Ini semua tidak adil. Aku yang melawannya, Aku pula yang berkorban demi mereka. Yang kudapatkan hanyalah perhargaan, ya hanya sebuah tanda terima kasih tanpa balas budi. Tapi tak apa, karena Namikaze Naruto akan segera hilang dari dunia ini.
Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto and Highschool DxD by Ichiei Ishibumi
This is just a fanfiction. More read, more talk, more stories.
Enjoy.
.
.
.
.
Kurasa, kekalahanku pada Teme membawakan hasil yang sedikit lebih baik. Setelah ia sadar akan kesalahannya, ia menangis menyesali semua kesalahannya. Aku hanya bisa terdiam. Sahabatku, kau telah banyak berubah. Namun, semua yang kulakukan demi mereka hanyalah sebuah arti dari persahabatan dan perlindungan desa.
Kami menang, Madara-jiisan telah kukalahkan. Ootsutsuki Kaguya-sama juga telah kukalahkan berkat bantuan teman teman serta rekan rekan seperjuanganku. Madara-jiisan meninggalkan impian perdamaiannya padaku dengan memberikan Rinnegan serta Gunbai miliknya. Dalam ingatan Rinnegan miliknya, Rencana Mata Bulan miliknya hanyalah akal-akalan saja agar ia bisa dengan bebas melakukan apa yang ia mau. Dan juga, ia telah berkunjung ke sebuah tempat yang keadaan dunia tersebut telah damai terlebih dahulu mendahului dunia kami. Kuoh, kota yang penuh misteri.
Saat ini, Aku berjalan di koridor sekolahku. Aku melihat ke arah kelas yang penuh dengan berbagai macam makhluk hidup yang menghuni kelas tersebut. Iblis, Malaikat, Malaikat Jatuh, Youkai bahkan Manusia. Dunia ini tidak begitu buruk. Namun, kenapa harus Aku yang melindungi dunia ini sementara Teme hanya membantuku di balik bayangan alias dia hanya bersantai di rumah yang kami tinggali. Kuakui , Aku lebih kuat darinya karena Rinnegan dan kekuatan penuh Madara-jiisan yang bahkan Teme sendiri tidak dapat menandinginya, belum termasuk Mode Rikkudou milikku. Tapi… dari sekian banyak Shinobi dari dunia kami yang dulu, mengapa harus kami yang melakukannya? Oh ayolah, siapa yang tidak bosan harus tinggal satu rumah dengan Orang-berwajah-tembok-dan-model-rambut-seperti-pantat-ayam ? kurasa, orang itu adalah diriku.
Koridor ini terlalu sempit. Memang sih, ini dikarenakan kejutan yang dibawa pemilik Sacred Gear Divine Dividing dan Boosted Gear yang secara tiba tiba masuk ke Top 10 pada Rating Game Event minggu lalu. Kuakui mereka kuat, namun mereka masih labil. Terbukti dengan jumlah misi yang mereka terima hanya misi D – B rank saja. Sirzerch-san juga memberi mereka misi tersebut dikarenakan mereka dibutuhkan untuk generasi selanjutnya. Dan jika kalian bertanya tentangku, Aku adalah mantan Shinobi dari Konohagakure no Sato,dan di sekolah ini rankingku adalah paling terakhir alias 3849. Berbeda dari sahabatku Sairaorg Bael yang menempati peringkat 3 pada Rating Game yang lalu karena mengalahkan Si Burung Abadi(hoek) Riser Phenex. Sedangkan kedua sahabatku yang kemarin bertarung mendapat peringkat 7 dan 8 untuk Hentai Issei dan Ketsu Vali. Mereka mempermalukanku saja saat berdebat tentang dada dan pantat. Huh, merepotkan saja.
Ah, kulihat 'dia' sendiri lagi. Seseorang yang tidak menyukaiku atau lebih tepatnya membenciku karena keadaan yang tidak sengaja kusebabkan saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Sona, Sona Sitri, adik dari Serafall Sitri-san. Kuakui ia hebat, genius, dan cantik untuk gadis seusianya. Menempati peringkat 9 pada Rating Game minggu lalu karena dapat mengalahkan Xenovia Quarta dengan kejeniusannya. Ah, sudah lama ia kukagumi.. bukan, kucintai. Walau ia membenciku, namun ia juga membantuku jika ada situasi rumit yang tidak bisa kupecahkan. Yaah, walau diriku adalah peringkat ke 3849, Aku adalah peringkat pertama dalam Tes Tertulis tahun lalu. Setidaknya, menurut Shikaku-san adalah ' kekuatan seseorang tidak berguna jika tidak memiliki otak yang cerdas ' ucapnya padaku saat itu.
