THE WORLD IS INSANE

EPILOUGE

" DOWNFALL "

Dahulu cahaya menerangi kehidupanku, namun sekarang kegelapan menyelimutiku kembali.. menghapus segala harapan di depanku, menutupi hatiku yang terang menjadi gelap gulita. Itu... yang selalu aku pikirkan setelah kejadian yang menimpaku kembali untuk kedua kalinya, apa tuhan tidak memberkatiku atau aku yang terlalu lemah? hal ini sudah menjadi trauma permanen di tubuhku, mereka tidak mau mendengar instruksi dariku, bagaikan aku yang dikontrol oleh ketakutan mereka, diriku yang dulu berbeda jauh denganku yang sekarang.


Pria berbadan besar tersebut terus berteriak tidak jelas, mengoyak - ngoyak bajuku bertebaran berserakan dimana - dimana, goresan cakarannya banyak sekali di tubuhku, mengeluarkan darah segar mengalir dari atas ke bawah. takut.. takut.. aku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun, ketakutan kembali menghantuiku, apa ini cobaan kembali padaku? aku tidak bisa melakukan apa - apa, menangis keras yang bisa kulakukan, keputusasaanku sudah di ujung tanduk, tapi di saat itulah aku membuka mataku,mencoba untuk tegar tetapi saat itu pun pula dimana ketakutanku kembali membara.


"hah.." Kiriyama Yui, kelas 2 SMA Yamaboshi menatap jauh ke langit melalui kaca jendela di sampingnya. Andai.. hari ini cepat berakhir, aku ingin pulang dan kembali sendiri lagi. Terus menghela nafas berkali - kali, Yui disambar dengan pukulan ke kepala oleh lipatan buku,tanpa mengangkat kepalanya, dia juga tidak menoleh ke orang tersebut.

"kau selalu memandang ke luar jendela, apa segitu malasnya kau mengikuti pelajaranku, nona Kiriyama?" Tanpa mendengar keluhan orang tersebut, Yui lebih memilih diam dan menunduk menghiraukan perkataan guru itu.

"dengarlah perkataanku sekali - kali! kau selalu seperti ini, terutama kepada para guru laki - laki! apa kau mempunyai trauma atau sesuatu!?" dia meremas bahunya, sontak tubuhnya merasa disetrum.

"kyaaa!"

"a-apa!?"

"Sensei! biarkan saja dia, dia memang selalu ingin sendiri" seru salah seorang murid, suasana kelas menjadi ramai, mereka saling membicarakan Yui.

"Kiriyama-san sudah berubah yah" "ah iya.. dia sama sekali tidak mau berbicara dengan seisi kelas, maupun di luar" "hei hei! kudengar dia hampir diperkosa, apa itu benar!?" "kau diamlah!" "pasti dia sangat trauma yah?" "kasihan.." "benar.." semua orang di kelas membicarakan Yui, terkecuali Taichi, Iori, Yukina, Mariko dan Fujishima. Mereka berlima yang merupakan teman terdekatnya tidak berani untuk angkat bicara, apalagi mendekati , salah satu yang telah menolongnya untuk mengurangi ketakutan Yui juga sampai tidak percaya bahwa Yui kembali trauma seperti dahulu tidak tau alasannya, dia tau kalau rumor hampir diperkosanya itu hanya rumor belaka yang hanya ketahuan belakangan saja, itu sudah lewat, tapi.. apa yang membuatnya seperti ini kembali?

"hah haahhk" Yui meremas kepalanya, menahan sakit di kepalanya kemudian menutup kedua telinganya, dia tidak mau mendengar cemohan teman - temannya yang merendahkan dirinya.

"ahh! rumor itu! jangan - jangan Aoki Yoshifumi, murid kelas 2-A yang merupakan pacarnya yang sudah memperkosanya hahaha" Taichi serta keempat lainnya melirik orang yang mengatakan hal tersebut dan memasang raut muka marah.

BRAAAKK

Yui mendorong mejanya kemudian berdiri dan berlari ke luar kelas, menuju tempat yang bisa membuatnya sendiri, dan itu adalah atap sekolah.


"hah.." hidupku melelahkan, bahkan lebih melelahkan dibandingkan dengan ibu yang mengurus anak - anaknya sebatang kara. Melihat sekeliling area atap sekolah, dia selalu sampai terdorong nafsu untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun bebas dari sini, pasti tidak ada yang memperdulikanku, bahkan keluargaku sudah lelah untuk mengasuhku, anak yang tidak bisa diandalkan ini lebih baik menghilang saja.

"Kiriyama?" seseorang memanggilnya pelan dari pintu yang terbuka sedikit, Yui menengadahkan kepalanya dan terkejut.

"siapa!?"

