Disclaimer: This story is based on characters and situations created and owned by JK Rowling.
Pairing: Narcissa Black/Lucius Malfoy
Notes: Ini adalah fanfic-ku yang pertama tentang Narcissa dan Lucius waktu masih di Hogwarts, sampai akhirnya jadi suami-istri =D, disini Bellatrix Black hanya berbeda umur dua tahun dengan Narcissa.
The Black Queen
Chapter 1
The Girl Who Have It All
Narcissa Black adalah gadis yang memiliki segalanya. Contohnya saja rambut pirang panjang keemasan dan sikat rambut berwarna perak buatan-tangan-Goblin terbaik. Sebagai murid kelas lima di Sekolah Sihir Hogwarts, adalah hal yang wajar apabila mulai memperhatikan penampilan. Tetapi Narcissa sudah melakukannya sejak umur lima tahun, menyikat rambut seratus kali sebelum tidur seperti perintah ibunya, Druella Black.
Saat ini sudah lewat tengah malam, Narcissa sudah kehilangan hitungan, dan tetap saja, rambutnya tetap tidak membuatnya puas saat itu. Narcissa berhenti menyisiri rambutnya, meletakkan sikat rambutnya keras-keras, dan mulai memandangi wajahnya di cermin. Mata biru di dalamnya balik memandang, merefleksikan juga empat tempat tidur besar di latar belakang, tiga diantaranya sudah tertutup kelambu berwarna hijau dan perak, warna asrama Slytherin.
Lahir dari keluarga berdarah murni yang hampir semuanya menempati asrama Slytherin, Narcissa tampaknya sulit memutuskan keinginannya sendiri. Malam dimana dia di seleksi oleh Topi Seleksi, Narcissa –dengan konyolnya berbicara dengan si topi- memintanya untuk menempatkan Narcissa di Slytherin. Narcissa tidak tahu apakah dia memiliki kualitas yang pantas untuk Slytherin yang cerdik dan licik, atau Ravenclaw yang pintar dan bijak, ataukah Hufflepuff yang adil dan pekerja keras (atau yang biasa-biasa saja kalau melihat kakaknya, Andromeda Black, yang tidak pernah peduli padanya), yang jelas dia akan segera ditarik dari sekolah apabila sampai ditempatkan di Gryffindor.
Dia masih ingat bagaimana meja Slytherin bertepuk tangan menyambutnya, dan kakaknya Bellatrix Black, dengan mata seperti kurang tidur dan rambut hitam panjang, tersenyum sangat lebar dan memeluknya. Narcissa sungguh lega dan berterima kasih pada si topi yang telah mengabulkan keinginannya, well keinginan keluarganya.
Empat tahun di Hogwarts berjalan senormal mungkin bagi Narcissa. Semua murid di Slytherin mengenalnya dan memujanya. Sebagian karena wajah cantiknya, sebagian karena ayahnya, Cygnus Black, telah menyumbang beberapa permata dengan potongan-Goblin terbaik pada dewan sekolah untuk kemajuan Hogwarts, tetapi sebagian besar mereka tidak mau mencari masalah dengan Bellatrix Black.
Narcissa merasa senang di Hogwarts dan menjadi kesal karena dia tinggal tiga tahun lagi disini. Apapun lebih baik dibanding tinggal di rumah yang tetangganya adalah Muggle, dan dibawah tekanan ibunya yang membosankan. Sebelum berumur genap sebelas tahun dan menerima surat Hogwarts-nya yang pertama, ibunya telah memaksanya belajar lebih banyak. Cara bicara yang sopan, duduk dan berjalan yang sopan, garpu yang digunakan pada jamuan makan malam, dan macam-macam pelajaran lagi yang membuat leher kaku.
Setiap hari minggu, ibunya memakaikannya jubah pesta yang menggembung dan rendanya membuat gatal. Mereka akan minum teh di berbagai rumah keluarga lain secara bergiliran. Keluarga Malfoy, keluarga Nott, keluarga Lestrange, keluarga Rosier, dan keluarga lainnya yang berdarah murni yang beberapa anggota keluarganya memaksa Narcissa memanggil mereka paman atau bibi. Sementara para lelaki mengobrol, bertransaksi, atau meracau menyombongkan diri sambil meminum anggur terbaik, para wanitanya bergosip dan saling memamerkan perhiasan mereka. Narcissa ditinggalkan dengan sekelompok anak-anak seumurannya, yang juga memakai jubah menggembung dan masing-masing memandang dengan dagu terangkat, merasa lebih cantik dibanding yang lain, dan menolak untuk memainkan boneka-boneka mereka bersama-sama. Narcissa selalu pulang -untunglah- dengan beberapa galeon emas dan permen berwarna-warni hadiah dari 'paman-bibinya' beserta selembar kertas yang bergambar pohon keluarga, menggambarkan hubungan-hubungan keluarga mereka untuk dihapalkan.
