Just A Game?

Pairing: Sasuhina

Gendre: Romance but not romantic

Rated: T

Warning: segala macam jenis warning berkumpul deh.

Disclaimner: Masashi Kishimoto of course

Fic yang dibuat dari hasil otak gui gui yang udah beberapa minggu gak update fic. Maaf kalo gaje ... judulnya juga gak banget.

Selamat menikmati ...

Gui gui M.I.T

"Senpai,aku mohon terimalah perasaanku!"

Tubuh si gadis cantik nan mungil yang baru saja menyatakan perasaan pada seorang kakak kelasanya itu terlihat bergetar. Wajahnya menunduk sementara kedua tangannya mengacung tinggi menyodorkan sebuah surat berwarna pink muda. Surat itu adalah surat cinta pertama yang ditulisnya, jantung gadis berdetak dua kali lebih cepat dari biasa. Gadis cantik dengan iris mata lavender tersebut sangat berharap sang kakak kelas akan menerima cinta tulus darinya.

Satu menit ...

Dua menit ...

Lima menit terasa berlalu dengan sangat lama, pria berambut pirang itu tersenyum dan langsung mengusap pelan rambut lembut sang gadis cantik yang masih menunduk. Sontak saja si gadis langsung terkejut, dia hanya bisa mengedipkan kedua matanya. Tetap menunduk dengan wajah yang sangat merah merona.

"S-Senpai ..."

"Terima kasih Hinata,aku senang gomen ne ... Aku tidak bisa menerima perasaanmu." Si pria pirang berkata dengan nada lembut dan penuh dengan kehangatan.

Syok dan terkejut, gadis cantik bak bidadari itu langsung mendongakkan kepalanya, menatap mata shappire itu dengan mata berkaca-kaca. Cairan bening menggenang di pelupuk mata indahnya dan hampir tidak tertahankan lagi. Hinata ditolak, dan ini adalah pertama kalinya dia menggunggapkan perasaan cinta pada seseorang.

Melihat sang adik kelas yang terlihat sudah hampir menitikkan air matanya, pria pirang itu merasa iba. Hatinya tidak tega melihat gadis yang sudah dianggap seperti adik perempuannya itu sedih seperti sekarang ini. Pria bernama lengkap Namikaze Naruto berlahan melangkahkan kakinya lebih mendekat pada Hinata. Dipegangnya kedua bahu kecil milik gadis itu, setelah menarik nafas panjang Naruto tersenyum hangat membuat Hinata yang sedari tadi menatapnya menjadi semakin merona meski hatinya semakin terluka.

"S-Senpai hm ... W-Watashi wa ... A-Ano ... " Hinata berbicara tidak jelas, dirinya tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Cintanya ditolak dan rasanya gadis itu ingin langsung lari dari tempat itu, dia tidak mau Naruto melihatnya menangis, dia tidak mau terlihat lemah. Gadis itu berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya dengan sebuah senyuman yang sejak tadi terus dipertahankannya untuk tetap terukir dengan indah.

"Maafkan aku Hinata, aku tahu kau gadis yang sangat baik ... Aku akan sangat beruntung jika bisa mendapatkanmu!"

"Eee?" Setitik harapan muncul, kata-kata Naruto membuat Hinata sedikit berharap kalau pria itu mungkin saja mempunyai perasaan yang sama dengannya.

"T-Tapi, kenapa S-Senpai menolakku?" tanya Hinata pelan. Lagi-lagi Naruto tersenyum, masih tetap memegang kedua bahu kecil Hinata, Naruto menengadah ke atas menatap hamparan langit biru yang begitu memukau.

"Jika aku menerima perasaanmu, aku hanya bisa membuatmu menderita. Aku ... Mencintai gadis lain Hinata!"

Rasanya gadis itu ingin langsung berteriak, menangis untuk meluahkan semua perasaan kecewanya. Mendengar kata-kata Naruto yang seperti itu membuat semua harapan Hinata yang sempat tercipta langsung runtuh seketika. Sekarang tidak ada lagi harapan untuknya, Naruto mencintai wanita lain dan tidak akan mungkin akan jatuh cinta pada gadis lemah sepertinya. Tapi meskipun begitu Hinata masih tetap berusaha untuk terlihat tidak apa-apa di depan Naruto.

"Hinata, aku ..."