"ini aku.. Taichi"

"hah!" badanku kembali refleks secara sendirinya, memundurkan badanku menjauh darinya membuatku sedikit lega tapi itu tidak membuatku menjadi tidak takut dengannya, aku masih merasa sangat takut.

"Kiriyama, ini aku Taichi. kau tidak perlu takut denganku, seisi sekolah sudah tau tentang rumor tentangmu, siapa yang membocorkannya?" mendengar suara hentakan kaki membuat ketakutan Yui semakin menjadi - jadi.

"ja-jangan mendekat! ka-kalau mendekat, ka-kau tau akibatnya!" Taichi terkejut setengah mati melihat Yui menodongkan pisau yang diambil melalui sakunya.

"Kiriyama!?" Taichi mendapat colekan seseorang di belakangnya, dan dibisik olehnya kemudian akhirnya Taichi menyerah dan meninggalkannya.

"Yui" dia mengenal suara itu, dia mengangkat kepalanya dan melihat orang itu.

"I-Inaba..?"

"maaf Taichi mengganggumu Yui, tapi itu semakin membuatku penasaran, kau ini kenapa?" semuanya semakin mencari tau apa yang terjadi padanya, mentalnya semakin parah, bahkan dia sama sekali tidak mengenal siapa kawan dan siapa musuh.

"aku tidak akan memaksa, pasti ada waktunya kau akan memberitahu kita semua. jam istirahat sudah mau berakhir, lebih baik kau masuk ke kelas, pelajaran selanjutnya Hirata-sensei kan? maka kau tidak perlu ketakutan lagi" dibalas anggukan kecil, Inaba pergi meninggalkannya.

"ah iya, hari ini CRC diliburkan dulu"

"kenapa? lanjutkan saja, ada aku atau tidak, tidak ada bedanya"

"tentu saja berbeda, kau merupakan anggota terpenting CRC, bahkan semua yang di dalamnya sangat penting bagiku"

"hari ini kita pulang bersama yah? ada yang ingin kubicarakan" pasti tentang traumaku yang ingin dibicarakan. Merepotkan.. lebih baik aku pulang sendiri dan menghindari keramaian.


Sebelum memasuki kelas, hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan pisau tadi. ketika membuka loker tersebut, tanpa sengaja dia menyentuh tangan seseorang membuat buku di dalam jatuh berserakan.

"ah" tanpa melihat sang penyentuh tadi, Yui langsung menjongkokkan diri mengambil buku tersebut.

"maaf aku tidak sengaja" setelah mendengar suara orang itu, dia sadar bahwa yang menyentuhnya adalah laki - laki.

"HYAAA!" semuanya melihat termasuk murid dan guru langsung memfokuskan penglihatan mereka kepada Yui.

"ma-maaf, kau tidak apa - apa!?"

"ja-jangan mendekat!"

"hah...?" aku tidak sadar apa yang sudah kulakukan, tatapanku hampa, seluruh badanku lemas, sesuatu ada yang lepas dari genggamanku. Aku merasa ada sesuatu yang mengalir dari tanganku, darah.. darah.. kenapa ada darah di tanganku?

"Kiriyama-san!? apa yang sudah kau lakukan padanya!?" aku langsung sadar dari alam bawah sadar bahwa di depanku terlihat anak tersebut menangis dan ketakutan sambil memegang tangannya yang penuh dengan darah. Apa aku tidak sadar telah menusuknya?

"Kiriyama-san, cepat kau ke ruang kepala sekolah sekarang juga!" ah..aku sudah tidak peduli lagi.


"kau tau membawa senjata tajam melawan aturan sekolah ini?" tanya pria itu, aku ingin cepat pergi dari sini, semuanya laki – laki, aku tidak tahan.

"iya.."

"kau juga sudah melukai murid tidak bersalah gara – gara alasan yang tidak jelas, kami tidak akan memberitahu ini ke polisi atau ke orang tua anda, tapi kau tau hukumannya kan?"

"iya.." akhirnya aku keluar dari sini, setelah keluar aku bisa melihat orang – orang banyak yang membicarakanku, bukankah sekarang masih jam pelajaran? Apa begitu pentingkah diriku ini?

"Yui!" panggil Inaba, jelas sekali kalau dia ini khawatir.

"maaf, aku tidak bisa pulang bersamamu.. mereka menyita pisauku"

"tidak ada hubungannya, aku akan mengantarkanmu pulang"


Ada apa dengannya? Padahal dia tau kalau aku takut keramaian, kenapa dia mengajakku kesini, banyak orang yang berpapasan. Aku tidak berani membuka mataku.

"Yu.. Yui.." aku langsung membelalak kaget, Inaba menyodorkanku sekaleng Cola.