Kulihat dia menoleh. Ya, menoleh kepada kekasihnya. Kiba Yuuto. Memang sakit, namun aku tidak bisa melakukan apa-apa. Daripada melihat terus menerus adegan itu, kulihat saja kearah lain.
Tunggu..
Aku seperti mengenalnya..
Rambut model pantat ayam..
Muka tembok..
Memakan tomat?!
" TEMEE! SEDANG APA KAU DISINI?! " teriakku begitu Aku mengetahui sosok di depanku ini.
" Berisik Dobe, sudah jelas aku bersekolah disini karena Azazel-sama. Dan kau tidak membaca namaku pada Rating Game itu? Namaku jelas di peringkat 2 tahu! " ucapnya padaku begitu Aku meneriakinya di depan koridor banyak orang ini.
" T-tapi s-sejak kapan?! " tanyaku padanya yang dijawab dengan dengusan olehnya. Uuh, menyebalkan sekali kau, Uchiha Sasuke!
" Hei Dobe, kenapa kau menyembunyikan kekuatanmu itu? Padahal kau mempunyai kekuatan Baka-jiji itu, kalau kau mengeluarkannya secara penuh kuyakin kau akan menjadi peringkat satu pada Rating Game minggu lalu mengalahkan Rias-san yang terkenal itu. Kenapa kau tidak melakukannya? " tanya Teme secara tiba tiba padaku.
" Aku tidak ingin memancing keributan Sasuke. Kau tau kan kekuatan itu? Aku tidak ingin para makhluk ini menyadari kekuatan penuhku " jawabku dengan serius disertai dengan senyuman miris.
" Cih. Kau terlalu naif Dobe. Kau tidak merasa muak diremehkan terus menerus? Atau harus diriku yang melawanmu sekarang di sini hanya untuk mengeluarkan semua kekuatanmu heh? " tantangnya padaku.
" U-uh m-mungkin lain kali. Kalau kau mau, kita bisa ke Jikkukan Ido milikku yang bisa dipakai bertarung kapan saja " jawabku padanya.
Setelah percakapan singkat tersebut, Aku kembali menuju ke ruang kelas yang kumasuki. Yah, bersekolah di sini tidak buruk juga. Kurasa, apa yang diajarkan oleh Ero-sennin cukup berguna juga. Aku masih mengingat kata katanya, ' Seorang Shinobi yang sebenarnya adalah Shinobi yang tidak menunjukkan siapa diri aslinya ' ucapnya padaku kala itu. Uuh, Aku jadi merindukan kakek tua mesum tersebut.
BRUG
Eh? Aku seperti menabrak sesuatu. Ah gawat… yang kutabrak bukanlah sebuah benda. Namun-
" Namikaze Naruto-kun, bisa jelaskan mengapa kau berjalan tanpa melihat jalan? " uh, ini dia, Akeno-san memang hebat dalam menakuti orang.
" Eh, gomennasai Akeno-san, maafkan Aku menabrak dirimu tadi " ucapku sembari meminta maaf padanya.
" Ara ara, tidak bisa begitu Namikaze-kun, aku-"
" Naruto, panggil aku Naruto, aku tidak menyukai keformalan " ucapku memotong ucapannya
" Ufufufu~ kau tau Naruto-kun? Memotong ucapan seseorang tidak baik loh~ " uh! Jiwa Yandere Akeno-san kambuh. Cih, kuso.
" A-aa gommen Akeno-san, aku minta maaf kalau begitu " ucapku lagi. Uh, senyumannya tidak semanis perkataan yang dikeluarkannya.
" Ara ara~ baiklah, kali ini kau kulepas Naruto-kun, jangan berjalan seperti itu lagi ya " ucapnya sembari tersenyum manis.
" B-baiklah Akeno-san " ucapku terbata karena senyumannya yang begitu…manis.