"Daijoubu, Naruto-senpai. Hm ... Sudah bisa memberitahukan p-perasaanku s-saja a-aku s-sudah me-merasa l-lega. Naruto-senpai t-tidak u-usah merasa b-bersalah, s-sungguh ...A-aku baik-baik s-saja. jangan k-khawatir!" kata Hinata terbata-bata, senyuman masih tetap mengembang di bibir tipisnya. Memang dasar Naruto tidak pernah peka terhadap perasaan wanita, Pria jabrik itu benar-benar percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang baru saja menggunggapkan perasaannya tersebut.

"Arigato Hinata, kau memang gadis yang baik!"

"Hm ... Jadi, siapa g-gadis yang b-beruntung i-itu, S-senpai?" tanya Hinata penasaran.

Wajah Naruto langsung memerah saat Hinata bertanya tentang gadis beruntung yang sudah berhasil mendapatkan hatinya.

"Dia hanya seorang gadis aneh, cerewet, nakal, pesimis dan tomboy. Tapi sepertinya aku telah jatuh hati padanya!"

Hinata hanya bisa menangis dalam hati, semua yang dibicarakan oleh Naruto tentang gadis itu sama sekali bertolak belakang dengan kepribadiannya.

"Hm ... Gadis itu beruntung Senpai, hm ... Ano ... S-Sepertinya s-saya h-harus pergi, Sampai ketemu lagi n-nanti ya, S-Senpai!" Hinata menundukkan tubuhnya sebentar dan langsung berlari pergi meninggalkan Naruto sendirian.

'Hm ... Semoga kau bahagia, Naruto-kun!'

Hinata berlari, tidak peduli dengan derasnya hujan yang tiba-tiba saja turun Hinata masih tetap tidak memperlambat langkahnya. Airmata gadis itu tidak pernah berhenti mengalir. Naruto adalah cinta pertamanya, pujaan hatinya, dia bahkan sudah mencintai pria itu diam-diam selama kurang lebih empat tahun dan sekarang ... Setelah cintanya ditolak, Hinata kehilangan arah. Hatinya hancur ... Hujan seakan-akan mengerti dengan perasaannya, derasnya air yang berjatuhan berhasil membuat air matanya yang mengalir deras itu tersamarkan dengan sangat baik.

'Hm ... Cinta pertama tidak berhasil, masih ada cinta kedua dan ketiga kan? Jadi ... Jangan bersedih Hinata! Hiks ...'

Hinata menghapus airmatanya dengan kasar, berhenti di tengah-tengah jalan. Kepalanya menengadah keatas membiarkan air hujan jatuh langsung ke wajahnya.

"Mulai saat ini, aku akan melupakan cinta pertamaku. Naruto-senpai ... Aku tidak ingin jatuh cinta lagi padanya, itu janjiku!"

Teriakan itu menggema bersamaan dengan suara petir yang menggelegar. Hari itu adalah hari terburuk dalam hidup seorang Hyuuga Hinata, sejak saat itu ... Si gadis cantik yang selalu menjadi incaran kaum adam itu tidak pernah mau mencari pacar atau menerima perasaan seorang pria. jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ... Gadis cantik itu masih takut, dia tidak mau jatuh cinta lagi. Gadis itu takut kisah cintanya akan terulang berkali-kali. Rasanya begitu menyakitkan, kan? Bertahun-tahun dia menyimpan perasaannya, mereka berteman berbagi suka dan duka, tertawa bersama . Hinata salah berfikir pria itu juga jatuh cinta padanya ... Karena itulah dia tidak mau punya hubungan dengan pria lagi. Tiap kali ada pria yang ingin dekat dengannya, bayang-bayang saat dia di tolak selalu menghantuinya. Rasa kepercayaan dirinya sudah hancur, gadis itu semakin menjadi gadis yang pendiam dan pemalu, dia menjadi gadis yang selalu berfikir bahwa di dunia itu tidak ada pria yang akan jatuh cinta padanya. Tidak akan pernah ada ...

Gui gui M.I.T

Berbagai jenis bisikan kagum itu terdengar samar-samar di telinga Hinata saat dirinya melangkah memasuki pintu gerbang Konoha High school. Gadis tersebut hanya tersenyum manis dan membungkukkan kepalanya saat ada siswa yang memanggil namanya. Kejadian itu sudah berlalu hampir 2 tahun, dan kalau boleh jujur Hinata tidak pernah melupakan kejadian itu karena mungkin perasaannya pada senpai-nya masih tetap sama seperti dahulu.

