Oke. Chapter ke 2. Hope u all enjoy this fic! =)

Teikoku Gakuen

Tiktiktik. Hiruma dengan cepat mengetik pesan lalu mengirimnya ke manajer sialan *baca: Mamori* Seusainya Hiruma kembali menekuni beberapa kertas yang berisi taktik amefuto.

Itu adalah sejam sebelum mereka akan berangkat ke Teikoku Gakuen.

***

Mamori menerima pesan dari Hiruma yang mengatakan dia akan menunggunya di depan pintu stasiun. Mamori segera membereskan peralatannya lebih cepat lagi. Untuk Hiruma tidak ada kata terlambat. Kalau terlambat ya ditinggal.

Sejenak Mamori terhenti di tengah-tengah kesibukannya. Pandangannya terhenti di sebuah bungkusan pink. Di dalamnya berisi cokelat.

Ahh.. kenapa kemarin aku membuatnya?? Aneh-aneh saja.. padahal aku sudah bertekad tidak akan memberikannya untuknya!

Mamori menggigit bibir. Bimbang. Bawa atau tidak ya…

UH!!! Mamori akhirnya menyambar bungkusan itu dan memasukkannya ke dalam tasnya. Aku pasti akan menyesal nanti!!

Beberapa menit kemudian Mamori sudah melangkah keluar dari rumahnya. Pergi menuju stasiun untuk menemui anggota Deimon lainnya dan… Hiruma.

***

"Lama sekali kau, manajer sialan?" gerutu Hiruma kesal ketika akhirnya Mamori tiba juga di stasiun. Mamori berusaha menarik nafas. Di tengah jalan Mamori terpaksa lari ke stasiun karena bus yang dia tunggu-tunggu tidak datang juga. Keringat menetes dari wajah Mamori.

"Huuh.. Aku lari tau ke sini!" gerutu Mamori kesal. Dia merogoh kantong, mencari sapu tangan. Tapi Hiruma sudah lebih dulu melempar sapu tangan ke wajah Mamori.

"Cepat hapus keringat sialanmu! Menjijikkan!" Hiruma membuka sebungkus permen karet. Digigitnya permen karet itu santai. Hiruma tidak menyadari Mamori tengah menahan senyum dibalik sapu tangannya.

"Mana yang lain?" tanya Mamori, menatap sekeliling. Tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua.

"Hah? Kita cuma pergi berdua, manajer sialan! Apa kau pikir kita piknik ke sana?"

"Tapi-tapiii…" Mamori menjadi gugup. Berdua saja dengan Hiruma? Mimpi buruk sekaligus terindahnya terjadi sekaligus.

"Jangan banyak bicara! Ayo berangkat!" Hiruma membalikkan badan dan bergegas menuju kereta. Mamori berdiri mematung. Tak percaya.

"Ayo! Dasar lambat!" Hiruma berdecak. Diraihnya tangan Mamori dan ditariknya ke kereta. "Kalau kita telat gara-gara kau, awas saja!"

Mamori terkesiap. Tidak mempercayai apa yang terjadi. Hiruma?

Hiruma membawanya masuk ke dalam kereta dan mereka duduk di salah satu gerbong. Hiruma mendudukkan Mamori di salah satu bangku dan dirinya sendiri duduk disebelahnya.

"Benar-benar manajer yang lambat!" gerutu Hiruma, memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya. "Awas kalau aku sampai harus menyeretmu lagi!"

"Aku tidak memintamu melakukannya!"

"Cerewet!"

Mamori membuang muka. Malas meladeni Hiruma.

Selama beberapa saat mereka terdiam. Tapi Mamori sudah tidak tahan lagi. Selain dia bisa mati kebosanan kalau begini terus, dia juga semakin salah tingkah ketika merasakan bahunya dan bahu Hiruma beberapa kali bersentuhan. Beberapa kali juga Mamori tidak sengaja menyenggol lengan Hiruma ketika memperbaiki poninya untuk sekedar aktifitas supaya tidak gugup.

"Aku—Aku mau ke toilet dulu!" Mamori bangkit dari kursinya dan buru-buru ke toilet. Hiruma memandangnya, mengernyit. Kenapa dia?

Mamori berusaha memperbaiki perasaannya. Ini-bukan-apa-apa!!! Aku-tidak mungkin-suka-padanya!!

Agak lama sebelum akhirnya Mamori kembali ke gerbong mereka. Hiruma menatapnya sinis.