" Ha'I, jaa nee Naruto-kun, aku harus ke kelas sekarang " ucapnya sembari berjalan menuju ke kelasnya.
Untung dia sudah pergi. Haaah, dia selalu saja menakutkan. Tubuhku dibuat merinding olehnya, kuakui, seseorang yang menempati peringkat 20 besar memang hebat.
Aku kembali berjalan menuju kelasku. Namun, hal aneh apa ini? Tekanan kekuatan ini, ada yang tidak beres.
.
.
.
BARU SAJA AKU INGIN MENENGOK KE ARAH BELAKANG, SEBUAH BOLA API LANGSUNG MENGHAMPIRI MUKAKU! Cih, dia lagi, tidak puaskah ia telah dikalahkan oleh Sairaorg. Riser Phenex, peringkat ke 5 dalam Rating Game Event. Apa maunya sekarang?!
" Hoi Namikaze, kudengar kau sombong sekali sekarang heh " ejeknya seenak lebar jidat Sakura-chan padaku.
" Apakah Aku salah jika begitu? Yang kutahu, Kau malah kalah hanya dengan 10 kali serangan oleh Sairaorg. Siapa yang sombong sekarang? " balasku dengan datar. Heh, beraninya dia meremehkan Namikaze Naruto!
" C-cih, urusai! Akan kuhabisi Kau di sini! " heh, mudah sekali tercampur emosi dia. Baiklah, akan kulihat seberapa jauh kemampuannya.
Dia kemudian melesat kearahku. Kecepatan yang masih sangat lambat dibandingkan kecepatan Shikamaru. Aku bergerak kesamping menghindari tendangan yang dikeluarkan olehnya.
JDUAG BUG TAK
" Heeh? Lumayan juga untuk seorang peringkat terakhir sepertimu " ejeknya padaku.
" Suatu kehormatan bisa dipuji oleh seseorang yang kalah dengan 10 kali pukulan " ejek balik padanya. Ah,ini dia, Iblis muda memang sangat tidak bisa menahan emosi yang di mana sangat dibutuhkan dalam suatu pertarungan.
" C-CIH! KURANG AJAR KAU NAMIKAZE! RASAKAN INI! Great Fire Flame Ball! " teriaknya padaku sembari mengeluarkan kemampuannya.
" Hanya itu? Memalukan, rasakan ini Phenex-san. Katon : Gouka Mekyakku " ucapku sembari mengeluarkan jurus andalan Madara-jiisan yang entah mengapa sangat dahsyat.
Kedua semburan api milikku dan milikknya beradu. Apinya berwarna emas, ciri khas Klan Phenex. Heh, untung tidak kukeluarkan Shirokyakku. Hanya saja, sepertinya mau berwarna apapun api miliknya, api biru milikku menang.
JDUAR! BRUG! DUAK!
Ia terpental beberapa meter setelah menerima serangan telak api biru milikku walau hanya membuatnya terluka parah saja. Kulihat ia terkapar dan regenerasi miliknya tidak begitu ampuh melawan energi api biru milikku.
" Ukh! S-sialan kau N-Namikaze! Akan kubalas kau nanti! " ucapnya sembari menghilang dari pandanganku dengan sihir api miliknya.
Huh, untung dia sudah pergi. Baiklah, kurasa masalah sudah selesai, waktunya masuk ke kel-
" Namikaze-san " oh bagus.. ada yang memanggilku. Kutengok ke belakang dan.. betapa terkejutnya diriku setelah yang memanggilku tadi adalah Kaichou sekolah ini alias..
Sona Sitri.
" Ah, konnichiwa Sitri-san. A-apa yang sedang Anda lakukan disini? " ucapku terbata melihat kilatan tajam dalam matanya.
" Aku mendengar keributan dari ruanganku, dan setelah kuperiksa ternyata berasal dari sini. Apa yang sedang Kau lakukan Namikaze-san? Dan Aku tidak begitu menyukai keformalan, tolong panggil Aku Sona saja " eeh.. Apa Aku idak salah mendengar perkataannya? Dan tunggu.. Sona? B-bukankah itu..
