I LOVE YOUR DAD

WU YIFAN X KIM JONGIN

.

.

Ini bukan tentang sugar dady apalagi pedofil

.

.

CHAPTER 1: NOTORIOUS 1

Perayaan kelulusan ala Baekhyun benar-benar kacau. Jongin dipaksa masuk ke dalam komunitas yang tak ia kenal sebagai hadiah kelulusan. Pepatah jika kita harus berhati-hati mencari teman, ada benarnya juga. Meski Baekhyun tak sampai seburuk itu. Hanya saja sifat memaska Baekhyun masuk ke dalam level ingin dibunuh.

Sepanjang acara pertemuan mingguan berlangsung, Jongin hanya duduk diam. Memperhatikan Baekhyun yang berbincang kepada banyak orang. Ah ya, kenapa ia bisa mengenal Baekhyun? Padahal mereka bersekolah di tempat yang berbeda. Mereka berkenalan di situs Moovz. Tahu kan? Itu loh situs pertemanan kaum gay macam Blued. Dan yak betul! Ia kini sedang berada di dalam acara komunitas gay. MoGB alias Man of Gay Beijing. (ucet dah!)

Jongin sebenarnya cukup menikmati bar yang untungnya tidak terlalu brutal. Hanya ada panggung kecil dengan DJ. Meja bar yang lumayan luas, sofa – sofa bulat dan lantai dansa. Mungkin tidak terlalu brutal karena bar ini cukup luas untuk komunitas kecil. Jongin sesekali kembali menyesap minumannya melalui sedotan. Jongin tak menyangka, ia rupanya cukup meyukai minuman pilihan Baekhyun, sebenarnya bukan hanya pilihan tapi juga traktiran. Walau pun namanya sedikit ambigu, sex on the beach.

Tanpa diberi tahu Baekhyun pun, Jongin tahu, jika berbicara dengan orang asing itu harus hati-hati. Belum lagi di tempat macam ini. Jongin sejak tadi sibuk menolak tawaran dansa. Hingga rasanya lama-lama lelah juga untuk menolak. Sedangkan Baekhyun sejak tadi sudah berdansa dengan berbagai macam orang. Sampai Jongin bosan sendiri melihatnya.

"Jongin!" panggilan dibelakang telinganya cukup membuat Jongin tersentak.

Jongin menolehkan kepalanya dan saat itu juga tubuhnya benar-benar membatu. God! Jongin hanya bisa menganga dengan bola mata yang terus mengekori orang yang memanggilnya. Kini orang tersebut berdiri dihadapannya dengan tatapan tajam. Jongin seketika menciut ditatap seperti itu oleh seorang pria dewasa. Sangat dewasa hingga Jongin yakin umur keduanya terpaut sangat jauh.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria dihadapan Jongin dengan tajam.

Jongin hanya bisa diam sambil berpikir keras. Bagaimana ia bisa ditemukan oleh ayah dari teman baiknya sendiri. Loh? Tunggu dulu..

"Loh! Paman kok bisa disini?" Memang tidak sopan, tapi Jongin tidak bisa mengendalikan rasa terkejutnya juga.

Keduanya tidak mendapatkan jawaban apa pun karena pria itu menarik tangan Jongin dengan cepat. Entah karena apa, sepertinya Jongin mengatakan hal yang salah hingga lengannya dicengkram dengan sebegitu kencangnya oleh.. Oke, pria ini bernama Wu Yifan. Ayah dari sahabat dekatnya Wu Sehun.

"Seharusnya anak sekolah tidak boleh masuk ke dalam komunitas ini!" bentak Yifan saat keduanya berada di ruang kedap suara alias toilet.

"Seharusnya pria beristri juga tidak boleh masuk ke dalam komunitas ini!" Jongin tahu ini bodoh. Tapi Jongin tidak suka dibentak tanpa alasan. Dan ini hanya bentuk dari spontanitasnya.

