My Hero Academia©Horikoshi Kohei
Only You©Rhelzaou
Band AU. College AU.
Bakugou Katsuki x Midoriya Izuku
Drama, romance.
Warn! OOC. Typos.
Don't like, don't read.
Saya author baru! Salam kenal.
Rated M, For intimate skinship.
Ch.1
.
Yang Midoriya Izuku ingat terakhir kali adalah—ia selalu memandang sosok Bakugou Katsuki dari jauh. Teman masa kecilnya itu, ah walau tidak bisa dibilang begitu juga karena sebenarnya mereka belum pernah berinteraksi, sekarang malah sedang terjebak bersamanya didalam lift yang mendadak saja mengalami gangguan pada mesin inti.
Entah dari dulu takdir tengah mempermainkan dirinya atau tidak, tetapi sejak taman kanak-kanak hingga saat ini Izuku menempuh perguruan tinggi pun, dirinya selalu bersama Katsuki. Sekelas, sekelas, dan selalu saja satu kelas. Tetapi mereka sama sekali tidak pernah berinteraksi! Tidak pernah sekalipun mengobrol, bahkan basa-basi sekalipun. Hingga tanpa sadar hal itu membuat Izuku seringkali memandangi sosok Katsuki, memperhatikannya, dan menjadikannya inspirasi.
Ia tahu banyak hal tentang lelaki yang kerap berperilaku kasar itu. Ia tahu bahwa disamping sikap keras Katsuki, lelaki itu juga memiliki sisi lembut yang bahkan tak diketahui banyak orang. Izuku juga tahu semua kelebihan maupun kekurangan Katsuki. Dan ia pun tahu dalam beberapa tahun ini dirinya sudah seperti penguntit-dengan banyak memiliki cacatan dan data-data mengenai lelaki bersurai ash-blonde itu.
Namun hingga detik ini, Izuku tak pernah bisa menyangka bahwa keberangkatan random-nya pergi membeli original CD band rock yang akhir-akhir ini sedang booming malah berakhir tak kalah random-nya. Dimana saat ini ia tengah terjebak didalam lift macet yang akan menuju lantai tiga, hanya berdua bersama seorang Bakugou Katsuki yang selalu ia kagumi. Masalahnya hanya berdua!
"OI, SIALAN!" Izuku berjengit terkejut mendengar Katsuki tiba-tiba mengumpat dengan keras seraya berulang kali memukuli (menekan) tombol darurat. Dilihatnya lelaki itu ternyata sedang berusaha berbicara dengan staff gedung lewat speaker yang tertera disamping tombol-tombol lift. Ia sempat mengira dirinyalah yang diajak bicara.
"Sampai kapan kau membiarkanku terjebak di dalam lift bobrok sialan ini, brengsek?!" Umpatnya lagi.
Ingin rasanya Izuku menenangkan lelaki didepannya ini, tapi rasa takutnya melenyapkan semua niatannya itu. Ia jelas-jelas masih belum punya keberanian untuk membuka pembicaraan dengan Katsuki, terlebih disaat lelaki ini dalam keadaan murka. Alhasil Izuku hanya bisa berdiri seraya bergetar dengan aura ketakutan yang menguar disekelilingnya.
"Mohon bersabar sebentar lagi tuan, kami sudah berhasil menemukan kerusakan pada liftnya, dan kami akan segera memperbaikinya." Jelas sang pegawai.
"Kutanya sampai kapan?!"
"Sekitar 30 menit." Setelah berkata begitu, si pegawai gedung memutuskan sambungannya dengan Katsuki secara sepihak.
"Keparat!"
Sesuai dugaan, si empunya manik merah terang itu semakin murka karena seenaknya diputuskan sambungan speakernya. Dirinya lantas melemparkan berkas-berkas yang digenggamnya sedari tadi seraya mengumpat semakin kasar. Lelaki itu terlihat tidak menyadari keberadaan Izuku disana, atau mungkin sengaja tidak mempedulikan keberadaan lelaki mungil itu sama sekali.
Izuku takut bukan main. Tetapi ketika ia melihat isi kertas-kertas yang sekarang sudah berserakan dilantai, dirinya menyadari sesuatu.
Ah, itu…
Dan dalam beberapa menit akhirnya kemarahan Katsuki mereda, Izuku melihat lelaki itu mulai melepaskan kantung hitam besar berisi sebuah gitar yang digendongnya dan menyimpannya disudut ruangan. Kemudian lelaki itu bersandar kedinding lift dengan tampang lelah. Benar-benar tak peduli dengan berkas-berkas yang dibuangnya tadi, Katsuki malah memasang headset ketelinganya, melipat kedua tangannya didepan dada, dan memejamkan mata.
