru dalam satu tenda. Sedangkan Gaara lebih memilih tidur di luar tenda, sambil berjaga-jaga juga.

##House of Wax##

Sosok berjubah hitam itu yang dapat di ketahui dari postur tubuhnya adalah seorang laki-laki berjalan pelan mendekati sebuah tenda. Sebuah tenda yang di dalamnya di tiduri oleh dua orang wanita berambut blonde panjang dan wanita berambut merah muda pendek. Di sebelah tangannya tergenggam sebuah handicam yang sudah tak asing lagi, sebuah handicam milik Kiba. Yang entah bagaimana bisa sosok berjubah hitam itu mengambilnya dari sang pemilik.

Sosok itu mulai menyalakan video handicamnya dan mengarahkannya ke dalam tenda lewat celah di masing-masing tenda itu. Celah yang berbentuk segi empat dengan sebuah plastik transfaran sebagai sekatnya, sehingga apa yang ada di dalam dapat terlihat jelas. Dan itu memudahkan sosok itu merekam wajah seorang wanita. Wanita cantik berambut merah muda yang kini sedang terlelap.

Sosok itu menyunggingkan sebuah senyuman yang menakutkan di tengah malam. "Utsukushii.." sosok itu bergumam dengan bahasa asing sambil memandang lekat wajah Sakura yang terekam di dalam handicamnya.

Kretak!

Sosok itu menginjak sebuah ranting kering sehingga menyebabkan sebuah suara kecil di gelapnya malam. Dan karena sosok itu mulai melihat Sakura yang bergerak-gerak seperti akan bangun segera menjauh dari tenda itu.

.

.

Seorang wanita berambut merah muda itu nampak membenarkan posisi tidurnya berkali-kali. Dari terlentang, miring, tertelungkup tak ada yang membuatnya nyaman. Walaupun rumput yang di alasi dengan selimut tebal itu dan dia tidur di dalam kantung tidur sama sekali tidak membuatnya nyaman. Berbeda dengan cara tidur Ino yang terlihat sangat nyaman dan pulas. Lain beda dengan Sakura karena pasalnya dia tak terbiasa berkemah yang tidak seperti Ino yang sering ikut kekasihnya berkemah di alam terbuka.

Akhirnya Sakura memutuskan untuk bangkit dan tepat pada saat itu ada bayangan seperti sosok orang yang lewat di belakang tenda mereka berdua. Seketika Sakura merinding takut dan refleks menyentuh tengkuknya sendiri.

"Siapa?" ucap Sakura dan merapat pada sosok Ino yang tengah tertidur lelap.

Sakura mencoba membangunkan Ino dengan mengguncang-guncangkan tubuhnya. Namun, tak ada respon sama sekali dari Ino. Sepertinya wanita berambut blonde ini benar-benar sedang mengalami mimpi yang indah, menyebabkan dirinya enggan untuk membuka kedua matanya barang sebentar.

Sakura menyerah berusaha membangunkan Ino. Dengan sedikit keberanian dia mulai menurunkan resleting tendanya dan menjulurkan kepalanya keluar. Selang beberapa detik kemudian dia sepenuhnya keluar dari dalam tenda.

Seketika hawa dingin yang menusuk menerpa tubuhnya. Sakura merapatkan sweeter berwarna merah maroonnya menutupi tubuh bagian atasnya. Sedangkan bawahannya yang hanya memakai hot pants berwarna hitam tidak di tutupinya. Dan kakinya yang telanjang merasakan dingin yang luar biasa ketika menyentuh permukaan rerumputan tebal itu.

Kretak!

Suara ranting diinjak itu itu kembali terdengar dan Sakura membalikan badannya meihat arah pepohonan yang menuju ke hutan. Daun dari pohon itu menari-nari karena hembusan angin kecil.

Kretak!