"terimakasih"

"tidak perlu sungkan, kali ini aku yang mentraktirmu" aneh… apa tujuannya membawaku kesini? Aku tidak bisa membuka mulutku, sebelahku ada pria! Tanganku terasa lemas.

"Yui..?"

"hah..?" ahh.. aku menjatuhkan minumannya.

"traumamu kembali lagi yah? Ternyata rumor itu benar, apa kau-"

"apa kau percaya itu!?" gawat, aku keceplosan teriak.

"aku tidak tau harus percaya atau tidak.. aku merasa kau semakin jauh dan aku tak bisa menggapaimu dan mengembalikanmu. Kau.. sudah berubah sekarang" semua sama saja.. aku lebih baik sendiri dari pada mendapatkan cemohan yang membuat lubang besar di hatiku.

"terserah kau mau bilang apa.."

"Yui, apa kau sudah bertemu dengan Aoki?"

"Aoki?" Inaba mengangguk pelan.

"sejak trauma menimpaku, aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi"

"sejak itu, kau tidak pernah berbicara dengan siapa – siapa kecuali denganku?"

"aku tidak perlu dikasihani, kau juga tidak perlu memaksakan diri berbicara denganku"

"kita semua perlu bicara, dan ini harus di CRC" tiba – tiba dia menjadi memaksa, ada apa?

"jangan memaksaku, kau tau aku tidak sanggup"

"tidak, kau sanggup"

"aku tidak akan melakukannya!"

Dreeett Dreettt

E-mail? Jarang sekali, ada yang meng e-mailku akhir – akhir ini, siapa? No name?

Dear Kiriyama Yui,

saya akan memberikanmu suatu catatan terakhir untukmu saja, catatan akhir penentu takdirmu..

maksudnya apa ini? Spam? Akhhhhh! Mata..! mataku seperti terbakar! Ada apa ini!?

"Yui!?" bayanganku berwarna hijau, di depanku terdapat Inaba, sekilas Inaba tidak bergeming dari tempatnya, akan tetapi di penglihatanku, terdapat percik – percikan cahaya lalu tanpa disadari Inaba menghilang di depanku setelah kedipanku yang pertama. Bayangannya sudah menghilang, aku tidak merasakan sakit lagi, perasaan apa tadi?

"Yui?"

Dreeeet Dreeet Dreeet Dreeeet

E-mail lagi? Dan kali ini tidak hanya aku saja yang menerimanya, tetapi semua orang di sekitar seperti sedang membaca sesuatu di mail boxnya, Inaba pun sama.

Halo manusia – manusia paling rendah, saya akan mengumumkan.. Sebelumnya kuberitahu bagi yang menerimanya. E-mail catatan akhir yang akan menentukan nasib takdir kalian sudah kalian terima, tapi bagi yang tidak mendapatkan, setelah ini pertunjukkan akan dimulai. Perkenalkan namaku Heartseed.. tidak perlu takut menghadapi semua ini. Ini hanyalah game, game takdir kalian, tujuan game ini adalah mempertahankan hidup kalian saja, tidak perlu sungkan untuk saling menghancurkan segala di depan kalian, ini adalah fenomena kematian kalian. Bagi yang dapat bertahan dan mampu membinasakan semuanya, apapun permintaannya akan kukabulkan.

"Heartseed…" dia kembali lagi, dan dia menggunakan e-mail untuk mengumumkannya, isinya sedikit menakutkan, lalu apa maksud dari game dan fenomena kematian?

"sudah dimulai.."

"Inaba?"

"maaf, aku mau mengecek sesuatu, jangan pergi dari tempat ini, walau sejengkal!"

"Inaba!?" tunggu! Aku sama sekali tidak mengerti, apa Inaba juga mendapatkan e-mail yang sama sepertiku?


Aku sudah menunggu cukup lama, Inaba kemana sih? Aku sedikit terganggu dengan gerak – gerik orang disini.

"sayang, apa maksud dari e-mail tidak jelas tadi?" wanita itu terlihat bingung sedangkan pria yang disampingnya seperti terkejut, terlihat sedikit cengiran sadis darinya, aku bisa merasakannya aura membunuh.

"AAKHHHH!" tanpa sadar pria itu mencekik wanita itu sampai terangkat ke udara.

"aku akan mendapatkan hadiah itu dan akan kumulai darimu sayang!" ada apai ini!? Aku tidak bisa membiarkannya, aku ingin menolongnya! Ah! Kenapa!? Aku ti-tidak bisa… kakiku tidak bisa kugerakkan! Jika aku tidak berbuat sesuatu maka hal buruk akan terjadi.

"AKHHH! Akkhhhhhh…" dia sudah tidak bergerak, aku terlambat.. kenapa aku selalu seperti ini!?

