Copyright © 2015 by Happyeolyoo
All rights reserved
.
.
Warning! FF ini punya alur yang sangat panjang dan lambat, author sengaja membaginya dalam beberapa chapter. FF ini akan berakhir pada chap 4. Namun chapter yang dipublish bisa jadi merupakan alur lanjutan dari chapter sebelumnya (read: Chapter 1A or etc). Pastikan untuk siap membaca dengan sabar.
Are you ready for it?
Here we go ..
.
.
Sick Beat of Mr. Collector
Genre : Drama, Romance
Rate : T+
Pairing : HunHan as Maincast. With other Exo Members as well.
Chapter : 1A
Warning : Genderswitch. Miss typo(s). Alur Lambat
Disclaimers : Saya hanya meminjam nama dari mereka untuk menemukan inspirasi dan membaginya dalam bentuk karya sastra. Ini hanya sebuah fanfiction dari fans untuk fans dengan kemampuan menulis yang sedikit melebihi ambang batas wajar. Hargai kerja keras author dengan mengklik tombol review dan tulis beberapa tanggapan. Muak dengan cast atau plot cerita? Just click a close button on your web browser, guys. Wanna chitchat? Click on PM button. Don't bash any cast or other, please.
Summary : Luhan tidak pernah membayangkan jika dirinya akan mendapat pernyataan cinta dari hoobaenya di kelas menari, Oh Sehun. Ingin menolak, tetapi nyatanya dia tidak sanggup. Oh Sehun ada di depannya, siap untuk menciumnya. Tetapi Luhan tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Berhubungan dengan Oh Sehun membuatnya menjadi lebih ahli dalam membuat rahasia; Luhan terpaksa menyembunyikan hubungannya dengan Oh Sehun dari dua sahabat baiknya: Baekhyun dan Kyungsoo. Dua minggu setelahnya, Luhan dikejutkan oleh fakta baru yang dibawa oleh Kyungsoo. Suatu fakta yang luput dari perhatiannya, yang menyeret Luhan menuju lubang sakit hati hingga memaksanya untuk melakukan hal di luar batas—hanya untuk Oh Sehun.
BGM : Playboy by EXO
"Mau jadi pacarku?"
Pemuda berkulit seputih susu itu mengatakan kalimatnya dengan nada lugas, serius, dan tidak terbantahkan, diselingi oleh ekspresi datar penuh sihir yang dimiliki wajahnya. Dua telapak tangannya terselip di saku celana jeans belelnya, kepalanya miring ke suatu sisi saat mendapati binar keterkejutan dari lawan bicaranya. Bidadari cantik yang menjadi seniornya di klub menari itu berdiri tepat di hadapannya, punggung sempitnya bersandar pada dinding. Pemuda itu sengaja menghimpit tubuh mungil sunbaenya di antara tubuh kurusnya dengan dinding, tidak membiarkan dewi khayangannya lari setelah mendengar pengakuannya yang gamblang (seperti biasa).
Sudut bibirnya terangkat sedikit, menampilkan taring mungilnya yang menyelip saat menemukan bintik kemerahan di wajah cantik bidadarinya. Desiran aneh dirasakan oleh dadanya, keoptimisan untuk mendapatkan kata ya sudah digenggam erat oleh bawah sadarnya yang sedang duduk santai di kursi malasnya di suatu sisi sudut pikirannya. Ketenangan seutuhnya dirasakan olehnya. Semua akan berjalan selaras dengan dugaannya.
Gadis itu berdehem sebentar ketika berhasil mendapatkan kesadarannya kembali. Disorientasi singkat saat seorang cowok keren menyatakan perasaan kepadamu, itu bukan hal yang bagus. "Kau tidak terduga, Sehun," katanya sambil mengeratkan pegangannya pada tumpukan buku yang didekap di depan dadanya. Mata rusanya yang cantik mengedip beberapa kali, mendongak sebentar demi menatap cowok bernama Sehun itu lalu merunduk lagi ketika mengulum senyumnya sendiri. "Aku benar-benar tidak menyangka jika kau akan ..," kalimatnya terputus saat dua ujung kakinya yang dibalut sepatu boot bertautan ribut.