Yifan jelas tahu jika Jongin sudah lulus sekolah. Dan Jongin juga tahu Yifan sudah lama bercerai dengan ibu kandungnya Sehun.

"Bisakah kau diam dan tidak terus melawan ucapanku?" tanyanya dengan tatapan mengancam. Jongin langsung mengangkat tangan kanannya tanda protes. "Apa lagi?"

"Tanganku mau putus rasanya, jadi tolong lepas cengkraman Paman."

"Jangan panggil aku Paman!" Bentak Yifan dan Jongin kembali tersentak meski memilih untuk tak melawan. Bahkan Yifan menghempas tangan Jongin dengan kasar. Keberanian Jongin tentu menciut seketika, jadi yang bisa Jongin lakukan hanya mengusap pergelangan tangannya yang memerah. "Panggil aku Gege, itu peraturan tertulis di komunitas ini kan?" Yifan jelas menuntut Jongin untuk mengangguk. Dan yah, meski terlihat kaku akhirnya Jongin menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana kau bisa masuk ke dalam komunitas ini?" ini pertanyaan bodoh, Yifan tahu itu karena ini merupakan hak Jongin. Sedangkan Jongin sendiri bingung untuk menjelaskannya. Jadi Jongin hanya diam sambil mengerenyitkan dahi. Bersiap-siap untuk mendapat bentakan susulan. "Oke itu urusanmu," Yifan tampak mengusap dahinya dengan frustasi. "Tapi tolong, berpura-puralah untuk tidak saling mengenal!" Jongin hanya mengangguk meski tidak suka dengan cara Yifan yang menunjuk wajahnya. Walau pun Yifan lebih tua bahkan seumuran dengan ayahnya, tapi tetap saja itu tidak sopan."Satu lagi! jangan bilang pada Sehun jika kita bertemu disini! Ingat itu!"

Jongin lagi-lagi hanya mengangguk tanpa mengatakan apa pun. Dan tingkah Jongin yang tiba-tiba diam membuat Yifan bingung. Belum lagi diamnya Jongin itu bukan diam karena ketakutan karena mata Jongin tetap menatap Yifan dengan tajam. Belum lagi Jongin tetap mengelus lengannya yang tadi dicengkram kuat oleh Yifan.

Karena tidak ada balasan maupun komentar apa pun Yifan langsung meninggalkan Jongin begitu saja. Yah, meski sambil mengomel-ngomel tidak jelas. Jongin tidak terlalu heran melaihat Yifan yang gusar sendiri. Tapi Jongin mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa memang tidak seharusnya ia masuk ke dalam komunitas ini.

**ILYD**

Jongin sebenarnya sudah sering berkunjung ke rumah Sehun. Hanya saja semenjak kejadian beberapa bulan yang lalu. Jongin jadi enggan untuk datang ke rumah Sehun. Padahal rumah Sehun besarnya saja sudah kurang ajar dan sangat nyaman hingga Jongin selalu malas pulang. Jadi, kenapa dia malas datang ke rumah Sehun? Alasannya, ya tentu saja karena ayahnya Sehun. Tapi Sehun terus memaksa dan memintanya untuk belajar bersama karena sebentar lagi ada tes masuk ke perguruan tinggi. Akhirnya Jongin terpaksa mengikuti keinginan Sehun.

"Kau tahu, ayahku akan ke Bangkok selama tiga hari," ucap Sehun saat keduanya baru saja melewati pintu utama. Jongin hanya menanggapi Sehun dengan anggukan kepala, tampak tak tertarik sama sekali, karena sebenarnya Jongin sudah tahu. "Dia sepertinya sangat menyukai teman-temannya itu," tanpa Sehun sadari, perkataannya membuat Jongin menatapnya dengan tajam. "Aku tahu kau sama seperti ayahku, tapi jangan coba-coba mengikuti komunitas seperti ayahku ya."

"Kenapa?"