"ohhh… ojou-chan.. sedang apa kau disini? Sangat berbahaya tau" dia mendekatiku, dia mau apa?

"ja-jangan.." dia mencolek bagian tubuhku, aku kembali lemas.. aku kembali merasakannya!

"kau cantik sekali~~ tidak seperti wanita yang mati itu, apa kau mau ikut denganku~~? Ke neraka!" dia mencekikku! Aku tidak bisa bernafas!

"AKHH!" aku ingin melawannya tetapi badanku tidak mau mengikuti arahanku, kalau aku tidak ketakutan pasti aku sudah memutar pria ini ke tanah. Aku merogoh sakuku, kenapa pisauku harus disita! Aku sangat ketakutan.. aku memejamkan mataku.

Sepertinya hari ini.. keinginanku untuk mati terkabulkan, apalagi… dibunuh dengan sesuatu yang sangat aku takuti, ironis sekali..

"hahaha….." entah kenapa tawa keluar dari mulutku.

"bunuh saja…. bunuh saja aku! Hapus semua keberadaanku sampai tidak tersisa!" aku memelototinya, bayangan hijau itu muncul lagi, sebenarnya ini apa? Hah!

"Yui….!" tangan yang mencekikku terbelah! Terjadi 2 kali? Hah? Darahnya sedikit terkena mukaku, aku melihat ke depan. Inaba..?

"ahhhhh! Kau! Curang sekali menggunakan pedang!"

"di dunia ini sudah tidak ada kata curang.. akan lebih menakutkan jika kita menakuti kata itu, dunia ini sudah hancur.. jika selamat dari ini sudah sangat membuatku senang. Kau tidak membacanya, binasakan semuanya dengan cepat!" Inaba? Dia berubah, dia semakin sadis, tidak ada rasa takut dia menebas pria tersebut.

"aku akan menanggung semua dosamu"

"Inaba? Kau.."

"Yui, baguslah kau tidak kemana – mana seperti perkataanku" dia menatapku lega.

"kau lihat tadi!?" "ada apa ini!?" "KYAA!"

"semuanya tenang!" polisi..! kita langsung berhadapan dengan mereka.

"kalian..! diam di tempat!" polisi – polisi itu menodongkan pistol, aku tidak bisa melakukan apa-apa.. apa Inaba punya semacam ide?

"hei paman, sebaiknya kau berdoa sebelum sesuatu merenggutmu" merenggut? Maksudnya apa?

"ha? Ahhh! Apa! Akhhh! Tidak! Apa ini!?" sesuatu ada yang bergerak di dalam tubuhnya, punggungnya terbelah mencipratkan darah, orang-orang yang menonton langsung panik dan berteriak, ada pun yang berlari-lari.

"tenang semuanya! Ahhhhhhhh!" polisi itu juga mengalami hal yang sama.

"ada apa ini?"

"Downfall… kau pernah menontonnya kan? dimana orang mati dapat hidup kembali sebagai zombie"

"itu hanya film"

"tidak.. lihat itu" aku tidak percaya, polisi yang mati, bangun kembali dengan keadaan badan yang pucat, matanya sudah tidak beraturan lagi dan dia berjalan tanpa arah.

"KYAA! Jangan! Kya!" hah! Zombie itu memakannya..

"sedikit berbeda dari perkiraanku, orang yang dibunuh oleh zombie tidak akan hidup kembali lagi, dia sudah mati"

"kalau begitu, berarti hanya beberapa yang menjadi zombie"

"hanya orang yang tidak mendapatkan e-mail catatan takdir yang akan berubah menjadi seperti ini, demi menjaga kestabilan game ini"

"aku ingin bertanya, sebenarnya ini hanyalah game, berarti mati pun tidak masalah kan?"

"apa kau tidak membaca kalimat pesan selanjutnya, game dan fenomena kematian, jika kita mati, ya kita mati, untuk selamanya"

"tidak ada gunanya diam disini, kita harus bertemu dengan yang lain, aku ingin memberitahu semuanya sebelum mereka semua salah paham dengan dunia ini" semuanya.. jangan – jangan..

"tidak perlu" orang itu mengambil pistol bekas dipegang polisi tadi.. dia..

"Taichi.." dalam waktu singkat Inaba seperti memperhatikan Hpnya, suara tembakan terdengar.

"ha-hah?" tembakan itu sedikit meleset dari wajahnya menimbulkan luka gores di pipinya.

"ini game, tidak perlu melihat hal yang dinamakan tutorial, ayo kita bersenang – senang Inaba.." ini menjadi semakin aneh.. apa yang sebenarnya terjadi!?

"Taichi! Ini bukan game! Ini kenyataan! Kau harus mendengarkanku!" suara tembakan lagi, kali ini menembus betisnya.