Sehun menarik tangan kanannya, menyandarkannya ke dinding hingga lengannya melintang tepat di sebelah kiri rahang bidadarinya. Dia merunduk demi menyamakan tingginya dengan wajah cantik di hadapannya, meringis penuh permintaan maaf sekaligus memaksa. "Aku memang tidak terduga, Lulu," ucapnya dengan nada setenang air mengalir. "Perasaanku yang tidak terduga. Kau tahu, dia bisa berubah dalam waktu cepat. Seperti sekarang," napas hangatnya berhembus menyentuh bulu halus Luhan hingga membuat gadis itu merinding geli.
"S-Sehun," Luhan tergagap ketika tahu kalau Sehun memperpendek jarak di antara keduanya. Tangan kanannya bergerak dan jatuh di atas dada bidang Sehun, menahan agar pemuda itu tidak mendekat lagi. "A-aku .., kurasa aku perlu berpikir," meringis manis sampai matanya menyipit, ekspresi yang mampu membuat cowok musang di hadapannya berteriak nyaris gila dalam batin.
"Kenapa?" Sehun merubah air mukanya, melukis raut kecewa yang tampak jelas. "Kau meragukanku?"
"Bukan," Luhan merunduk lagi ketika tahu kadar kegugupan yang melandanya serasa tidak bisa diatasi. "I-ini benar-benar terlalu cepat," kepalanya mendongak, melempar tatapan penuh permohonan agar dia dibiarkan lari oleh Sehun. Kewaspadaannya menukik nyaris menyentuh ambang batas. "Bukankah begitu?"
"Ketika aku jatuh cinta," Sehun memutar pandangan sebentar dan kembali menatap wajah cantik di hadapannya. "Aku tidak akan menunggu untuk menyatakannya. Dan sekarang, aku benar-benar ingin mendapatkanmu, Lulu. Aku menyukaimu."
Debar jantung Luhan menggila setelah gendang telinganya ditembus oleh pernyataan Sehun, rona merah makin mendominasi wajahnya. Perasaannya baru diporak-porandakan oleh tsunami sebab kalimat itu dirasa tidak pernah diduga, membuatnya menggigil di antara alur napasnya yang kacau balau. Giginya menggigit bibir bawah tanpa disadarinya, mengerucut sebentar dan kelopaknya mengedip-ngedip menggemaskan. "Beberapa waktu lalu hubungan kita tidak seperti ini," dia memberikan alasan. Bahunya mengedik karena tidak mengerti. "Lalu hari ini, tiba-tiba kau ingin mengantarku pulang dan .., mengatakan hal ini."
"Kau yang tidak menyadarinya," Sehun menanggapi dengan objektif. "Beberapa waktu lalu, aku yang hampir gila karena memikirkanmu, siang dan malam," ujarnya. "Dan sekarang, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku tahu jika aku harus mengutarakan ini kepadamu secepat yang kubisa," bahunya ikut mengedik tetapi senyuman tidak lepas dari bibirnya. "Sebelum aku keduluan yang lain."
Keirasionalan Luhan serasa melayang-layang di udara. Kesadarannya juga sedang terbang menuju nirwana, efek pernyataan ini sangat luar biasa. Air mukanya sampai berubah, ekspresinya tidak bisa dikendalikan. Mendadak Luhan kesulitan menggerakkan lidah. Sebagai gantinya, dia hanya bisa mendesis-desis saat samar-samar hangat tubuh Sehun bisa dicapai oleh indra perabanya. "K-kenapa?" manik matanya menari tak tentu arah. Dia menemukan Sehun yang mengangkat sebelah alisnya. "Maksudku, kenapa kau bisa menyukaiku?"