"Berbahaya, jika ayahku saja dikejar-kejar oleh pria seumuran kita, berarti kemungkinan besar, ada pria yang memang mencari daun muda."

"Daun muda?" Jongin langsung tertawa dengan keras. Istilah lama yang dikatakan oleh Sehun dengan wajah serius malah membuat Jongin tertawa terbahak-bahak. "Aku tahu kau serius, maafkan aku." Jongin sendiri bingung kenapa ia malah tertawa mendengar nasehat Sehun.

Mungkin karena selama ia datang ke perkumpulan. Yah, meski hanya tiga kali setelah ia bergabung. Jongin tidak pernah mendapatkan seorang pria yang mendekatinya lagi. Padahal pada hari pertama ia masuk, Jongin sampai kewalahan menolak ajakan mereka. Atau mungkin memang Jonginnya saja yang tidak terlalu menarik. Kalau dipikir-pikir ia memang tak semenarik Baekhyun. Karena Baekhyun saja terkadang mengeluh karena sering dikejar-kejar bahkan dipaksa oleh para predator.

"Kau tidak perlu khawatir." Jongin dengan senyum kecil menepuk pelan bahu Sehun.

"Loh, ayah sudah pulang?" pertanyaan Sehun membuat keduanya berhenti saat melewati kamar Yifan yang terbuka lebar dan memang letaknya berdampingan dengan kamar Sehun.

"Ayah harus siap-siap untuk pergi ke Bangkok."

Tanpa bisa dikendalikan Jongin langsung memasang tampang terkejut. ApalagI Sehun anaknya. Masalahnya jadwal keberangkatan Yifan itu kan dua minggu lagi.

"Loh! Ada Jongin?" tanya Yifan dengan nada ramah. Jongin hanya membungkukan badannya dengan sopan. Yifan sebenarnya cukup terkejut menemukan Jongin yang masih berani datang ke rumahnya. "Mau belajar bersama?"

"Iya." Jawab Sehun yang malah ikutan sibuk melihat baju-baju ayahnya. "Tsk, mungkin ini yang disebut masa puber kedua." Sehun tahu ia tidak sopan jadi Sehun biasa saja dijitak dengan keras oleh Yifan. "Ayah tolong jangan menghambur-hamburkan uang untuk abg – abg yang selalu mengejar ayah."

Padahal Sehun yang berbicara tapi Yifan malah menatap Jongin yang memang tengah melirik Yifan.

"Kalau setipe Jongin boleh lah~" Sehun dengan seenaknya menunjuk Jongin yang ada dibelakangnya dengan ibu jari. "Dia orangnya hemat mendekati pelit."

"Aku memang tidak punya uang." Bantah Jongin dengan nada tidak suka.

Bukannya belajar. Mereka akhirnya malah sibuk membantu Yifan untuk memilih dan merapihkan baju-bajunya. Padahal acaranya hanya tiga malam. Tapi Yifan sampai membawa 4 koper dan 1 koper kecil berisi aksesoris entah itu jam tangan atau sabuk pinggang. Jongin sampai bingung melihatnya.

"Sepertinya Sehun tahu kalau kau itu tidak menyukai perempuan," Yifan mengatakannya tepat saat Sehun kabur ke kamar mandi. Dan Yifan cukup terkejut melihat respon Jongin yang hanya menganggukkan kepalanya. "Sehun itu normal loh.."

"Aku tahu." Kali ini gantian Yifan yang menganggukan kepalanya. Jongin sebenarnya jadi sedikit canggung pada Yifan karena dulu Yifan sempat membentaknya.

"Kau ikut ke Bangkok?" tanya Yifan kemudian.

"Tidak." Jawab Jongin dengan singkat.

"Kenapa?"

"Ujian perguruan tinggi." Jongin penasaran melihat reaksi Yifan. Ia melirik pelan. Benar saja, Yifan tampak membulatkan matanya.