" Ah, maaf kalau begitu Sona-san. A-aku hanya sedang berjalan, namun saat akan menuju ke kelas, Aku seperti melihat hantu dan langsung saja ia kutembak dengan serangan api milikku h-h-hehe " ucapku terbata karena takut akan jawaban tidak logisku.
Eet. Dia sweatdrop mendengar alasanku? Ah sudahlah, sebaiknya Aku pergi saja daripada berlama-lama berurusan dengannya.
" Ano Sona-san, kalau tidak keberatan, Aku ingin menuju ke kelasku dulu. Aku takut Sensei yang mengajar di sana marah karena keterlambatanku. Jaa na! " ucapku sambil berlalu dari hadapannya.
.
.
.
(Next Dimension Peace)
.
.
.
SKIP TIME, After School. Naruto's House, 4.32 p.m.
Huh, kurasakan badanku pegal semua, pertarungan singkatku dengan si bocah burung tadi membuat badanku pegaal. Andai saja ada Maid di rumah ini, pasti dia sudah kusuruh untuk memijat punggung dan tubuhku. Dan lagi, ke mana Sasuke? Sudah sore begini belum pulang.
' Hoi gaki, kau tidak merasakannya? Sahabatmu itu sedang bertarung. Kenapa kau tidak merasakannya yang notabene kau sudah diberikan kekuatan Ashura dan Indra oleh Rikkudou-jiji? ' ucap suara…tunggu..SUARA?!
' EH? KURAMA?! YATTA! KUKIRA AKU TIDAK AKAN BISA BERTEMU DENGANMU LAGI! ' ucapku gembira dalam pikiranku.
' Heh, kau kira Aku akan meninggalkanmu heh gaki? Tentu saja tidak. Aku hanya mengisi chakra milikku yang kosong saat perpindahan dimensi ' ucapnya padaku.
' Ah sudahlah, ngomong-ngomong apa kau bisa melacak Sasuke? Aku berfirasat buruk tentang ini ' tanyaku padanya. Uh, firasatku buruk.
' Tentu saja, Ia berada di Sekolahmu itu. Entah kenapa, tekanan chakra miliknya sedikit besar. Apa dia terbawa emosi? Pergilah ke Kuoh itu, dia berada di sana. Hush! ' balas sekaligus ia mengusirku dari koneksi kami.
Aku memacu lariku yang kian lama semakin cepat, kumohon Sasuke, bertahanlah hingga Aku di sana!
.
.
.
.
(Next Dimension Peace)
.
.
.
.
Normal POV
Terlihat kini Sasuke sedang menahan amarahnya. Genshirou Saji yang merupakan siswa tahun kedua tersebut menatap remeh Sasuke yang berada di depannya. Saji menantang Sasuke karena ia merasa lebih hebat daripada Sasuke.
" Hei, apa ini saja kemampuanmu Uchiha? Kau benar-benar lemah untuk seseorang yang menempati peringkat kedua " ucapnya remeh terhadap Sasuke.
" Hn, kita lihat saja nanti bocah, kau terlalu cepat 100 tahun untuk mengalahkanku " balas Sasuke dingin.
Sementara itu, anggota Klub Penelitian Ilmu Gaib hanya menonton dengan perasaan cemas-khawatir. Terutama Akeno dan Rias. Mereka berdua memang menyimpan perasaan terhadap Sasuke yang telah berbuat sangat baik dan menyelamatkan mereka dulu. Kini, mereka hanya berdoa agar Sasuke dapat bertahan.
TRAANK JDUAG BUG!
Sasuke menahan serangan dari Saji dan menendang perut Saji. Ia merintih kesakitan saat ditendang oleh Sasuke. " Heh, ini saja kemampuanmu bocah? Akan kuakhiri ini dengan cepat, Aku sudah lelah dan tidak ingin dibuat gosong oleh Naruto " ucap Sasuke pada Saji.
' Dibuat gosong oleh Naruto-san, apa maksudnya itu? Bukankah Naruto-san itu peringkat terakhir? ' batin Sona yang kebetulan berada di sana. Sementara itu, Kiba yang mendengar nama Naruto hanya menatap tajam Sasuke dan membuang muka sembari berdecih.
Raiton : Kuro Kaminari Seiza
Jutsu Sasuke tersebut mengenai telak Saji. Namun, kekuatan dari [Sacred Gear Vitra] miliknya mampu menahan sedikit kekuatan jutsu Sasuke tersebut yang hanya memberikan sedikit sakit. Namun…
Sasuke belum selesai.