"O-ohayo!" Sapaan wajib itu diucapkan Hinata dengan lembut sambil tersenyum tipis seperti biasa.

"Ohayo!" Setelah mendengar balasan sapaan dari teman sekelasnya, Hinata langsung berjalan menuju tempat duduknya yang terletak didekat jendela;bangku no empat dari depan paling kanan. Gadis cantik yang jarang berbicara tersebut menatap semua teman sekelasnya, tersenyum sebentar, menggambil buku pelajaran dari dalam tasnya dan mulai membaca halaman yang belum selesai dibacanya. Beginilah kegiatan Hinata sehari-hari, dia bukanlah gadis culun dan dan aneh yang berpakaian norak dengan kaca mata tebal. Hinata adalah gadis penyendiri, tidak banyak bicara , jarang bergaul dengan teman sekelas, tapi selalu memancarkan kehangatan yang selalu membuat banyak orang terpesona dengan kecantikan dan aura yang dikeluarkannya.

Di depan gadis cantik itu duduk sekumpulan gadis-gadis genit pencinta gosip yang saling bertukar informasi yang berhasil mereka dapatkan. Hinata hanya bisa tersenyum kecil saat mendengar apa yang mereka bicarakan.

'Sepertinya akan ada anak baru ya?' Gadis yang tidak sengaja mendengar percakapan teman-temannya menggumam dalam hati. Gadis lavender itu melirik bangku kosong yang ada disamping, menyangga wajahnya dengan tangan kanan dan langsung tersenyum tipis.

'Mungkin aku akan mendapatkan teman sebangku, hm ...' Gadis cantik itu kembali membatin sebelum pada akhirnya kembali melanjutkan bacaannya.

.

"Hounto ga? " Siswi cantik berkaca mata tipis dengan rambut merah menyala bertanya ulang pada sahabatnya, sang ratu gosip blonde yang duduk di depannya dengan senyum atau seringaian khas miliknya.

"Kau tidak percaya pada perkataan sang ratu gosip ini heh, Karin-chan ?" kata si gadis blonde. Gadis yang bernama Karin terlihat berfikir sebentar sebelum pada akhirnya tersenyum lebar.

"Aku percaya, kalau sudah Ino yang bilang informasinya pasti tepat. Hm ... Aku sudah tidak sabar menunggu bel masuk berbunyi!" kata Karin dengan gaya lebaynya.

"Tenang Karin, kurang dari 15 menit lagi sang pangeran penggoda akan bergabung di kelas kita. Hm ..." Kata Ino sambil menyeringai.

"Ngomong-ngomong kau sudah mengenalnya?" tanya Karin penasaran. Dari apa yang mereka bicarakan tadi, Ino terlihat sudah begitu mengenal calon teman sekelasnya yang dikatakan sangat tampan itu.

"Himitsu!" kata Ino sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Haaahhh, Ino wa!"

"Hm ..."

'Jadi anak baru itu seorang pria?'

.

.

.

"Namaku, Uchiha Sasuke pindahan dari Tokyo Internasional High School!"

Semua mata para gadis di kelas X-C menatap pria tampan dihadapan mereka dengan penuh kekaguman, sepertinya mereka berusaha untuk tidak berteriak riang karena seperti gosip yang mereka dengar, Siswa baru yang akan menjadi teman sekelas mereka untuk tiga tahun kedepan benar-benar tampan, keren dan sangat mempersona. Jika siswa perempuan menatapnya kagum, maka siswa laki-laki menatap Uchiha Sasuke sang siswa baru dengan tatapan iri yang juga disembunyikan. Sasuke hanya tersenyum sinis saat melihat seluruh pasang mata di kelas barunya tersebut menatapnya tanpa berkedip tidak terkecuali Hinata yang memang gampang terpesona dengan ketampanan seorang pria.

"Ssstttt ... Ino, dia keren sekali!" bisik Karin pelan dengan wajah memerah dan bibir yang tidak berhenti tersenyum.

"Hm ... Kau menyukainya?" tanya Ino santai.

"Eemm!" Sigadis merah mengangguk.

Karena Sasuke tidak mau berbicara banyak, pria tersebut langsung meminta sang guru untuk segera menentukan tempat duduknya.

Dan sekarang disinilah dirinya sekarang, duduk disamping gadis pendiam yang selalu meremas kedua tangannya dan selalu menunduk takut, Dia Hinata Hyuuga.