"Oke kita harus undur tanggalnya," Yifan buru-buru mengambil handphonenya. "Sehun kok tidak bilang," gerutu Yifan dengan kesal. Ya mana mungkin anaknya sedang berjuang, orang tuanya malah liburan. "Sekalian, agar kau bisa ikut juga."

"Tidak dengar Sehun bilang apa tadi, aku itu orangnya hemat mendekati pelit." Jelas Jongin yang malah membuat Yifan berdecak malas.

"Katanya kau hanya tidak punya uang," Walau pun Yifan hanya mengulang perkataan Jongin tapi tetap saja, Jongin jadi lumayan kesal karena Yifan mengatakannya dengan mudah sambil sibuk mengetik di layar handphonenya. Mau marah pun tidak mungkin, memang sudah nasibnya menjadi lahir dari keluarga miskin dan menjadi mahasiswa perantau. "Kau kan tinggal cari sponsor saja, pasti banyak yang mau membantumu." Kali ini Yifan membuat Jongin heran karena cara berpikir Yifan. Tapi sedetik kemudian Yifan menatap Jongin seolah baru mengingat sesuatu. Sambil tersenyum miring Yifan berkata. "Ah ya, aku lupa, aku rasa anggota yang lain tidak mungkin mau menjadi sponsormu."

"Hah?" Jongin memang tidak mengharapkan adanya sponsor layaknya event organizer. Tapi ada yang janggal dengan perkataan Yifan barusan. "Kenapa?"

"Karena aku yang meminta mereka untuk tidak mendekatimu." Yifan sudah berkata dengan tajam hingga pupil mata Jongin melebar. Tapi Jongin memilih untuk menanggapinya dengan hanya anggukan kepala. Sepertinya Jongin mulai mengerti dengan cara pandang Yifan terhadap dirinya.

"Oh.." Sebenarnya Jongin mengerti maksud Yifan itu apa. Tapi dia lebih memilih untuk pura-pura tidak mengerti. Jongin tidak berada diposisi yang pas untuk melawan Yifan.

"Baiklah aku akan menjadi sponsormu." Yifan bermaksud untuk memancing Jongin.

"Tidak mau." Jongin tidak sebodoh itu.

"Temanmu itu ikut berlibur ke Bangkok kan? Kau tidak mau ikut juga?" yang Yifan maksud itu Baekhyun. Dan Yifan tidak mau menyerah. Yifan mungkin tidak tahu jika Jongin termasuk orang yang cukup peka dengan jebakan macam itu.

"Aku tidak punya uang dan tidak mau mencari sponsor." Kali ini Jongin menekan setiap kata yang ia ucapkan agar Yifan mengerti.

"Kerja sambilan lah~" balas Yifan yang anehnya malah membuat Jongin makin kesal.

"Sudah kok."

"Lalu tidak kau kumpulkan, kau anak yang boros juga sepertinya." Yifan berdecak pelan dan Jongin hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kesal. Dibandingkan membalas perkataan Yifan, Jongin lebih memilih untuk tetap melipat baju-baju Yifan ke dalam koper. "Sehun saja cukup kok berlibur dari uang kerja sambilan."

Jongin kali ini menatap Yifan dengan berani. Perlukah Jongin menjelaskannya dengan lebih rinci jika ia dan Sehun itu berbeda. Sehun kan dari keluarga kaya raya, sedangkan ia?

"Orang tuaku hanya memberikan biaya keperluan pendidikkanku saja, aku kerja sambilan untuk membiayai hidupku, makan sehari-hariku, biaya sewa apartemenku dan biaya trans..." Jongin menggantungkan kalimatnya. Detik itu juga Jongin mengingit bibir bawahnya dengan keras, Jongin merasa menyesal mengatakannya. Karena ada istilah tak perlu bersikeras menjelaskan siapa dirimu, karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak akan percaya. "Intinya, uang yang kalian keluarkan saat liburan selama 3 hari itu harus aku kumpulkan selama lebih dari tiga bulan tanpa makan dan biaya apartemen."