Sehun nyaris menertawakan jenis pertanyaan lugu dari gadis seperti Luhan. Seumur hidupnya menjadi cowok tampan yang tidak pernah kehabisan stok pacar, dirinya baru pertama kali mendengar pertanyaan nyeleneh seperti itu. Membuatnya geli sekaligus kagum.
"Kau ingin jawaban seperti apa dariku?" tanyanya selembut mungkin. Sebelah tangannya yang tadinya masih di saku celana terangkat, jemarinya menyusuri pipi Luhan yang selembut salju dan memerhatikan bekas sentuhannya yang ditandai oleh rona merah. "Kau luar biasa," katanya kemudian, salah satu sudut bibirnya terangkat beberapa derajat membentuk seringai menarik. "Sudahkah itu cukup?"
Luhan mengangguk secara naluriah. Sehun tersenyum semakin puas.
"Jadi?" Sehun bertanya lagi. "Kita pacaran?"
Perasaan Luhan bergetar ketika mendengar pernyataan itu, senyuman manis serta malu-malu terbit di kedua belah bibirnya. Untuk sekali lagi, kepalanya mengangguk. "Kau terlalu menakutkan untuk ditolak."
"Ya," Sehun menyapukan bibirnya di hidung mancung Luhan, nyaris membuat gadis itu membeku dan berubah jadi patung bodoh karena tindakannya. "Kalau kau menolakku, Lulu," bibirnya terus bergerak hingga berada sesenti di depan bibir Luhan. Bola mata Sehun bergerak liar menatap manik Luhan yang sebening es. "Aku akan terus mengejarmu dan tidak akan membiarkanmu lari."
Sehun bergerak untuk mengecup bibir Luhan, tetapi gadis itu justru menelengkan wajah ke arah lain. Sehun urung memejamkan mata saat bibirnya hanya menampar udara, setitik kemarahannya terpercik akibat penolakan Luhan. Matanya melotot dalam ketenangan, mencoba untuk tidak kelihatan marah.
Luhan meringis menggemaskan. "Maaf, Sehun," dia mengkeret takut akibat binar intimidasi dari tatapan Sehun. "Kurasa, ciuman masih terlalu cepat .., untukku."
"Apa?" Sebelah alis Sehun naik atas rasa tercengang yang melandanya. Pandangannya merendah dan kini jatuh di atas bibir Luhan yang tampak semerah ceri lezat, menunggu untuk dimakan oleh bibirnya. Bibir Luhan yang mengilap memamerkan kelembaban alaminya, berhasil membuat perut Sehun bergejolak liar, hasrat kelelakiannya berteriak meminta untuk mengecupnya. Namun pemuda itu hanya mengeram dengan suara beratnya, berusaha mengabaikan keinginannya karena saat ini Luhan sedang mengutarakan tentang ciuman-yang-terlalu-cepat-untuknya.
Suatu candaan yang benar-benar keterlaluan. Sehun tidak bisa mentolerir hal itu jika pada akhirnya Luhan menertawakan keterkejutannya. "Maksudmu?"
Luhan merunduk menyembunyikan rasa malu yang tiba-tiba dirasakannya saat akan mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Bertanya-tanya tentang apa anggapan Sehun mengenai kata penjelas yang akan diutarakannya, berhasil membuatnya semakin gugup dan tidak berdaya. Sebenarnya, dia tidak ingin mengatakan hal ini. Biarlah rahasia itu tetap menjadi rahasia, Luhan akan berakting seperti gadis lain yang sudah sering melakukan hal dewasa dengan kekasihnya. Dia ingin sekali memilih kata bohong. Tetapi lidahnya tidak bisa diajak kerja sama. Kebenaran yang ada dalam akal budinya serasa mencoba mendesak untuk segera berucap. Berbohong bukanlah hal yang patut untuk dijadikan pilihan.