'Dia tampan sekali, bahkan lebih tampan dari Naruto-senpai!' Hinata membatin sambil menulis apa yang dicatat oleh Kakashi-sensei di depan kelas. Sesekali gadis pemalu itu akan melirik pada pria yang duduk disampingnya dan kemudian melanjutkan kembali kegiatannya. Sasuke tersenyum sinis melihat tingkah laku Hinata yang menurutnya sangat tidak lucu, pria itu mengedarkan matanya mencari sosok gadis cantik yang menjadi alasan kenapa dia rela pindah ke sekolah yang tarafnya jauh lebih rendah dari sekolah asalnya. Begitu sang objek ditemukan, Sasuke tersenyum tipis.

'Ternyata kau begitu cantik saat memakai pakaian seragam.'

"A-ano .. Errr, Uchiha-san!" Hinata tidak tau apa yang membuatnya bisa seberani ini memanggil nama pelajar baru disampingnya. Merasa ada yang memanggil namanya, si bungsu Uchiha tersebut langsung menoleh; menatap heran gadis aneh yang masih menunduk entah karena malu atau takut padanya itu.

"Kenapa?" tanya Sasuke pelan, dingin dan menusuk. Hinata memejamkan kedua matanya dan langsung menelan ludah.

"A-ano ... S-sepertinya d-dari tadi S-Sensei melihat kearahmu terus U-Uchiha-san, sebaiknya kau memperhatikan S-Sensei!" kata Hinata terbata-bata, melirik Sasuke dari balik pony yang menutupi hampir separuh dari wajah cantiknya.

"What?"

.

.

.

"Sasuke-kun, Kyaaa!" begitu lonceng istirahat berbunyi dan Kakashi-sensei keluar dari ruangan kelas, teriakan menggema itupun tidak bisa lagi dihindari. Para gadis langsung meninggalkan tempat duduk mereka dan berkeliling mengerumuni bangku Sasuke yang katanya berniat untuk berkenalan.

"Sasuke-kun namaku Karin, senang bisa berteman denganmu!" Karin berkata dengan penuh percaya diri.

"Sasu-pyon! Kalau aku Shion gadis terimut di kelas!" Kali ini si gadis centil yang juga ikut beraksi.

"Sasuke-sama ... Kau keren sekali!"

"Sasuke-kun!"

"Sasu-chan!"

"Sasule!"

Ups ... Yang terakhir sebaiknya dilupakan saja. Sasuke memandang ngeri sebagian besar teman sekelasnya yang terlihat seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.

'Mereka sadis!' Pria itu membatin. Sasuke memundurkan tubuhnya, untuk menjauh dari para gadis-gadis kelaparan yang semakin mengincar wajahnya tanpa memperdulikan seseorang yang semakin dihimpitnya itu hampir kehabisan nafas. Tempat duduk Hinata semakin sempit, sejak tadi tubuh mungilnya selalu dihimpit oleh tubuh kekar pria yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Wajah Hinata sudah pucat basi, dirinya benar-benar hampir kehabisan nafas.

"S-Sasuke-kun ... Kau menghimpitku, S-Sesak!" kata Hinata pelan dan hampir tidak dapat di dengar oleh orang lain, Sasuke mendecih pelan.

"Hei kalian, jangan dekat-dekat denganku!"

"Kyaaa! Sasu-kun kawai!" Sepertinya teriakan Sasuke sama sekali tidak berpengaruh, para gadis-gadis buas itu malah semakin berani. Mereka semakin heboh ,semakin gencar dan semakin membuat Sasuke ngeri sehingga Hinata yang akhirnya menjadi korban.

'Tolong aku anak nakal!' Sasuke membatin

'Sepertinya aku akan mati ... Tidak mau!'

"Sasuke-kun ... Ilove You!"

'Arrgghhh!'

"KALIAN MENYINGKIR ... AKU HAMPIR MATI KEHABISAN NAFAS TAU!"

Hening ... Semuanya terdiam dan mematung sesaat. Para gadis semula bertingkah agresif langsung menghentikan tindakan tidak bermoral mereka. Semuanya terpaku dan hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali termasuk juga Uchiha Sasuke.

"Huahhhh! Akhirnya bisa bernafas lagi," kata Hinata sambil menarik nafas panjang.

"Eee?"

"Hinata Hyuuga berteriak?" tanya para gadis abnormal itu serentak.