"Ya sudah aku akan membiayai akomodasimu." Yifan kembali membuat keputusan sepihak. Dan Jongin tidak pernah menyukai orang yang bertindak seolah akan mengatur hidupnya.

"Aku bilang, aku tidak mau." Jongin itu keras kepala. Yifan tentu tahu itu.

"Jadi buat apa kau mengikuti komunitas ini?" Yifan bertanya dengan nada tidak habis pikir. Cukup acara pancing memancingnya. "Bukankah untuk mencari orang yang mebiayai hidupmu?"

Jongin pun tidak habis pikir dengan pertanyaan Yifan. Jadi ini yang membuat Yifan meminta agar semua anggotanya menghindari Jongin. Tentunya kecuali Baekhyun. Dan kenapa Baekhyun tidak memberi tahunya.

Karena kini Jongin benar-benar merasa tersinggung. Dibandingkan membalas dengan teriakan marah, Jongin lebih memilih untuk menjawab dengan tenang. "Teman," rupanya perkataan Jongin malah membuat Yifan tetawa dengan dengusan keras. "Gay itu minoritas, dan aku ingin menambah teman yang senasib, memangnya salah?" tanya Jongin dengan heran.

"Teman senasib?" Yifan jelas tengah mengejek. "Kau tidak tahu, komunitas macam apa yang kau ikuti?" Yifan kembali memberikan pertanyaan yang pada akhirnya membuat Jongin menghentikan kegiatannya. Sebenarnya Jongin tahu, jika perkumpulan yang ia ikuti hanya berisi orang-orang kalangan elit. Hello~ kalian pikir gay tidak memiliki kasta? Ada sobat, percaya padaku. "Kau juga tidak tahu temanmu itu kalangan keluarga dari mana?" Yifan kini membuat tubuh Jongin seperti es batu, ia tahu jika Baekhyun berasa dari keluarga kaya juga. "Kau anggap itu untuk mencari teman senasib?"

Jongin benar-benar tidak bisa menjawab apa-apa saking terkejutnya. Yifan sengaja. Sengaja membuatnya tersudut. Kalau seperti ini, seharusnya Yifan mengeluarkannya saja langsung dari komunitas. Jongin menarik nafasnya dengan perlahan sambil menutup koper Yifan dengan sama pelannya.

"Apa kau mengatakan hal itu juga pada Sehun?" Yifan ternyata masih belum puas menyerang Jongin. Kali ini Jongin benar-benar tersentak. "Membuatnya merasa iba padamu," Yifan tahu cara menyerang titik lemah Jongin, sampai-sampai Jongin merasa kepalanya terasa sangat berat hingga tidak mampu mendongak. Seolah terdapat tangan batu yang memaksanya untuk terus menunduk. "Bagaimana rasanya mempunyai teman seperti Sehun, menyenangkan kan?"

Jongin masih menggigit bibirnya dengan keras. Ah~ Jongin mengerti sekarang. Bukan hanya keluar dari komunitas. Tapi Yifan juga memintanya untuk mejauhi Sehun. Ia diusir oleh ayah dari teman dekatnya sendiri, lagi. Rasanya menyebalkan memang dikatai parasit. Tapi Jongin sudah tidak tahan lagi. Dengan keras ia menarik seleting untuk menutup rapat koper Yifan hingga membuat Yifan terlonjak kaget. Jongin sudah susah payah mendongakkan kepalanya dengan tubuhnya bergetar. Yifan bisa melihat mata Jongin yang berkaca-kaca. Bukan, Jongin tidak sedang menahan tangis. Ia sedang menahan amarah. Yifan tahu Jongin ingin berteriak marah atau bahkan menghajarnya karena Yifan bisa melihat kedua tangan Jongin yang terkepal keras. Tapi pada akhirnya Jongin hanya bisa menghela nafas dengan pelan.