Ya. Kebenaran. Dia jelas membutuhkan kebenaran.
Luhan menelan ludah lalu menggigit bibir lagi. "A-aku ..," nada suaranya merendah, kelopaknya terpejam sebab kebingungan serasa mencekik tenggorokannya. Helaan nafas diambil olehnya lalu maniknya menatap lurus ke arah Sehun. Keyakinan bertumpuk dalam benak. "Belum pernah ciuman," imbuhnya.
Serasa dipukul oleh palu kematian oleh malaikat pencabut nyawa, Sehun dilanda kekacauan hebat yang membuatnya linglung selama beberapa detik. Kedipan mata Luhan yang polos berhasil menyihirnya, membuat dua lutut yang bersembunyi di balik jeans belelnya melembek seperti jelly. Rasa senang bercampur tidak percaya bergulung-gulung memenuhi perutnya, menyebarkan impuls aneh yang berujung pada kepuasan pribadi. Sehun ingin berteriak kepada Tuhan, berterimakasih karena sudah mengiriminya seorang bidadari yang masih perawan. Oh, ini sulit dipercaya. Pantas saja jika Luhan selalu tampak bersinar sepanjang hari. Gadis itu masih perawan!
Sehun senang bukan kepalang.
"Kau," Sehun menelan ludah demi menghindari air liur yang bisa mencekat tenggorokan. "Kau belum pernah ciuman? Serius?"
Pipi Luhan dipenuhi bercak magenta menyala ketika mendengar pertanyaan itu, kepalanya mengangguk.
"Kau belum pernah dicium oleh mantan pacarmu?" Sehun bertanya lagi dan mendapat gelengan kepala dari Luhan. "Bahkan oleh Song Jongki?"
Luhan menggeleng, kali ini raut tidak senang tergambar di wajahnya saat Sehun menyebut Song Jongki. Cowok yang menjadi sunbaenya, mantan pacarnya yang paling populer. Luhan dan Jongki berpacaran selama kurang-lebih dua tahun, menjalin hubungan sehat saat Luhan masih menyandang status mahasiswa baru di kampusnya. Song Jongki memang sosok cowok yang diidamkan oleh siapa saja, Luhan sempat merasakan kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan itu harus direlakan olehnya saat Song Jongki bertemu dengan cinta pertama sialannya. Semenjak muncul pihak ketiga dalam kisah percintaan mereka, hubungannya dengan Luhan semakin hari semakin renggang, goyah. Dan akhirnya, di akhir tahun lalu Luhan memutuskan untuk berpisah.
"Aku tidak pernah ciuman," Luhan membuang pandangan dan mengerucutkan bibir. "Bahkan dengannya."
Dan Sehun menyadari aura tidak suka yang dipancarkan oleh Luhan saat dia menyebut nama Song Jongki. Pemuda itu terkekeh dengan suara ringan. "Wow," jemarinya yang panjang menangkup pipi tirus di hadapannya. "Aku tidak mengerti bagaimana cara mereka bertahan untuk tidak mengecupmu."
Luhan merona lagi. "Kalau kau mau tahu caranya," nada suaranya terdengar tidak meyakinkan. "Maka kau harus mencoba untuk tidak menciumku dulu."
Sehun tertawa geli. "Aku tidak akan tahan," ucapnya lalu menegakkan tubuh, melepaskan Luhan dari kungkungannya. "Sekarang pun, aku ingin sekali mengecupmu."
"J-jangan sekarang," Luhan tetap menolak diantara keterkejutannya. "A-aku belum siap. Semuanya masih terlalu cepat dan membingungkanku," katanya.
"Well," Sehun menarik pinggang Luhan dan menarik gadis itu agar menempel pada sisi tubuhnya, menggigiringnya untuk berjalan menyusuri lorong kampus yang sudah sepi karena kegiatan klub sudah selesai semenjak pukul 5 sore tadi. "Aku akan menunggunya, Miss Xi," ujarnya sok sabar. "Lagi pula, sekarang kau sudah jadi pacarku. Bukankah itu berarti aku punya kendali untuk menggenggammu?"