"Eee?"

Blush ...

Wajah Hinata memerah menyadari kalau dirinya baru saja out of her character. Gadis itu langsung menunduk dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

"Ano ... G-gomen, tadi a-aku benar-benar Ano ..."

"Hinata no kawai!"

"Eeehhh?"

"Kyaaa!"

"HUWA!"

Teriakan itu menggema, bahkan saat Sasuke menarik tangan kanan gadis pemalu itu dan membawanya pergi dari kelas menakutkan itupun teriakan histeris masih tidak berhenti.

Blush ...

Blush ...

Blush ...

Terlalu lebay memang, tapi beginilah kenyataannya. Berkali-kali wajah Hinata memerah dan semakin bertambah merah, gadis pendiam yang biasanya selalu menghindar dari lelaki kini sedang berlari bersama seorang pria yang menggenggam erat tangan kanannya? Hinata mencoba sedaya upaya untuk tetap menjaga kesadarannya.

Gadis itu melirik tangannya yang digenggam oleh Sasuke. Percaya atau tidak, rasa yang sudah lama terkubur itu berlahan-lahan mulai mencoba untuk muncul lagi dalam hidup Hinata. Gadis yang katanya tidak mau jatuh cinta itu mulai terjerat kembali dan kali ini dengan orang yang berbeda.

'Rasanya seperti berada dalam sebuah drama, sang Hero berlari bersama sang heroin sambil berpegangan tangan. Sasuke-kun benar-benar tampan!'

Keringat yang keluar mengalir di dahi dan seluruh wajah tampan pria 15 tahun tersebut semakin membuatnya terlihat benar-benar, errr ... Seksi mungkin? Senyuman tipis yang entah kenapa terukir di wajah sempurna benar-benar bisa membuat siapa saja hanyut dalam pesona sang pangeran.

"Haahhhh!"

Brukkk ...

Pria tampan itu menarik nafas dalam-dalam sambil menghempaskan pantatnya pada hamparan rumput hijau di halaman belakang sekolah barunya. Rambut pantat ayamnya basah karena keringat sehabis berlari, pria itu menunduk tersenyum sebentar dan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir keringat dan mengeringkan rambutnya.

"Keren!" gumam Hinata tanpa sadar. Gadis itu berdiri tepat di depan Sasuke dan menyaksikan langsung kejadian itu di depan matanya yang benar-benar tidak mampu untuk berkedip.

"Kenapa mereka semua bertingkah seperti orang kerasukan saja?" tanya Sasuke entah pada siapa, Hinata memang ada di depannya tapi pertanyaan itu seolah-olah tidak ditujukan untuknya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke sambil menatap Hinata yang masih berada dalam pengaruh pesona sang Uchiha.
"..."

"Eee?"

"..."

"Cih, terpesona denganku heh!" kata Sasuke ke GR-an.

"Oi, berhenti memandangku seperti orang bodoh, dasar aneh!"

"..."

"OI BAKA!"

"Eeehhh?" Akhirnya gadis pemalu itu langsung tersadar saat Sasuke berteriak padanya.

"Jangan pasang tampang seperti itu Hinata," kata Sasuke sambil menatap Hinata tajam.

"Ano ..." Hinata hanya bisa menuduk sambil memainkan kedua jari telunjuknya. Sial ... Kenapa kebiasaan yang selalu dilakukannya saat dia berada disamping Naruto dulu kini mulai muncul lagi? Sepertinya kejadian yang dulu benar-benar akan kembali terulang Hinata, bersiaplah.

"Kau jatuh cinta padaku, heh?" Sasuke mengucapkan kalimat tersebut sambil menampilakan senyuman menggoda yang sudah banyak memakan korban.

Blush ...

"J-Jatuh c-cinta, eehhh? Ano ..."

Gelap, hanya itu yang bisa dilihat Hinata sebelum dirinya kehilangan kesadaran.

Brukkk ...

Tubuh mungil itu langsung terjatuh ke depan dan sukses meninmpa tubuh kekar Sasuke.

"Eeehhh, Hinata!"

"Pingsan?"

Kalimat terakhir yang bisa di dengar Hinata hanya lah kata-kata Sasuke yang memanggil namanya, jantung gadis itu berdetak tidak karuan. Rasa takut datang menghampirinya saat mendengar kata jatuh cinta yang diucapkan oleh Sasuke. Sungguh ... Demi apapun gadis itu masih belum siap untuk jatuh cinta sekali lagi, sama sekali belum siap.