"Maaf, saya sepertinya tidak jadi menginap." Ucap Jongin dengan perkataan yang terlampau sopan sambil membungkukan tubuhnya dengan dalam. Meski ya, Jongin mengatakannya dengan nada gemetar. Hingga Yifan bingung untuk menanggapi Jongin yang langsung membalikkan badannya dan mengambil tas yang sengaja ia letakkan di lantai.

Tanpa mengatakan apa pun, Jongin melangkah pergi keluar dari kamar Yifan. Dan Jongin langsung menemukan Sehun yang sendari tadi diam di ambang pintu kamar ayahnya.

"Maaf.." ucap Jongin yang hanya diberi anggukan singkat dan senyum tak enak hati oleh Sehun.

Sehun tahu, ini bukan saatnya untuk mengejar Jongin yang kecewa oleh ayahnya sendiri. Karena yang harus Sehun lakukan adalah memberikan penjelasan pada ayahnya.

"Mengapa ayah berkata seperti itu?" tanya Sehun sambil menyendarkan tubuhnya di ambang pintu. Tapi ayahnya itu malah lebih suka untuk kembali sibuk dengan tumpukan pakaiannya. "Ayah hanya tidak begitu mengenal Jongin."

"Kau juga."

"Aku sudah mengenal Jongin, lebih dari tiga tahun." Bantah Sehun dengan tenang. "Bahkan jika ayah pernah merasakan rasanya dimanfaatkan, bukan berarti semua orang akan melakukan hal itu pada ayah." Sehun mungkin terlalu kurang ajar untuk menasehati ayahnya sendiri.

"Kau anak ayah, ayah tidak mau kau dimanfaatkan olehnya."

"Tapi ayah tidak berhak mengatakan hal itu pada Jongin," tetap saja Sehun tidak bisa membenarkan cara ayahnya itu.

"Ah~ sepertinya dia berhasil menadapatkan simpatimu." Yifan sengaja menatap Sehun sambil tersenyum singkat. Sehun tahu Jongin itu merupakan anak dari keluarga macam apa. Tapi Sehun juga tahu Jongin bukan tipe orang yang akan memanfaatkan orang lain. "Aku sudah sering menghadapi orang seperti dia, percaya padaku." Yifan menatap Sehun dengan nada memperingati bahkan menaikkan telunjuknya. "Jangan salahkan ayah jika nanti ia akan mengkhianatimu."

Sehun pada akhirnya hanya bisa menghela nafas dengan keras. Sambil mengangkat kedua bahunya dengan pelan. Selalu, Sehun akan kalah berdebat dengan ayahnya sendiri.

**ILYD**

Jongin seharusnya tidak terlalu tersinggung dengan sikap Yifan. Toh ia harusnya sudah biasa dengan hal itu. Ia seharusnya sudah bersyukur. Bahkan jika Yifan tak mempercayainya. Sehun masih percaya padanya dan masih banyak yang percaya padanya. Semisal, Jongdae dan Kyungsoo teman seperantauan Jongin dari negara yang sama. Mereka berdua bahkan percaya untuk berbagi rumah dengannya. Ya, dia tinggal di rumah berisi 3 kamar. Untuk Jongin ini jauh lebih murah dibandingkan menyewa apartemen sendiri yang jauh dikatakan layak huni untuk ukuran apartemen di Beijing. Atau mungkin, sewaannya lebih murah karena rumah ini milik Kyungsoo juga.

Kejadian ia diusir secara tidak langsung oleh Yifan sudah berlangsung cukup lama. Dan ia masih baik-baik saja. Meski setiap melihat Sehun, ia selau ingat perkataan ayahnya. Dianggap parasit tetap bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

"Kenapa kau tidak ikut ke Bangkok?" tanya Kyungsoo dengan nada kecewa sambil meminjat kakinya sendiri. Tanpa diperlu dijawab, Kyungsoo sebenarnya sudah tahu jawaban Jongin. "Aku berani bertaruh kau akan menyesal jika kau mendengar ceritaku." Sayangnya Jongin tidak begitu peduli dengan perkataan Kyungsoo.