Luhan tertawa saat kaki mungilnya mencoba menyeimbangkan pola langkah kaki Sehun. "Ya, ya," dia tersipu-sipu. "Terserahmu saja, Sir Oh."
OoOoO
"Selamat atas hubungan barumu, Sayang,"
Luhan memeluk seorang gadis mungil yang baru masuk ke dalam flat dengan sebuah kantung belanja yang penuh dengan bahan-bahan makanan. Posturnya lebih pendek dari Luhan, namun badannya lebih montok. Dia mengenakan kaus baseball kebesaran dengan kombinasi hotpants ketat yang manis, perutnya yang rata terjepit pongah oleh lingkaran jeansnya. Gadis bermata bulat itu melotot kaget tetapi dia tersenyum hingga bibirnya yang tebal membentuk lengkung hati yang manis. Matanya menyipit penuh rasa terimakasih.
"Terimakasih, Lulu," gadis itu mengatakannya saat keduanya melepas pelukan masing-masing. Kakinya berjalan menghampiri pantri mungil dan meletakkan kantung kertasnya di atas meja.
"Akhirnya kau punya pacar!" Luhan ikut menghampiri pantri dan menari-nari gembira, membuat Kyungsoo terkekeh saat tangan-tangannya sibuk mengeluarkan bahan-bahan makanan. "Ini hebat, Kyungsoo! Kau dan Kai. Oh, dia bahkan masuk dalam daftar cowok hot milik Baekhyun," ringisnya saat mulutnya melontarkan kalimat itu.
Kyungsoo ikut meringis. "Lupakan tentang daftar cowok hot milik Baekhyun. Dia bukan gadis panutan untukmu, Lulu," katanya sambil membuka plastik pembungkus brokoli dan melemparnya ke tempat sampah.
Saat Kyungsoo menyebut nama Baekhyun dalam kalimat peringatannya, Luhan langsung teringat sesosok gadis cuek cantik yang cewet bukan main. Salah satu sahabat baiknya juga, tetapi wataknya begitu berbanding terbalik dengan Kyungsoo. Baekhyun yang suka pada hal kekanakan, dan Kyungsoo yang selalu bersikap seperti orang dewasa.
Dan Luhan mengerutkan bibir saat mendengar hal itu, kini dia ikut membantu Kyungsoo memilah sayuran. "Kenapa begitu?"
"Dia selalu melirik setiap cowok yang menurutnya tampan, dan memasukkannya dalam lis konyolnya," Kyungsoo menertawakan sikap sahabatnya. "Kau masih terlalu polos untuk semua hal yang berhubungan dengan kata hot," katanya geli.
Luhan semakin cemberut. "Lihat wajahmu sendiri, Kyungsoo," dia memperingatkan. Ujung jemarinya menunjuk-nunjuk ke arah wajah Kyungsoo yang tampak sama imutnya dengan sebuah boneka. "Bahkan wajahmu seperti gadis ingusan."
"Walau begitu, aku tahu banyak tentang hal dewasa," elaknya. "Aku harus berterimakasih kepada Kai," ujarnya setengah geli walau dia sempat memutar mata. "Dia sudah mengajariku banyak hal, tentang ciuman dan yang lain."
Kedua mata rusa Luhan membeliak lebar ketika mendengar kalimat frontal dari Kyungsoo, terkejut sekaligus takjub. Rona-rona merah mulai muncul di pipinya saat bayangan Kyungsoo dan Kai sedang berciuman melayang dalam benaknya, dewi batinnya meringis prihatin memperolok dirinya sendiri. Kyungsoo yang punya wajah ingusan itu ternyata sudah pernah merasakan ciuman. Dan Luhan belum.