Kembali terdengar, dan Sakura yakin suara itu datangnya dari bagian samping mobil kekasihnya sendiri. Dengan kaki gemetar karena menahan dingin dan juga takut akhirnya Sakura berjalan mendekati asal suara itu. Ditambah dia merasa jika dirinya sedang di awasi oleh sesuatu entah apa itu.

Tinggal lima langkah lagi maka Sakura akan sampai pada bagian samping mobil itu. Dan pada saat dia menengok untuk melihat bagian samping itu tak ada siapapun. Padahal sudah jelas jika Sakura merasakan kehadiran seseorang di bagian samping mobil itu yang mengawasi dirinya.

Dan ketika dia hendak berbalik dia harus menahan nafas karena kehadiran seseorang yang dikiranya hantu. Untung saja dia masih bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak di tengah gelapnya malam dan di tengah-tengah hutan, yang bisa membuat orang yang sedang terlelap tidur jadi terbangun karena teriakan seorang Sabaku Sakura. "K-kau mengagetkanku, Gaara?" ucapnya dan mengelus dadanya sendiri, menghela nafas lega.

Gaara sedikit menguap dan menutup mulutnya sendiri dengan sebelah tangan, sekarang dia jadi mirip seorang Nara Shikamaru. "Hn. Kau ngapain keluar malam-malam seperti ini, Sakura," ucapnya dan menarik Sakura menjauhi mobil itu. Memeluknya dari samping berusaha menyalurkan sebuah kehangatan pada tubuh dingin Sakura.

"Aku seperti melihat ada orang di balik mobil itu. Orang itu seperti mengawasiku. Aku takut, Gaara," ucap Sakura dan memeluk erat Gaara. Tangannya sedikit gemetar.

"Sssttt… tak ada orang di sana. Kembalilah tidur. Aku akan menjagamu dari luar," ucap Gaara.

Sakura mengangguk dan kemudian mulai masuk kembali ke dalam tenda. Tetapi sedetik kemudian kepalanya keluar dan memandang sosok Gaara yang terduduk di depan tendanya. "Terima kasih, Gaara."

"Hn. Cepat tidur!" ucap Gaara dan mengelus pelan puncak kepala Sakura, tersenyum tipis dan menenangkan.

##Wakkusu no Ie##

Tugas sang bulan telah selesai menerangi bumi pada malam hari. Dan sekarang tugasnya kembali di gantikan oleh sang matahari. Sinar mentari yang hangat namun sedikit membakar kulit menjadi awal pagi yang sehat. Dan sebelum matahari itu terbit kumpulan anak manusia itu sudah selesai membereskan tenda mereka. Yang sekarang mereka lakukan adalah hanya merapikan barang-barang kemah itu ke dalam mobil. Seperti halnya Shikamaru, Kiba, Naruto dan Gaara yang tengah merapikannya. Seharusnya untuk tugas merapikan atau menata apapun itu adalah tugas seorang wanita. Tetapi berhubung Ino dan Sakura tidak ada jadi terpaksa mereka sendiri yang harus melakukannya.

"Sakura… aku masih penasaran dengan mobil yang semalam," komentar seorang wanita berambut blonde sambil berjalan pelan menyusuri hutan. Kedua tangannya terayun ke depan untuk menyingkirkan ranting-ranting kayu yang mengganggu jalannya. Sakura yang berasa di sampingnya nampak tak peduli.

"Tidak usah dipikirkan lagi, Ino," ucap Sakura dan berhenti berjalan. Dia memandang sosok Ino yang tengah berjalan ke balik sebuah pohon besar yang menjulang tinggi yang entah apa namanya. "Cepat sedikit!"

"Iya.. iya.. cerewet," gumam Ino dan mulai berjongkok.

Oh, ternyata kedua wanita itu berjalan ke dalam hutan adalah untuk membuang air kecil. Hanya Ino saja karena Sakura hanya mengantarnya.