Karena Jongin dan Jongdae lebih sibuk untuk mebongkar oleh-oleh Kyungsoo dari Bangkok. Sebenarnya Kyungsoo baru saja bergabung dengan MoGB dan langsung diundang oleh para pendiri disana. Toh, Kyungsoo memang dari keluarga berada, wajar dia langsung diundang. Sedangkan Jongdae, jangan berpikir Jongdae itu gay dia straight garis keras.

"Apa kau baik-baik saja?" Jongdae mulai merasa heran dengan tingkah laku Jongin akhir-akhir ini. Terkadang Jongin terlihat tampak gusar entah karena apa.

"Baik." Jongin berkata sambil mengigit keras cumi kering yang dibawa Kyungsoo. "Butuh usaha keras untuk memakan ini!" Jongin menarik keras cumi yang sudah dibentuk seperti mie pipih yang kaku.

"Bagaimana liburanmu?" Jongin berusaha mengalihkan topik dengan melihat Kyungsoo dengan rasa antusias palsu. Tapi Jongdae merupakan pengamat yang baik, karena Jongdae tidak terpengaruh sama sekali dan malah terus menatapnya dengan khawatir. "Apa menyenangkan?"

"Tentu," Kyungsoo dengan semangat menjawab. "Aku bahkan sampai tidak perlu mengeluarkan uang karena Kris-ge."

"Kris-ge?" Jongin rasa, ia berlum pernah mendengar nama itu.

"Kau pasti mengenalnya," Kyungsoo berniat ingin bermain tebak-tebakan nama pada Jongin. Tapi Jonginnya malah terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri. "Nama aslinya Yifan sih~" Kyungsoo mengatakannya dengan setengah hati tapi cukup membuat Jongin tersentak. "Dia pria yang sangat baik~" elu Kyungsoo sambil tersenyum lebar. Hingga membuat Jongdae mengerutkan dahi. Tumben Kyungsoo bisa sesumringah ini.

"Kenapa namanya jadi Kris?" tanpa sadar Jongdae tertawa meski entah apa yang ditertawakan. "Yifan dan Kris kan jauh."

"Tapi wajahnya cocok – cocok saja disebut Kris." Protes Kyungsoo. "Ya kan Jongin?" Kyungsoo membutuh dukungan karena Jongdae masih saja mengejek nama Kris. Tapi sayangnya Jongin sibuk dengan pikirannya sendiri. "Jongin!" tegur Kyungsoo dengan keras.

"Hm?!" Jongin dan Jongdae langsung menatap Kyungsoo dengan terkejut. Soalnya teriakan Kyungsoo itu seperti ada daya magis yang cukup membuat keduanya merinding. Belum lagi dengan kedua mata belonya jika melotot.

"Kau kenapa sih?!" sekarang Kyungsoo juga mulai khawatir hingga mengidap frustasi. "Cerita dong, kalau ada masalah!"

**ILYD**

Anggap saja Yifan penasaran. Karena seminggu setelah ia bertemu dengan Jongin di rumahnya. Rupanya Jongin benar-benar keluar dari komunitas. Itu pun ia dapat kabar langsung dari teman dekatnya, Baekhyun. Yifan cukup terkejut saat Baekhyun bilang kalau Jongin bergabung ke dalam komunitas atas paksaan Baekhyun.

"Sebenarnya aku yang memaksanya bergabung," Baekhyun membuat Yifan mengangkat kedua alisnya karena terkejut. "Lagi pula, dulu dia tidak pernah berkumpul lagi karena dia sibuk dengan pekerjaan dan ujiannya."