"ahhh… kumohon dengarlah! Aku sudah mendengar darinya! Dari Heartseed! Dia sudah menjelaskan semua aturan di dunia ini! Tidak ada nyawa ganda disini, seperti di game – game, kita hidup Taichi! Kalau kita mati, maka berakhirlah sudah!"

"apa dia benar mengatakannya?"

"a-ah.. iya.." Taichi memikirkannya, kumohon berubah pikiranlah!

"kalau begitu.. aku akan menyelamatkanmu" Taichi kembali mengangkat pistolnya mengarah kepada Inaba.

"Taichi..?"

"akan jauh lebih baik jika aku yang membunuhmu daripada dimakan oleh monster – monster itu" kumohon hentikan Taichi! Aku ingin berteriak seperti itu, tapi suaraku tidak mau keluar, aku tidak mau kehilangan Inaba! Tidak di dunia gila ini!

"sayonara Himeko.." jangan lakukan!

"Taichi! Aku yakin kita bisa bertahan hidup disini, bersama!"

"hah!?"

DOORR

Aku bisa melihat Taichi sedikit melepaskan pistol tersebut, apa meleset? Aku melihat Inaba.. Inaba..

"ahhhhh…." di memegang perutnya, darahnya keluar dengan cepat dan banyak sekali dan mulutnya juga mengeluarkan darah.

"INABA!" bayangan itu muncul kembali, aku bisa melihatnya.. Inaba dibawa Taichi ke suatu rumah, di ruangan..aku seperti pernah melihatnya.. rumahku! dekat dari daerah sini! Tapi penglihatan apa ini? Aku seperti bisa melihat masa depan.

"Yui…. Hpku, tolong bacakan inbox terakhirnya…" dia menyuruhku dengan terbata – bata, aku mengambil Hpnya dan membacanya.

"jam 14.37 dibawa Taichi ke rumah Yui, hah ini?"

"seperti yang kau baca, itu adalah catatan takdir yang Heartseed pesankan, itu adalah sesuatu yang harus kita perhatikan untuk bisa hidup di dunia ini, hah ah.."


"Inaba…" apa yang sudah kulakukan!? Pikiranku sejak kemunculan monster membuatku tidak berpikir terang, ditambah dengan pesan yang membuatku semakin bingung selain untuk mengikutinya.

"Taichi.. kau masih mau menolongku? Aku masih bisa memaafkanmu kalau aku bisa bertahan hidup" aku tidak berani untuk meraihnya, memegang tangannya, dan memeluknya, aku tidak sanggup.

BRUKK

"Ina..ba.."

"Taichi!" Yui berteriak tanpa melihat mukaku sambil menangis.

"kumohon selamatkan Inaba, jangan bengong saja! Cepat bawa dia ke rumahku!" tidak perlu banyak berpikir, yang paling penting sekarang adalah Inaba.

"KYAAAA!" "JANGAN MENDEKAT! TIDAK! JANGAN! AKHHH!" "KUMOHON JANGAN..! ANAKKU! TIDAK!" aku bisa merasakan kesakitan hati semua orang yang berteriak meminta tolong akan tetapi sama sekali tidak ada yang menolongnya, itu sudah wajar.. tidak ada yang berani mempertaruhkan nyawa untuk orang yang tidak dikenalnya, mereka lebih baik menyelamatkan diri mereka daripada menjadi santapan para monster itu. Maafkan aku..! maafkan aku! Walaupun aku ingin menyelamatkan semuanya, tapi badanku berbicara lain, aku lebih memilih hidup, aku harus menyelamatkan Inaba dan melindungi mereka berdua semampuku.


"hah hah.. cepat masuk Taichi!" dia sudah semakin terbiasa berbicara denganku, apa karena ada Inaba?

"hah dikunci! Anzu! Anzu! Mom! Tolong buka pintunya, ini Yui!" hah apa mereka melupakanku! Selama ini aku sudah berbuat kurang ajar dengan orang tuaku dan apakah ini balasannya? Tanganku bergetar kencang, tidak.. sekarang bukan waktunya, lebih baik aku mendobrak pintunya saja demi kesembuhan luka Inaba.

Aku memposisikan badanku membentuk kuda – kuda karate, sudah lama aku tidak melakukan ini, aku merasa nostalgia, aku siap dengan kaki kananku.

BRAAKK

"tidak ada siapa – siapa.. apa mereka sedang pergi? Oh ya Taichi! Cepat ke atas! Aku akan mencari obat untuknya, kau berusahalah untuk menghentikan pendarahannya"

"baik..!"