Sakura mulai merasakan gatal di bagian kakinya karena menyentuh ranting-ranting kayu, karena Sakura kembali memakai celana hots pants berwarna merah yang di padukan dengan tanktop berwarna hitam untuk bagian atasannya. Dia terus menerus mundur tanpa tahu jika di belakangnya ada jalan menurun menuju ke bawah, batas daerah hutan itu untuk menuju jalan. Sebelah kakinya salah melangkah dan tubuhnya oleng ke depan. Sakura jatuh meluncur ke bawah dengan kepala terlebih dahulu, kedua tangannya menggapai-gapai ke depan atau ke samping mencari pegangan, namun tak di dapatnya.

Tanktop bagian depannya sudah pasti sangat kotor karena Sakura jatuh tertelungkup. Dan ketika Sakura sudah mencapai bagian bawahnya kedua mata emeraldnya di suguhi pandangannya yang membuat perutnya mual. Sesuatu di dalamnya perutnya serasa berputar-putar. Kedua tangannya menyentuh lebih dalam bagian tanah yang lembek dan bau, di tambah warna dari tanah itu sudah kehitaman karena bercampur dengan darah. Timbunan bangkai binatang itu di kerubungi oleh lalat.

Sakura mulai menangis dan panik. "Tolong aku! Gaara.."

Yang membuatnya panik adalah karena adanya sebuah pergelangan tangan yang menyembul keluar di antara timbunan bangkai itu. Sakura mengira jika itu adalah sebuah tangan manusia yang mati. Padahal hanya sebuah tangan boneka karena jika di lihat dari tekstur bentuk yang kasar dan terlihat sangat keras.

"GAARRRAAA!" teriak Sakura memanggil nama saudara kembarnya sendiri.

.

.

Semua barang-barang untuk berkemah itu sudah beres di masukan semuanya ke dalam mobil Shikamaru. Dan Naruto berjalan menuju mobilnya untuk mengambil botol mineral karena tenggrokannya terasa sangat kering. Membutuhkan cairan secepatnya.

Naruto mengambi botol mineral itu di jok paling belakang dan setelah mendapatkannya, di tegaknya sampai setengahnya. Namun, ketika dia hendak akan meminumnya kembali gerakannya terhenti. Kedua kakinya bergerak berjalan ke samping mobilnya sendiri dan berjongkok melihat ban mobilnya. Kedua mata shappire-nya nampak terkejut dengan keadaan ban mobilnya yang kempes.

"Damn! Kenapa di saat seperti ini?" umpat Naruto kesal dan menendang ban mobilnya yang kempes. Dan umpatannya itu terdengar oleh Shikamaru, Kiba dan juga Gaara.

"Kau kenapa, Naruto?" tanya Shikamaru dan berjalan mendekati Naruto. Di belakangnya menyusul sosok Kiba dan juga Gaara yang berwajah terheran-heran melihat ekspresi wajah Naruto yang kesal.

"Lihat ban mobilnya!" ucap Naruto dan mengacak-ngacak rambutnya yang membuatnya semakin berantakan.

"Sepertinya di sengaja," ucap Kiba.

"Oleh siapa?" tanya Shikamaru yang mendengar ucapan Kiba yang sekenanya.

"Orang yang semalam mungkin," jawab Kiba kembali asal.

"Tidak perlu khawatir. Aku bawa satu ban cadangan di dalam mobil." Ucap Shikamaru dan tidak panik. Naruto yang mendengarnya seketika sumringah dan bergumam terima kasih pada Shikamaru.

"Sepertinya tak semudah itu," ucap Gaara dan berjalan ke samping mobil Naruto yang satunya lagi.

"Kenapa?" tanya Shikamaru.

"Lihat ini!" ucap Gaara dan menendang ban mobil satunya lagi yang kempes.

"Arrrggghhh.. Sial! Bagaimana ini?"

"Tidak ada pilihan lain… kita harus mencari.."

"GAARRAAA!" tiba-tiba saja terdengar jeritan seseorang yang kencang. Suara itu berasal dari dalam hutan yang membuat semuanya panik. Terlebih orang yang di panggil namanya. Dan semuanya tahu milik siapa suara bening ini, dan dengan segera semuanya berlari ke dalam hutan. Mencari sosok keberadaan wanita berambut merah muda.