Raiton : Kirin
Beruntung Naruto datang tepat waktu. Ia terkejut melihat justu Sasuke tersebut.
" TEME! Apa yang kau lakukan?! Hentikan jurus tersebut! " teriak Naruto yang panik.
" D-dobe, m-maaf aku terbawa emosi " ucap Sasuke yang menghentikan jurus mautnya tersebut.
" Apa yang kau pikirkan? Apa kau mau membunuh dia? Teknikmu itu tidak seharusnya kau gunakan melawan dia Sasuke " ucap Naruto serius.
" Maaf, hanya saja aku tidak terima ia mengejek Rias dan Akeno, dan dia juga menghina dirimu, Dobe " balas Sasuke dingin.
" Haah, baiklah. Jangan kau ulangi lagi, atau kau akan merasakan 'itu' lagi Sasuke " ucap Naruto penuh dengan ancaman.
" U-uh, baiklah " bahkan Sasuke saja keringat dingin.
" Sasuke-kun! " ucap kedua gadis yang menyukai Sasuke tersebut. " Apa kau tak apa-apa? " tanya Rias padanya.
" Hn, aku tak apa-apa, arigatou Rias, Akeno " ucap Sasuke dengan senyumnya.
Sontak, Rias dan Akeno merona dibuatnya. Naruto hanya terkikik geli sebelum ia menghadap kearah Sona.
" Sitri-san, lain kali ajarkan anak buahmu untuk bersikap sopan terhadap Saudaraku. Atau aku yang akan turun tangan menghadapinya " ucap Naruto dengan dingin dan tajam.
" Ba-baiklah Naruto-san, dan panggil aku Sona saja. Tak perlu seformal itu " jawab Sona dengan sedikit gugup.
" Mungkin lain kali. Hei Sasuke, ayo pulang! " Naruto kemudian memanggil Sasuke untuk pulang. Namun..
" BRENGSEK! KAU PIKIR SETELAH KAU MEMALUKAN HARGA DIRIKU DI DEPAN KAICHOU, KAU AKAN PERGI BEGITU SAJA?! RASAKAN INI, NAMIKAZE! " ucap Saji yang kemudian membuat sebuah lingkaran sihir untuk menembakan salah satu teknik miliknya.
" Dengar ini, namaku bukan brengsek. Namaku, Ootsutsuki Naruto. Dan kau, akan merasakan salah satu jutsuku " ucap Naruto dengan dingin dan mengaktifkan Rinnegan miliknya.
" MATILAH KAU! " ucap Saji dan menembakkan Destruction Wave ke arah Naruto, namun Naruto hanya diam saja.
Shinra Tensei
Setelah mengucapkan jurus tersebut, teknik milik Saji lenyap dan membuat si pengguna membulatkan matanya. Belum cukup sampai disitu, Naruto kemudian melakukan salah satu jurus andalannya.
Fuuton : Mini Rasen-Shuriken
SWING SYUUT!
Rasen-shuriken tersebut bergerak cepat menuju Saji yang tidak bisa bergerak karena kaget.
DUAAR JDUAAR BAAAR!
Semua terpana. Rasen-shuriken mini tersebut berhasil membuat lubang berdiameter 10 meter dan membuat Saji pingsan dengan pakaian yang tidak bisa disebut pakaian lagi. Sona kemudian bergegas menuju salah satu Peerage miliknya itu.
" Itulah akibat dari mengangguku. Ayo pergi, Sasuke " ucap Naruto yang kemudian hilang bersama Sasuke dengan Hiraishin.
' Heh, menarik. Kau akan melawanku suatu saat nanti, Ootsutsuki Naruto ' batin 'seseorang' yang melihat kejadian tersebut.
To Be Continued.
Author Notes :
Yo, perkenalkan, saya author baru yang bergabung di fandom ini. Haha, untuk sementara, segini dulu fic tersebut. Special saya ucapkan terhadap para pembaca yang membaca fic ini.
Akhir kata, arigatou gozaimasu, dan bagi yang tidak keberatan bolehkah saya meminta saran dan kritik anda?
Yo ciaossu!
ryukiluki.