Etto.. etto.. P3K.. P3K.. ini dia! Apa masih ada perban di dalamnya? Ti.. tinggal sedikit! Apa yang bisa digunakan untuk menutup lukanya!? Berpikir Yui! berpikir.. hah.. tetangga sebelah pasti mempunyai beberapa, tapi sisa perban ini akan kuberikan kepada Taichi dan juga Alkohol ini..

"Ta-Ta-Taichi, ini sedikit perban untuk Inaba, aku akan berusaha mencari persediaan di luar, mungkin sebelah ada beberapa"

"jangan bercanda! Sekarang kau sedang trauma, tidak akan berhasil! Aku yang akan mencarinya, kau obati Inaba."

"tapi.."

"saat ini, rasa kepercayaan orang – orang sedang diuji, bagaimana kalau kau diserang? Dan yang lebih buruk lagi, bagaimana kalau yang menyerangmu itu pria? Kau bisa saja dibunuh, saat ini tidak ada Inaba yang bisa menolongmu, tolong biarkan aku yang mencarinya, kau jagalah Inaba, aku percayakan dia padamu" Taichi memegang bahuku, aku sedikit terkejut, begitupun Taichi, sepertinya dia juga tidak sadar.

"ah maaf! tolong yah Kiriyama, ah aku pinjam pedang kayu ini, jika terjadi sesuatu, tolong kau berusaha semampumu, kau ingin melindungi apa yang kau sayangi kan? jangan lupa… pedang Inaba sangat berguna" Taichi sangat baik, tapi aku tidak berani untuk menatap wajahnya, aku sangat takut, aku kembali dipendam oleh rasa ketakutan, tidak ada cahaya harapan bagiku.

"ah! Inaba, aku harus mengobatinya" di saat ini, kemampuan pengobatanku sangat berguna, beruntung sejak berlatih di dojo, aku selalu diberitahu untuk mengobati diri sendiri dan orang lain.

"uuh hhh..!" sabarlah Inaba, sebentar lagi pangeranmu akan segera datang, kumohon bertahanlah sebentar lagi.


Hemm.. rumah mana yang harus aku geledahi? Aku hampir seperti pencuri saja, ah tidak perlu takut, polisi sudah berubah menjadi mayat berjalan, tidak ada yang perlu aku takuti.

"ah!" hampir saja.. ada sesuatu yang berjalan, monster itu lagi, hah.. dan kali ini polisi lagi, lucky.. aku akan mengambil pistol dan pelurunya, apa di sekitarnya tidak ada yang mengikuti? Di film yang kutonton, zombie tidak bisa melihat melainkan mendengar suara keras saja, tapi ketika suara tembakan pistol kepada Inaba, mereka sama sekali tidak mendekati kami, apa yang membuat mereka bereaksi? Tidak perlu banyak berpikir, aku harus cepat bertindak.

"hahk.." aku memukul sekeras mungkin sampai kepala mereka lepas dari tempatnya, aku benar – benar minta maaf.

"peluru ini cukup untuk membunuh beberapa, jangan lupa mengambil pelurunya kembali jika sudah mati, itu yang sering kulihat di film, agar hemat peluru" walaupun dunia sudah tidak stabil lagi, aku ingin tidak terlalu banyak memikirkannya, cepat bertindak lebih baik daripada berpikir tidak ada ujungnya.

"TIDAKK!"

"suara apa itu!?" selintas aku mendengar suara tangisan anak kecil, tapi setelah itu tidak terdengar lagi, dari rumah yang mana!? Sial! aku tidak boleh memikirkan hal yang lain, keadaan Inaba yang sekarang paling penting!

"JANGAN! KUMOHON!"

"hah!?" darisana! Sial! aku benci diriku ini!


"mungkin yang ini?"

PRANG

Benar! Tolong dengan cepat, dan langsung melarikan diri, kumohon biarkan aku hidup. Sebelum masuk aku menarik nafas berkali – kali, aku siap..!

BRAAK

"ahh, jangan bergerak! Hah!?" kali ini aku tidak bisa melakukan apa – apa, pisau itu sudah tertancap di kepala anak tersebut, rasanya mau muntah! Kenapa semua orang berubah seperti ini!? Tidak ada ampun! Rasanya aku ingin menangis! Anak tidak bersalah dibunuh dengan cara hina seperti itu! tidak bisa diampuni! Tidak bisa diampuni!

"HAAAHH!" sesuatu ada yang mendorongku membuatku menabrak dinding, pedang kayunya juga terlempar jauh.

"AKHHH!" akhh! A-apa!? Telapak tanganku, tertancap pisau, sejak kapan? Apa orang ini mempunyai kemampuan bela diri atau apa? Sial! kalau begini, aku benar – benar akan mati!