Izuku memperhatikan semua itu dengan cermat. Sesaat ia merasa terpesona dengan postur tubuh Katsuki yang mengenakan kemeja hitam yang saat itu terlihat sangat cocok dan pas sekali dengan tubuh atletisnya.
Keren sekali…
Tapi bukan saatnya mengagumi tubuh itu, Izuku! Gelengnya kencang. Situasi saat ini menguntungkan dirinya untuk mendekati lembaran-lembaran kertas yang berserakan sejak tadi. Ia kemudian membungkuk perlahan, berjongkok, dan mulai mengumpulkan semua lembaran kertas berserakan tersebut. Kertas-kertas itu berisi kunci-kunci gitar, not-not musik, dan lirik-lirik sebuah lagu. Izuku tahu betul fungsi semua berkas-berkas ini, tentu saja sangat berharga bagi Katsuki yang merupakan seorang musisi. Dan Izuku tak ingin Katsuki membuang begitu saja semua berkas—yang sudah jelas telah dibuat oleh lelaki itu dengan susah payah.
Pemuda yang memiliki rambut keriting mengembang itu tersenyum ketika mengingat betapa sejak dulu, menjadi musisi adalah cita-cita Katsuki sejak kecil. Ia benar-benar senang ketika mengetahui bahwa saat ini mimpi lelaki itu sudah menjadi kenyataan.
"Kacchan begitu hebat dalam mencapai impiannya…"ungkap Izuku lirih seraya mulai merapikan semua kertas yang kini sudah berada digenggamannya. Ups, tapi ia keceplosan mengucapkan nama panggilan Katsuki yang selalu ingin ia ucapkan kalau saja suatu hari nanti mereka bisa saling bercakap-cakap. Waduh, apa Katsuki mendengar kalimatnya barusan, ya?
Izuku mulai mendongkakkan kepalanya keatas demi memastikan apakah Katsuki mendengarnya atau tidak… tetapi penglihatannya saat ini bagai ditepa petir ketika mengetahui bahwa ternyata lelaki yang ia kagumi itu sedang menatapnya dengan tajam, dengan iris merah nya yang berkilat-kilat mengerikan. Ia tidak tahu apakah Katsuki sudah menatapnya sedari tadi atau mereka memang baru saja saling menatap.
"E-eh… aaa.." saking terkejutnya Izuku sampai terduduk dan tak bisa berdiri, namun ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam mengintimidasi milik Katsuki diatasnya.
"Kau… sedang apa?" Tanya Katsuki dengan suara rendah dan tatapan yang seolah dapat melahap siapa saja yang mengganggu dirinya. Headset yang sebelumnya terpasang sudah terlepas sempurna, dan tangan yang sebelumnya terlipat didada kini sudah masuk kemasing-masing sisi kantung celananya. Posisi ini membuat Izuku semakin bergetar ketakutan.
"A-ah.. anu.. a-aku..." Izuku benar-benar kehabisan kata-kata. Ia bingung harus bagaimana ia menjelaskan situasinya saat ini, apakah ia harus jujur, atau bohong?
Disaat pemuda bersurai hitam kehijauan itu mendadak diam tak bergeming, Katsuki memperhatikannya dengan seksama.
"Apa-apaan cowok ini?" Ungkap Katsuki dalam hati. "Dia diam bagai patung seperti sedang memikirkan sesuatu tapi tatapannya tetap menghadap kearahku tanpa sedikitpun terlihat akan berpaling." Ia memberi jeda sesaat. "...aneh."
Hal yang dilakukan Izuku saat ini malah membuat Katsuki penasaran. Ia tidak membentak pemuda yang dianggapnya aneh itu untuk segera menjawab, dan ia malah bersedia untuk menunggu. Walaupun sebenarnya Katsuki sendiri sudah tahu jawabannya, sebab dari awal Katsuki memang memperhatikan keberadaan pemuda mungil itu, hanya saja tidak begitu dianggapnya penting. Namun sejak ia melihat perilaku Izuku sebelumnya (yang merapikan berkas-berkasnya tanpa izin), ia jadi sangat menantikan jawaban dari pemuda aneh dibawahnya ini. Siapa tahu jawabannya menarik. Pikir Katsuki. Itung-itung insting bullying-nya masih ada sekalipun tak separah dulu.
Dan benar saja, pemuda yang memiliki bintik-bintik kecil diwajahnya itu mendadak beranjak berdiri menghadap Katsuki. Raut wajah yang sebelumnya terlihat ketakutan tiba-tiba saja berubah menjadi sangat serius. Katsuki jadi menyadari bahwa kedua iris lawan bicaranya kini ternyata sangat besar, membuatnya terlihat agak mani—menyebalkan. Tapi tunggu—sepertinya ia pernah melihat pemuda ini entah dimana...
"Bakugou-kun." Panggil Izuku setelahnya.