Demi neraka, hal sial apa lagi yang sudah dilakukan Kyungsoo dengan Kai?
"K-kau sudah pernah ciuman dengan Kai?!" serunya tidak percaya, sangat tertarik dengan topik pembicaraan kali ini.
"Penting sekali untuk berciuman di sebuah awal hubungan, Lulu," Kyungsoo menatap Luhan dengan mata menyipit. "Tentang hal itu saja kau tidak tahu," kepalanya menggeleng, gerakannya persis seperti sosok dewi batinnya yang kini menyilangkan kaki dengan angkuh.
Kyungsoo memperolok Luhan dengan caranya yang manis dan menggemaskan, sempat menjulurkan lidah dan tertawa lagi. Luhan tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Kyungsoo. Saat gadis bermata bulat itu mengaduh, kini Luhan yang tertawa-tawa.
Uhg, bukan salahnya juga sih kalau Luhan kurang pengetahuan tentang dunia percintaan yang sedang in di tahun 2015 ini. Hidupnya terlalu penuh dengan hello kitty atau pororonya.
"Tapi kupikir bagus juga kalau kau tidak tahu apa-apa tentang hal-hal seperti itu," Kyungsoo tiba-tiba berucap lagi lalu tangannya bertolakan pada pinggang. Sorot matanya tampak memicing ke arah Luhan yang sedang mengedip-ngedip lugu. "Keluguan seorang wanita akan menjadi nilai plusmu, Lulu."
Luhan mencibir. "Kukira, terlalu lugu juga tidak baik," tangannya menggapai-nggapai toples nutella yang baru dikeluarkan oleh Kyungsoo. Binar matanya jadi lebih ceria saat menangkap piring sterofom yang menampung deretan buah stroberi lezat yang ditutup wrap plastic. "Wow, kau beli nutella dan stroberi? Dan kau belanja banyak!" dia baru menyadari bahwa kantung-kantung kertas belanjaan milik Kyungsoo menampung banyak sekali bahan makanan yang masih segar. "Kau mau mengadakan pesta?"
Kyungsoo memerhatikan sayuran-sayurannya selama beberapa saat dan mendongak. "Pesta sehari-semalam untuk merayakan hubungan baruku," jawabnya lalu tersenyum.
"Oh, benarkah?" Luhan berjingkit senang. "Ide yang luar biasa, Kyung! Baekhyun harus membawa beberapa botol soju."
"Aku tidak membiarkan orang yang akan hadir di sini untuk mabuk soju, Lulu," Kyungsoo cemberut saat dia meraih sebuah kotak yang menyimpan daging babi dan sapi. "Ini hanya semalam, dan tidak ada mabuk-mabukan."
"Itu tidak akan seru," Luhan protes. "Percayalah."
"Aku hanya akan membiarkan wine masuk ke tenggorokan kita, atau champagne? Tentu yang berkadar rendaaaah sekali," Kyungsoo berjingit tidak suka saat membayangkan cairan putih dari botol hijau yang disebut Luhan sebagai soju. Minuman keras yang mudah sekali membuatnya mabuk. "Oh, aku benci soju," gumamnya.
Dan Luhan nyengir senang setelah mendengar penjelasan Kyungsoo. "Seharusnya kau bilang dari awal kalau kita tidak akan kehilangan alkohol. Aku tidak peduli apakah itu soju atau wine, yang jelas malam ini akan hebat!"
"Kau bisa membantuku memotong sayuran itu?" Kyungsoo mengial ke arah sayuran dan Luhan menghampirinya tanpa keberatan. "Aku membutuhkan tenaga pembantu di sini. Baekhyun dan pacarnya adalah dobi yang tidak akan kehilangan nafsu makan dengan mudah."
Luhan memotong sayuran dengan sebuah pisau mengilap. "Kau mengundang Chanyeol?"
"Tentu saja."