"siapa kau? Sejak kapan kau menyelinap ke rumahku? mengganggu masa – masa romantisku bersama istri dan anakku?" istri dan anak, jadi dia suami serta ayah mereka.

"jika mereka berdua sangat penting bagimu, kenapa kau melakukan hal tega itu pada mereka, terutama anakmu sendiri!?" pisaunya menembus kulitku sampai menancap di dinding, aku tidak bisa menggerakkan tanganku!

"tentu saja sangat penting, bahkan aku bermain dengan anakku sebelum kubunuh, menyenangkan sekali!" apa orang ini sudah gila!? Wanita itu.. masih hidup! Kalau aku repot – repot datang kesini tanpa menolong siapa – siapa, lukaku ini maka sia – sia!

"lalu setelah ini, kau mau apa paman?"

"tentu saja bersenang – senang dengan istriku, oohh.. apa kau mau melihatnya? Saat – saat terakhirku melakukannya bersama istriku tercinta, apalagi melakukannya sambil menggosoknya dengan ini sangat menyenangkan~" pisau? Menggosok? Hah!?

"jangan! Kumohon! Tolong jangan lakukan!"

"hah! Kau mau macam – macam denganku bocah!?"

DUAGH

"akhhhhh!" tendangan macam apa itu!? sakitnya sampai menusuk seluruh badanku, tidak salah lagi orang ini mempelajari bela diri!

"hah.. hahh.. hentikan.. hentikan.." dia mulai melakukannya! Kumohon! Akhhh! Tendangan tadi membuatku lumpuh seketika! Aku tidak mau melihatnya! Tapi mataku tetap fokus kepada mereka. Pria itu mulai mengangkatnya dan melakukan hal itu di depan mataku, aku mulai menangis.. hentikan.. kumohon.. aku mendengar suara pisau sedang merobek sesuatu, tangisku semakin menjadi – jadi, aku tidak ingin mendengarnya!

"AKKHHHH! AKKHHHHH!" aku terus mendengar suara pisau memotong, dan menusuk – nusuk. Aku tidak ingin melihatnya! Aku menangis! Aku melihat mayat anak kecil itu, dia memasang ekspresi memintaku untuk membalaskan dendamnya, hahh.. apa ini? Apa pikiranku sudah semakin kacau? Sampai – sampai aku berilusi tidak jelas.

"ENAK KAN SAYANG! AKU INGIN KAU TERUS BERTERIAK NAMAKU, JANGAN TERTIDUR DULU!" AKU TIDAK TAHAN LAGI!

"HHHAAAAAAHHHH!" aku mendorong tanganku sekeras mungkin, setelah lepas dari tancapan pisau itu, aku langsung menembakkan pistol langsung ke kepalanya, tubuhnya langsung jatuh ke lantai. Pikiranku masih kosong, aku masih dihantui dengan suara – suara tangisan anak kecil dan wanita yang dibunuh itu, memintaku untuk menyiksanya.. menyiksanya..

"hahh! Hah! Hah! Hah!" aku terus menusuk – nusuk badan busuknya, mencabik – cabiknya, sampai aku bisa mendengar suara organ dalamnya keluar dan jatuh dengan darah penuh di mukaku dan juga badanku. Dengan air mata yang terus mengalir, aku ingin menyiksanya, aku ingin dia merasakan rasa sakit wanita yang dia siksa, anak yang dia bunuh! apa ini keinginanku? Aku tidak bisa berpikir selain membiarkan tangan – tanganku ini bergerak dengan sendirinya.

"Taichi…"

"hah!?" aku mendengar suara Inaba, menggema terus di telingaku.

"hah.. hahhh? Hahhh… hah…?" apa tujuanku datang kesini? Aku menelusuri pikiranku, tujuanku? Tujuanku… Inaba..

"hah.. Inaba.." bayanganku sudah mulai sadar, aku mulai ingat semuanya.

"darah.. HAH!?" aku meraba wajahku, semuanya berlumuran darah, apa aku membunuhnya! Tidak.. tidak! Aku tidak membunuhnya! Suara! Aku mendengar suara! Suara untuk menyiksanya, suara untuk membalas dendam! Aku mulai meremas kepalaku, aku sudah tidak bisa berpikir lurus! Kumohon! Tetaplah sadar Taichi! Pembunuhan seperti ini! Tidak perlu membuatmu ketakutan! Aku melihat ke bawah, aku sedang duduk di atas perut pria tersebut, menginjak organ usus besarnya, aliran darahku mulai tidak teratur lagi, aku.. aku..

"HOEKK! OEKKK!" Aku memuntahkan semuanya! Aku menjauh dari sana! Kembali melihat ke mayat wanita dan anak itu.

"maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkan kalian meskipun sudah sejauh ini" aku berjalan menjauhi ruangan tersebut.