"Ah?" Katsuki melihat pemuda itu tiba-tiba saja mengulurkan kedua tangannya menghadap dirinya, menyerahkan kertas-kertas yang sebelumnya berserakan dilantai.
"Ini ambillah." Ucap Izuku. "Aku tahu mungkin Bakugou-kun bisa membuat yang seperti ini berulang kali dan membuangnya juga berulang kali. Tapi semua itu tentunya kau lakukan dengan susah payah, jadi... Aku harap kau tidak membuang semua hasil kerja kerasmu ini begitu saja... Hanya karena emosimu yang meledak-ledak itu... Ja-jadi... Yang aku lakukan hanya merapikan kembali kertas-kertas ini padamu dan mengemba-"
Sebelum Izuku selesai menjelaskan, Katsuki segera mengambil kertas-kertas yang digenggam pemuda dihadapannya itu kemudian menggulungnya.
"E-EEH? Ke-kenapa kau gulu-"
PLAK. Dan satu pukulan pun mendarat di kepala Izuku dengan mulus.
"Kau ini terlalu banyak bicara," ungkap Katsuki. "Kupingku jadi sakit, sialan."
Izuku tertegun, "Ma-maafkan aku!" Lalu dirinya mulai menundukan tubuhnya memperdalam permohonan maaf.
Entah kenapa Katsuki tak bisa menahan seringaiannya ketika melihat itu. "Omong-omong... kau tahu nama asliku, huh. Dan sepertinya kau juga tahu beberapa hal tentangku. Kau seorang stalker, ya?" Ujar lelaki itu.
Izuku seketika berhenti bergerak.
Eh?
Benar juga. Ia lupa kalau Katsuki tidak mungkin mengenali dirinya selama ini. Dan tiba-tiba saja ia berkata seolah ia tahu segala hal mengenai lelaki dihadapannya itu.
"BU-BUKAN! A-aku bukan stalker!" Teriak Izuku panik. Kali ini ia berulang kali menggerakan kedua tangannya ke segala arah berusaha menjelaskan bahwa dia bukanlah seorang penguntit. "Se-selama ini aku memang memperhatikanmu, ta-tapi bukan itu maksudku! Aa-anu, aku benar-benar bukan stalker! Sebenarnya kita ini entah kenapa selalu bersama, jadi tanpa sadar aku selalu-"
"Membuntutiku kemana-mana?" Sambung lelaki ash-blonde itu tepat sasaran. Karena wajah Izuku benar-benar memucat setelah mendengar sambungan kata dari Katsuki.
"Ti-tidak! Aku tak pernah melakukan-"
Kemudian Katsuki semakin melebarkan seringaiannya. Ia langsung menarik lengan Izuku, membuat pemuda mungil itu benar-benar berdiri dihadapannya dengan jarak yang sangat sedikit. Wajahnya kemudian ia dekatkan tepat disamping telinga sang 'penguntit'. Izuku bergidik ngeri ditempat. Tetapi disisi lain ia merasa wajahnya saat ini menghangat.
"Kau pernah dengar rumor tentang vocalist Plus Ultra?" Bisik Katsuki menanyakan perihal band rock yang sedang booming itu. Suaranya yang berat dan rendah sedikit membuat Izuku salah tingkah. Posisinya saat ini membuatnya tak bisa berpikir jernih, terlalu dekat, sampai dirinya dapat mencium wangi parfum yang dipakai Katsuki. Bisa-bisa sepulangnya dari sini nanti, Izuku akan membeli parfum yang sama dengan lelaki yang sudah lama dikaguminya ini.
Namun, Izuku tahu betul rumor apa yang dimaksud. Tetapi ia sama sekali tak memiliki keberanian untuk sekedar mengangguk ataupun menggeleng. Plus Ultra sendiri merupakan band yang didirikan oleh Katsuki. Izuku benar-benar tahu Katsuki-lah vocalis band tersebut. Dan rumornya...
"Kalau sang vocalis pernah membunuh salah satu stalker yang selalu mengganggunya, bukan?"
Keringat dingin mulai membahasahi tubuh Izuku.
"Jadi, apa kau siap dengan hukumanmu, wahai tuan stalker sayang?"
.
.
a/n
halo. saya baru didunia fanfiction, jadi maaf kalo alurnya kecepetan atau malah sulit dimengerti ;-;
terutama pas Izuku nyebut Katsuki dengan nama marganya itu entah kenapa bikin saya frustasi sendiri ;-;
mungkin ini bakal jadi 3-5 chapter saja berhubung saya orangnya moody...
dan sebenernya saya gak tau apa-apa tentang musik, tapi nekat bikin cerita setelah greget liat official art mha band. jadi mohon maaf kalo banyak salah-salah...
mind to review?