Flash back on

'Aku tidak mau jatuh cinta lagi, Naruto-kun ..."

Flashback

"Hei Hinata, kenapa kau memandangku seperti itu? Hehehehehe ..."

Blush ...

"Ti-tidak aku ..."

"Kau seperti jatuh cinta padaku saja, hm ..."

"Eeehhh?"

Blush ...

Flashback off

.

.

.

Pria tampan dengan rambut khas pantat ayamnya itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kursi sofa di ruang tamu rumahnya, kepalanya pusing. Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan bagi seorang Uchiha Sasuke.

"Kepalaku pusing!" gumam pria itu pelan.

"Baru pulang?" Suara lembut dari seorang gadis cantik yang berjalan mendekatinya membuat Sasuke langsung membuka kedua matanya yang tadi terpejam. Sejenak semua rasa lelah dan pusingnya langsung hilang saat melihat senyum 'gadis pujaan' hatinnya.

"Aku harus mengantarkan 'gadis itu' pulang."

Hup ...

Sang gadis langsung duduk dipangkuan kekasihnya dan melingkarkan tangannya pada leher sang pria yang menatapnya penuh cinta.

"Bagaimana kelasnya?" tanya gadis itu incontent

Wajah Sasuke yang semula cerah langsung berubah mengerikan dan itu membuat sang gadis tidak kuasa untuk menahan tawanya.

"Kau benar-benar anak nakal,"

"Hm ... Anggap saja ini adalah sebuah game, menarik kan? Sasuke-kun!"

"Yah ... Lumayan menarik, gadis itu cantik juga ternyata!" Sasuke berniat untuk menggoda kekasih hati pujaannya.

"Jangan sesekali jatuh cinta padanya!" Sang gadis langsung terlihat masam dan memasang wajah cemberut sehingga membuat mau tidak mau sebuah senyuman yang jarang di perlihatkan oleh Sasuke itu kembali muncul.

"Perasaan itu tidak bisa dikendalikan, jadi ..."

"Aku tahu, tapi berusahalah untuk selalu jatuh cinta padaku!"

"Kau tahukan aku tidak suka berjanji!" Sasuke mengelus pelan helaian rambut indah gadis cantik itu.

"Aahh ... Kau merepotkan!"

"Kau yang memulainya, "

"Pokoknya kau harus berhasil membuat dia kembali jatuh cinta, ini demi kebaikannya. Dia harus bisa melupakan masa lalunya dan mulai menerima seorang pria. sasuke-kun!"

"Kenapa kau menyuruhku?"

"Karena jika aku yang melakukannya itu tidak akan berhasil."

"Kau benar-benar aneh!"

"Hm ... kalau tidak aneh berarti itu bukan aku. Hm ..."

Sasuke hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku gadis yang sangat dipujanya dan terlalu disayanginya itu. Bagi Sasuke gadis itu adalah hidupnya, dia segala-galanya bagi Sasuke.

"Kau tau? Kau itu aneh, cerewet, nakal, dan dan pesimis," Kata Sasuke

"Tapi karena itulah kau jatuh cinta padaku kan?"

"Dasar!"

Mereka memulai sebuah permainan, mencoba untuk membantu dan mengubah pendirian seorang gadis pendiam yang takut untuk memulai kisah cinta yang baru. Mereka bertaruh dalam hal ini ... mereka adalah pasangan serasi yang selalu menyebut diri mereka the trouble marker. Dan sekarang ... Hinata adalah target pertama mereka untuk sebuah permainan yang tidak biasa. Hinata Hyuuga ... Bersiaplah!

Tbc ...

Maaf ... fic lain belum update malah bikin fic baru. Yosh ... bisakah teman-teman memberikan komentar? Guigui gak mau banyak bicara, harus mulai ngetik fic We Were Light and Shadow nih. Hm ...

"Dia hanya seorang gadis aneh, cerewet, nakal, pesimis dan tomboy. Tapi sepertinya aku telah jatuh hati padanya!"

"Perasaan itu tidak bisa dikendalikan,"

"Kau tahukan aku tidak suka berjanji!"

Kata-kata diatas guigui nyontek dari teman guigui yang juga pernah bikin fic. Hm ...

Semoga dia gak marah kata-katanya gui gui pake.

Review selalu ditunggu ya ? makasih ... :D