"Sakit perut atau cari cowok cakep?" goda Hiruma tapi tidak memandang Mamori langsung. Dia tengah menekuni segepok taktik amefuto *lagi*

"Grr!! Hiruma!! Bisa tidak jangan menggodaku terus!?" jerit Mamori putus asa menghadapi Hiruma. Hiruma terkekeh.

"Apa hakmu melarangku?"

Mamori tidak bisa menjawab. Dia menjatuhkan tubuhnya di sebelah Hiruma dengan kesal. Dia bertekad tidak akan menggubris Hiruma lagi.

Mamori yang tengah kesal itu beberapa menit kemudian tertidur. Capek. Tanpa sadar kepalanya bersandar di bahu Hiruma. Hiruma tersentak. Didapatinya manajernya itu tengah tidur pulas.

"Dia pikir aku bantal?" gerutu Hiruma. Namun perlahan tangan Hiruma terulur dan merengkuh Mamori ke dekatnya. Mamori cuma mengeluh sedikit.

"Dingin.."

Hiruma tersenyum mengejek. Dia mendorong Mamori lembut dan perlahan menjauhkan Mamori darinya. Lalu dilepasnya jaketnya, disampirkannya ke tubuh Mamori dan kembali menarik Mamori mendekatinya.

"Manajer yang merepotkan…" kekeh Hiruma.

***

"Sampai kapan kau mau tidur, manajer sialan?" Suara yang sangat familiar di telinga Mamori membangunkannya. Dia merasakan nafas yang hangat di dekat telinganya.

"Hiru-ma?"

"Siapa lagi? Cepat bangun, sialan! Kau membuatku pegal-pegal."

Mamori membuka matanya. Dia baru saja menyadari dirinya tengah bersandar di bahu Hiruma. Cepat-cepat dia bangkit. Jaket Hiruma langsung terjatuh.

"Kau?" Mamori berbisik tak percaya. Dadanya bergerumuh kencang.

"Apa? Bereskan barangmu, kita sudah sampai!" dengus Hiruma, memungut jaketnya dan memakainya kembali.

Mamori benar-benar tidak mempercayai apa yang terjadi.

"Sekarang kita kemana?" tanya Mamori. Diluar sudah gelap.

"Hotel. Aku harus tidur." jawab Hiruma pendek.

Mereka masuk ke dalam hotel dekat stasiun dan selagi Hiruma check-in, Mamori duduk di lobby. Dia tengah mengingat kembali perasaan campur-aduk yang terus ditebarkan Hiruma beberapa hari ini. Mamori merasakan wajahnya memanas.

"Manajer sialan!" Mamori terkesiap. Wajah Hiruma dekat sekali dengannya. "Kekeke, cepat angkat barangmu! Kita ke kamar!"

Mamori menurut. Tapi dia kaget sekali ketika sampai di kamar yang dimaksud.

"APA?? Kita berdua!?"

"Maumu apa?"

"Setidaknya kita lain kamar! Tidak seperti ini!!!" Mamori menunjuk kasur double bed yang berada di tengah ruangan.

"Kau pikir kita punya dana banyak??"

"Ini—"

Hiruma sudah lebih dahulu mendorong Mamori. Mamori terjatuh di kasur yang empuk. Dia terperangah. Hiruma berada di atasnya, menatapnya licik.

Hiruma mendekat. Nafasnya kembali menerpa Mamori. Mamori merasakan wajahnya berubah merah. Panas.

"Kau pikir aku sudi?" Hiruma semakin mendekat. Jarak bibir mereka tinggal beberapa senti lagi. "Atau kau malah ingin?"

Mamori hanya bisa memejamkan matanya. Berharap Hiruma segera menjauh.

Hiruma nyengir setan. Dia merogoh hape dan memotret ekspresi Mamori yang sangat ketakutan. Lalu dia bangkit dan tertawa ala setannya.

"Kekeke! Wajahmu lucu sekali, manajer sialan!"

Mamori memberengut. Sialan Hiruma!!

"Awas saja kau, Hiruma!!! Akan kubalas!!!"

"Apa? Kau akan membalasnya saat aku tidur nanti?"

Hening. Mamori teringat apa yang menyebabkan dia marah tadi…

*To be Continued*

Oke.. Gimana nih?? Banyak banget adegan romantisnya, hehe.. Sampe penulis gregetan sendiri!! Hehe. Chapter 3 harus menunggu, karena penulis agak capek… 2 cerita dalam 1 siang *loh?* Mungkin nanti malam tepat hari Minggu tanggal 27 September 2009 Chapter 3 akan diterbitkan. Sabar aja ya.. Review plisss.