Narcissa di Hogwarts sekarang mendengus sembari memandang kelambu-kelambu itu. Yang masing-masing berisi anak-anak yang sama dengan anak-anak di acara minum teh-nya. Dan memikirkan mereka masih berhubungan darah (walau jauh) dengannya membuatnya muak. Dia tidak bisa berhenti merasa sebal apabila melihat mereka. Eva Nott berambut pirang kemerahan dengan kulit bagai porselen. Yvonne Rosier berkulit coklat dengan tulang pipi sempurna. Genevive Zabini pantas menjadi model untuk Witch Weekly dengan kaki panjang dan senyum sempurna. Mereka semua masih mengangkat dagu seakan menyatakan bahwa mereka adalah yang paling cantik, paling kaya, dan paling ramping di Hogwarts.
Di tahun pertamanya, Narcissa membuat rencana pada saat yang sama saat Bellatrix selalu memberinya semangat agar Narcissa tetap berteman dengan mereka alih-alih menyendiri dan malah bergabung dengannya dan kelompoknya.
"Cissy, kau adalah yang terbaik dari mereka," atau
"Cissy, kita Black ditakdirkan menjadi Ratu, dan apabila kau selalu menyendiri kau tidak bisa mendapat teman, dan tidak punya teman berarti tidak bisa mendapat pengikut!" serunya sambil meremas tangan Narcissa, matanya yang berkantung itu hanya beberapa senti dari wajah Narcissa, membuatnya mundur secara otomatis.
"Kau tidak mau mengembalikan buku ke perpustakaan sendiri kan? Siapa yang akan menyediakan tempat terbaik di tribun untuk menonton Quidditch kalau bukan teman-temanmu? Jangan katakan kau masih menyikat rambutmu sendiri!"
Ini sudah pas bagi Narcissa sehingga dia menghardik,
"Bella! Kupikir kau ada dipihakku! Jangan suruh aku berteman dengan anak-anak sok cantik itu! Mereka serigala berbulu domba yang akan menusukmu dari belakang segera saat mendapat kesempatan! Kau tahu? Gelangku yang bermata ular zamrud itu hilang. Begitu pula bedak tabur Madam Puddifot Beauty Edition-ku yang masih baru. Dan aku yakin bando mutiara merah muda yang dipakai si Nott kemarin itu milikku! Ya Bella, aku Black dan Black tidak berteman dengan pencuri! Aku benci teman-teman sekamarku!"
Lalu Narcissa berbalik meninggalkan Bellatrix yang tercengang.
Tentu saja Narcissa hanya mengarang-ngarang semua itu. Gelangnya dia tukar dengan jubah pesta merah berbahan sutra dari Asia milik Yvonne. Bedaknya masih ada. Dan bando mutiara merah muda yang sangat indah itu memang milik Eva. Narcissa hanya membenci mereka, mereka sama-sama cantik dan berasal dari keluarga bangsawan dan Narcissa benci kompetitor. Ini adalah bagian dari rencananya agar para anak-anak menyebalkan itu hormat padanya. Dan dia bisa menggunakan insting kekeluargaan Bellatrix Black.
Keesokan harinya dia hampir tidak percaya rencananya berjalan mulus. Genevive Zabini menyiapkan dan menyemprotkan parfum ke seragam Narcissa. Rambut Genevive sendiri masih memakai gulungan rambut. Di meja riasnya, gelang ular zamrudnya kembali bertengger di koleksi gelang-gelangnya yang lain. Bedaknya bertambah satu cepuk. Dan Eva Nott menyisiri dan menyematkan bando mutiara merah mudanya di rambut Narcissa. Mereka semua tersenyum dan ribut seperti layaknya gadis-gadis yang bersiap pergi ke kelas di pagi hari, walaupun mau tidak mau Narcissa memperhatikan mata mereka bengkak dan kelihatan ketakutan.
Mereka pergi ke aula besar untuk sarapan, mereka berjalan di belakang Narcissa, dan tidak duduk sebelum Narcissa duduk. Yvonne Rosier mengambilkannya kentang rebus, tomat ceri dan wortel parut, satu-satunya makanan pagi hari itu yang bisa dimakan Narcissa. Hogwarts sangat buruk pelayanannya terhadap seseorang yang terobsesi bertubuh langsing.