"Dia memangnya kerja dimana?" tanya Yifan dengan penasan. Serius, Yifan penasaran kali ini. Sayangnya Baekhyun sendiri juga tidak tahu. Jadi Yifan hanya bisa menyerah dengan rasa penasarannya.

"Baiklah aku mengerti, dan kau jangan beri tahu Jongin, kalau aku menanyakannya padamu." Baekhyun jelas langsung menganggukan kepalanya.

Yifan sebenarnya sudah sering menemukan orang seperti Jongin. Bergabung untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Hanya saja, biasanya orang-orang seperti Jongin akan kembali datang dan menargetkan orang lain. Dan memilih untuk menjauhi Yifan. Tapi kali ini, Jongin benar-benar menghilang. Mungkin karena sejak awal Jongin memang tidak menargetkannya. Atau Jongin memang tidak tengah menargetkan siapa pun.

Yifan jadi sedikit merasa bersalah sebenarnya. Bahkan Sehun saja masih menyimpan rasa kecewa padanya. Sehun dan Jongin itu satu kampus, satu prodi dan bahkan satu kelas. Dari awal mereka diterima diperguruan tinggi hingga sekarang. Ia tidak pernah melihat Jongin datang ke rumahnya lagi. Alhasil malah Sehun yang lebih banyak keluyuran ke luar.

"Liburan?' tanya Yifan saat menemukan Sehun tengan sibuk dengan kopernya. Sehun hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kemana?"

"Hanya kepantai, besok berangkat, lusa aku sudah kembali kesini." Jelas Sehun yang hanya diberi anggukan oleh Yifan. Sepertinya kebiasaan Yifan tidak menular pada Sehun. Karena anaknya ini lebih memilih menyiapkan kebutuhannya sehari sebelum berangkat

"Apa Jongin ikut?" Yifan benar-benar tidak tahan untuk kembali bertanya mengenai Jongin. Kalau sekarang sudah liburan semester berarti sudah lebih dari empat bulan ia tidak bertemu dengan Jongin lagi.

"Tidak," Sehun diam-diam melirik ayahnya dengan curiga. "Dia tidak pernah mau ikut berlibur kemana pun kecuali jika itu perintah dari kampus," namun entah kenapa Sehun malah tiba-tiba tertawa pelan. "Ayah masih takut, jika aku masih dekat dengan Jongin?" ada nada sinis didalam pertanyaan Sehun. "Maaf ayah, anakmu ini masih menjadi teman dekat Jongin."

"Tidak," jawab Yifan dengan nada mengambang. "Ayah hanya heran, Jongin tidak pernah ke rumah lagi."

Sehun benar-benar kaget dengan perkataan Yifan. Sehun bahkan sampai mengehentikan tangannya dan menatap Yifan dengan heran. Lebih tepatnya tidak habis pikir. Bisa-bisanya ayahnya bertanya seperti itu.

"Kan ayah pernah mengusirnya," ucap Sehun dengan nada heran. "Mana mungkin dia berani ke rumah ini lagi."

"Ayah tidak mengusirnya," perkataan Yifan langsung membuat Sehun menatapnya dengan malas. "Oke, baiklah.. kau benar."

Pengakuan Yifan membuat keduanya masuk ke dalam suasana yang amat sangat canggung. Dan Yifan akhirnya hanya bisa menghela nafas dengan pelan. Kemudian memilih untuk keluar dari kamar Sehun yang masih menatapnya sambil menggelengkan kepala.

"Ayah tidak tertarik dengan Jongin kan?" pertanyaan Sehun yang tiba-tiba membuat Yifan menghentikan langkahnya. Yifan tidak menjawab hanya menatap anaknya dengan kerutan dalam didahinya. Yifan hanya heran kenapa Sehun bisa berpikir sejauh itu. "Baguslah kalau tidak, karena sekarang Jongin sudah punya kekasih."

.

.

NOTORIUS 1/END

TBC

Lanjut?