Dan Luhan langsung cemberut; mengingat suatu hal penting yang sudah disembunyikannya dengan baik selama dua minggu belakangan dari dua sahabat baiknya. "Sebaiknya aku tidak ikut," ujarnya setengah tidak rela.
"Kenapa begitu?" Kyungsoo beralih ke sebuah panci dan mengisinya dengan air. Suara keran air yang dinyalakan terdengar memenuhi sisi ruang dapur, diiringi oleh bunyi tuk-tuk akibat gerakan pisau yang dipegang Luhan.
"Kau dengan Kai, Baekhyun dengan Chanyeol. Lalu, aku dengan siapa?"
"Maaf, Lu," Kyungsoo mulai merasa bersalah saat mendengar nada bicara Luhan barusan. "Itulah alasan yang membuatku merasa tidak enak dengan ide awal acara ini," ungkapnya. "Dan, kenapa kau tidak segera mencari pacar untuk menendang Song Jongki keparat itu dari hatimu, sih?!" geramnya.
Oh. Kyungsoo juga sama bencinya dengan Jongki. Sekedar informasi saja, Do Kyungsoo selalu membenci setiap cowok yang berhasil menorehkan luka di hati Luhannya. Sikapnya yang keibuan dan overprotektif membuatnya jauh lebih mudah membenci orang lain—apalagi jika orang itu pernah berbuat suatu hal buruk kepada Luhan. Kyungsoo bisa saja menghunuskan pedangnya kepada tiap cowok yang menyakiti Luhan. Dia tidak pilih-pilih.
"B-belum saatnya," Luhan berujar gugup saat menjawabnya. Seketika itu juga pikirannya melayang-layang menampilkan wajah musang Sehun. Lalu merambat pada pernyataan dari pemuda itu, yang selalu berhasil membuatnya merona tiap kali memikirkannya. Jika dia terus memikirkannya, bisa-bisa Kyungsoo curiga. Dia terpaksa melukis ringisan polos andalannya. "Sendiri rasanya juga enak kok."
Kyungsoo meletakkan pancinya di atas kompor, menekan suatu tombol hingga nyala apinya berkobar menyentuh permukaan bawah pancinya. "Sendiri bagaimana maksudmu?"
Luhan menyerahkan sebuah piring yang penuh hasil potongan sayuran, bahunya terangkat sebab otaknya tidak menemukan jawaban yang lugas. "Sendiri," katanya tidak yakin. "Tidak punya pacar."
"Lebih baik tidak punya pacar deh, daripada pacaran sama orang berengsek," Kyungsoo memerhatikan air yang mulai menggelegak pada pancinya. Tubuhnya berputar demi melempar senyuman manis ke arah sahabatnya. "Aku benar, 'kan?"
"Y-yeah," Luhan tersenyum kecut. "Kau benar, Kyung."
TBC
Mau bikin oneshoot based on Playboy nya EXO tapi wordnya membludak sampe +19k lebih -_- jadinya aku pisah-pisah/? jadi ff chaptered. Well, lega banget udah nyelesein kesuluruhan cerita :") tinggal publish aja. Cepet enggaknya nunggu respon dari kalian, yaa. Berharap nggak ada siders di suatu fic itu rasanya kayak mau menggapai bintang di angkasa /ha!/ iya, kan? Banyak banget siders di ffn, gak bisa komen banyak juga sih. Dan aku juga udah ngantongin beberapa pename ffn yang cuman mau follow+fav tanpa mau ngetik komentar. Sebenarnya, kalian bikin aku kecewa, guys. Heol. *답답하다잉~*
Buat semua yang udah baca, please klik review, ya. Apalagi yang merasa bener-bener tertarik buat nantiin lanjutannya. Jangan cuman klik follow+fav aja, itu hal yang menyakitkan ㅠㅠ sialan bener deh kalo ada notif gituan doang di email. Hiks.
Sampai ketemu di chap selanjutnya, guys. Ditunggu segala responnya ^^