Narcissa menoleh kesamping dimana Bellatrix dan kelompoknya sedang menikmati sarapan. Saat pandangan mereka bertemu, Bellatrix mengedipkan mata kepada Narcissa. Narcissa berusaha bertampang sebingung mungkin dan melanjutkan menekuni kentangnya sambil tersenyum kecil. Narcissa tidak mau kelihatan lemah dihadapan Bellatrix dengan meminta bantuannya mengancam anak-anak menyebalkan ini, sehingga dia cukup bermain saja sebagai korban dan semua berjalan dengan efektif.
Empat tahun telah lewat bagi Narcissa di Hogwarts dan dia berhenti merasa bersalah atau bertanya-tanya ancaman macam apa yang diberikan Bellatrix dulu seperti yang kadang-kadang dialaminya. Dia menikmati perhatian dan pelayanan dari teman-teman sekamarnya. Kebanyakan karena kau tidak bisa menyuruh-nyuruh peri-rumah untuk melayanimu secara pribadi di Hogwarts. Narcissa menerima ini semua sambil tetap berhati-hati siapa tahu punggungnya benar-benar tertusuk dari belakang. Mereka adalah Slytherin.
Narcissa berhenti memikirkan masa lalu dan menguap, sudah pukul satu lebih lewat tengah malam. Setelah naik ke tempat tidur dan menutup kelambunya, dia terhempas dengan perasaan galau. Walau sudah memiliki tiga gadis dibawah jempolnya dia tetap merasa khawatir. Perutnya rasanya tidak mau berhenti jungkir balik, wajahnya selalu memerah, dan sikap tenang dan elegannya berubah menjadi kikuk. Lebih parahnya dia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran.
Walau Narcissa dari keluarga bangsawan cemerlang di pelajaran Jimat dan Guna-guna karena bahasa latin yang dipaksa dipelajarinya sejak berumur dua tahun, kemarin dia membuat Jubah Professor Flitwick menghampirinya alih-alih bantal yang harus dipanggilnya dengan mantra panggil. Eva, Yvonne, dan Genevive masih terkikik-kikik dibelakangnya di kelas Ramuan sebelum kuali Narcissa mengeluarkan busa yang sangat banyak berbau bensin dan merendam lutut teman-teman sekelasnya. Semua berebut keluar menyebabkan busa mengalir ke lorong bawah tanah, sebelum Professor Slughorn menghentikannya dengan mantra pembeku. Hukuman selanjutnya adalah yang terburuk dari detensi. Professor Slughorn menyuruh Narcissa membereskan kelas bersamanya dan murid darah lumpur kelas dua kesayangannya yang kebetulan lewat, Lily Evans dari Gryffindor. Mengabaikan lelucon Lily Evans tentang betapa beruntungnya bukan ramuan pembesar yang mereka buat saat itu, Narcissa mulai mengutuk kesialan-kesialan dan pengikut-pengikutnya yang meninggalkannya.
Narcissa tidak muncul untuk makan malam setelahnya. Dia mengurung diri di toilet rusak Myrtle Merana di lantai dua. Bukan pilihan yang bagus, karena Myrtle terus tersedu-sedu entah dimana di toilet itu, membuatnya menyesal dia tidak langsung tenggelam saja di kolam busa buatannya.
Bagaimana kalau sampai Lucius Malfoy mendengarnya...
Lucius Malfoy. Bahkan dalam kegelapan kelambunya rambut Lucius Malfoy yang berwarna pirang putih terlihat melambai dimatanya. Mata abu-abu dingin dengan tulang pipi yang kuat. Semuanya mencair ketika dia tertawa lebar saat mereka pertama kali berbicara.
"Ancam saja dia lain kali. Peeves paling takut pada Baron Berdarah! Dan untungnya dia hantu kita. Sini kubersihkan dulu terigunya. Scourgify!" serunya.
Narcissa masih mengerjap-ngerjapkan matanya yang perih kemasukan terigu.
"Peeves memang menyebalkan, tapi harus kuakui dia banyak membuatku tertawa kadang-kadang. Jangan khawatir Miss Black, walau dijatuhi kantung terigu, kau masih terlihat cantik."
Narcissa membalikan tubuhnya merasa disengat beberapa mantra penyengat dan kemudian gelisah lagi, lalu menutup wajahnya dengan bantal berusaha mengenyahkan khayalan-khayalan indahnya. Walaupun tiga anak bangsawan saat ini sudah ada digenggamannya, bukan berarti dia sudah menang, dan apa artinya seorang Narcissa Black dibanding puluhan gadis-gadis bangsawan lain yang berdarah murni dan cantik? Walau memiliki segalanya, Narcissa Black tidak benar-benar mengetahui apa yang diinginkannya sampai bertemu Lucius Malfoy.