"Bertahanlah, Sakura!" teriak Gaara kencang di tengah berlarinya di dalam hutan.

"Semuanya sebelah sini," teriak suara lain yang semuanya sudah tahu siapa pemiliknya. Siapa lagi jika bukan suara Ino.

"Ino.. dimana Sakura?" tanya Gaara panik setelah sampai di mana tempat Ino berada yang berarti juga tempat di mana Sakura.

"S-Sakura ada di bawah, dia terjatuh," ungkap Ino.

Dan setelahnya Gaara turun dengan tergesa-gesa. Jalanan yang menurun itu di laluinya dengan sangat mudah. Kiba dan Naruto juga ikut turun setelah Gaara. Sedangkan Shikamaru belakangan karena membantu Ino untuk turun juga.

"Gaara… tolong aku!" ucap Sakura dan menangis. Posisinya masih sama, yaitu kepala di bawah dan kaki di atas. Kedua tangannya menumpu tubuhnya sendiri agar tidak jatuh ke dalam timbunan bangkai binatang yang sudah membusuk.

"Aku memegangmu," ucap Gaara dan menarik pinggang Sakura dengan mudah ke atas.

"Aku baru tahu jika di sini ada tempat penimbunan bangkai binatang," ucap Naruto. Dia mendekati Sakura dan menyodorkan botol air untuk membasuh kedua lengannya yang berwarna merah bercampur dengan tanah.

Ino memegang perutnya lagi karena merasa mual melihat ratusan bangkai binatang yang sudah membusuk beserta bau yang dikeluarkannya. "Sakura kau tidak apa-apa?" tanyanya dan mendekati Sakura.

"Tidak apa-apa… aku sudah baikan," ucap Sakura yang sudah tenang sambil membersihkan bekas darah yang masih menempel.

Tiba-tiba ada saja ada sebuah mobil yang bisa di bilang lumayan jelek dan kotor yang bagian belakangnya mengangkut seperti sebuah bak pasir. Di dalamnya terdapat bangkai binatang hewan bertanduk, rusa. Yang bagian perutnya sudah di keluarkan dan di kerumuni oleh ulat putih yang gemuk dan menggeliat ke sana kemari.

Semuanya menyerngit mual melihatnya.

"Siapa kau?" tanya Gaara. Sungguh tak sopan.

"Hanya seorang pengangkut bangkai rusa dari kota kecil di ujung jalan sana," jawab orang itu dan turun dari mobilnya. Kedua mata onynya yang tertutupi oleh sebuah bingkai kacamata melihat wajah-wajah semua orang yang berada di sana. Dan pandangannya bertumpu pada sosok Sakura. Orang itu menyeringai melihat Sakura.

Orang yang berpakaian berantakan itu berjalan dan menyeret bangkai binatang itu dan melemparkannya pada timbunan bangkai rusa yang lain tanpa ada rasa jijik yang tersirat di wajahnya.

"Hei kau… siapa namamu?" tanya Naruto dan berjalan mendekat pada orang itu.

"Kabuto Yakushi…"

"Kau bilang ada sebuah kota kecil di ujung jalan sana?" tanya Naruto.

"Ya.. benar."

"Apa ada sebuah bengkel?"

"Tentu ada." Jawab Kabuto yang tersenyum aneh.

Naruto melirik Shikamaru sebentar dan berjalan mendekatinya. "Shikamaru… aku akan pergi ke kota itu. Kau dan semuanya tunggu saja di sini."

"Baiklah. Kalau begitu…"

"Aku ikut denganmu, Naruto," ucap Sakura tiba-tiba dan berjalan mendekat pada Naruto, rupanya dia mendengar percakapan antara kekasihnya dengan Shikamaru.

"Tidak… kau tidak boleh ikut," ucap Gaara dan mendelik tajam. Penyakit sister-complexnya kembali muncul.

"Aku bisa jaga diri, Gaara. Lagi pula aku pergi dengan kekasihku sendiri," bela Sakura dan memberi penekanan pada kata 'kekasih'.

"Baiklah.. kau boleh pergi." Gaara kali ini menyerah.

Sakura tersenyum menang dan melirik Naruto sekilas.

"Apa kau bersedia mengantarkan kami berdua ke sana?" tanya Naruto pada Kabuto yang dari tadi diam memperhatikan mereka semuanya berbicara.

"Tentu. Senang sekali rasanya bisa membantu orang lain," ucap Kabuto dan berjalan menuju mobilnya dan masuk ke dalamnya. Dia mulai menghidupkan mesin mobilnya.

Naruto turun duluan walaupun sangat enggan, karena kakinya menginjak ratusan bangkai binatang. Dia mengerling pada Sakura yang menyuruhnya untuk turun. Namun sebuah suara menghentikan gerakan Sakura.

"Tunggu dulu, Sakura! Ganti bajumu dengan ini," ucap Gaara dan secepat kilat membuka kemeja polos berlengan panjang berwarna hitam yang dikenakannya. Dan sekarang yang melekat di tubuh bagian atasnya adalah kaos oblong berwarna putih. Dia menyerahkannya pada Sakura dan setelahnya membelakangi tubuh Sakura. Shikamaru dan Kiba juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua berjalan mendekati Sakura dan berdiri membelakangi tubuh Sakura. Membuat seperti tembok agar orang yang baru di kenal oleh mereka itu tak melihat tubuh Sakura yang terbuka ketika mengganti bajunya. Sedangkan Ino membantu Sakura membuka tanktop milik Sakura.

Tetapi tetap saja bagian perut Sakura yang ramping dan putih terlihat oleh Kabuto yang membuatnya menyeringai tipis.

"Sudah selesai, terima kasih," ucap Sakura yang sudah selesai mengancingkan semua kancing kemeja milik Gaara. Sakura berjalan mendekat pada Naruto dan mengulurkan tangannya. Dengan pelan Sakura mulai turun dengan bantuan Gaara. Dan keduanya berjalan menuju mobil Kabuto, masuk kedalamnya. Dan beberapa detik kemudian mobil itu berjalan meninggalkan semuanya.

"Ayo kita kembali… dan Kiba juga Gaara kalian susul mereka dengan mobilku," ucap Shikamaru dan mulai menarik pergelangan tangan Ino dari tempat itu.

"Ok..!" ucap Kiba dan juga pergi dari tempat itu.

Setelahnya baru Gaara dan sepertinya ada sesuatu yang aneh dengan Gaara. Jika di lihat dari raut wajahnya yang kelihatan tegang dan khawatir. Sebelah tangannya menempel di dadanya sendiri tempat di mana alat vital manusia, jantung.

Deg.. deg.. deg..

Suara jantung milik Gaara berdetak dengan begitu kencangnya dan pada saat itu juga Gaara merasakan firasat buruk mengenai saudara kembarnya sendiri. "Semoga tidak terjadi apa-apa denganmu, Sakura," batinnya dan berjalan menyusul yang lainnya.

.

.

Tsudzuku

*Utsukushii : Beautiful

Ok.. gimana? Ini baru awalnya saja dan belum menuju ke masalah yang sebnarnya. Ada bebrapa prbdaan dari film aslinya. Dan makin ke sana akan semakin brbda tentunya. Akan Saya terus kembangkan jalan crt'y spy lbh mnrik dan mngangkan. Ending'y pun akan berbeda sama sekali dan pst buat readers pensrn nntinya…khu..khu…khu..

Tetapi, jika reraders meminta untuk tidak di lanjutkan akan Saya tidak lanjutkan demi kenyamanan readers semua d FFn. So, Keep or not?

Salam manis, Miko-chan^^

REVIEWS