"arigatou…" hah! Apa!? Aku seperti mendengar sesuatu.

"arigatou, yah?" aku kembali menangis, benar – benar.. aku terlalu baik, untuk menangisi orang yang baru saja kukenal, aku terjatuh duduk, aku terus menangis dengan keras.

"HAAHH… AKHHH.. AHHH.. HAAKHAAAA!"


"uhhhh…" aku membuka kelopak mataku, sepertinya aku hampir tertidur.

"Inaba.." dia masih tertidur, wajahnya penuh dengan keringat dingin, sepertinya perban segini tidak cukup untuk menutup lukanya, cepatlah Taichi.

Kreeet

"siapa!?"

"Onee..?"

"Anzu! Kau tidak apa – apa!?"

"hemm.. aku tidak apa – apa, tumben sekali Onee mengkhawatirkanku, padahal akhir – akhir ini kau tidak pernah mempedulikanku.."

"itu.."

"aku tau.. Onee sama sekali tidak mengkhawatirkan kami, apalagi mempedulikan kami. Keberadaan Onee di keluarga ini sudah tidak dianggap ada lagi, aku lebih berharap kalau Onee menghilang saja, aku ingin tau kapan aku bisa melakukannya? Apa sekarang aku bisa melakukannya Onee…? Chann..?" dia mengeluarkan sesuatu, aku langsung menghindar ke kanan, dan menyeimbangi keseimbanganku, yang dia keluarkan.. gergaji!?

"aku ingin menyiksa Onee lebih dalam lagi.." Anzu..? dia bukan adik yang selama ini kukenal, Anzu lebih cerewet dan lebih peduli, tapi kali ini dia seperti mengeluarkan semua isi perasaannya padaku. Ahh.. dia sudah tidak peduli lagi, dia ingin keberadaanku menghilang dari dunia ini.

"MATI!" aku…!

"jika terjadi sesuatu, tolong kau berusaha semampumu, kau ingin melindungi apa yang kau sayangi kan?" aku ingat.. melindungi semampuku, asalkan dia bukan pria, aku akan berusaha! Akhirnya aku menendangnya sampai dia terlempar ke dinding.

"akhhh!" maafkan aku Anzu, hanya ini cara menenangkanmu, sepertinya dia pingsan.. aku mendekatinya dan mengambil gergaji yang dia pakai. Belum kuambil gergaji tersebut, mata Anzu terbuka kembali, dan dia langsung mencoba menebasku kembali, aku berhasil menghindar? Sepertinya aku sedang beruntung..

"Onee.."

"Anzu, tolong dengar aku! Sekarang bukan saatnya melakukan hal brutal seperti ini, tolong hentikan!"

"berisik! Aku sudah menahannya selama ini! Selama hukum dunia masih berlaku, aku selalu menahan perasaan ini! Perasaan untuk membunuhmu selalu ada di disini! Tapi setelah membaca pesan ini, aku masih tidak percaya dengan maksud kebebasan dalam menghancurkan manusia, tapi setelah para polisi tersebut berubah menjadi monster, aku semakin yakin kalau hukum dunia ini sudah mati, aku bebas dalam melakukan sesuatu, dan pesan yang terakhir adalah permintaan apapun akan dikabulkan! Aku semakin senang dan senang! Jika aku berhasil dalam game ini, aku akan-"

"jangan percaya, itu hanya bualan, ini bukan game, kita masih hidup di dunia ini!"

"jangan menyuruhku, apa kau masih berlagak kalau kau ini merupakan kakak paling baik, jangan membuatku tertawa!" kumohon, ada apa denganmu? Semuanya menjadi aneh ketika membaca pesan dari Heartseed, apa yang tidak terlibat dengan Heartseed terlalu membawa hal ini terlalu serius!? Kita disini hanya-!

"kita disini hanya bertahan hidup, tidak ada yang harus kita bunuh!"

"apa katamu! apa kau tidak membaca pesannya, kalau kau harus menghancurkan semua yang di depanmu dan binasakan semuanya, berarti.. hanya seseorang yang bisa memenangkan game kematian ini!" itu benar.. tapi saat ini aku masih belum tau apa tujuan Heartseed sebenarnya mengadakan fenomena ini, aku tidak akan tau alasannya sampai Inaba sadar dan dapat mengungkapkan semuanya.

"Kiriyama Yui!"

"Anzu…"

"MATI!" aku tidak akan bisa menghindar dari gergaji panjang itu! berakhirlah sudah!

"hah?" berhenti? Ada apa? HAH!?

"dasar anak tidak berguna.."

"mama….." dia menusuknya, tanpa ragu.. mama..

"Mama? HAH!?" aku langsung berguling menghindari sesuatu yang dihempasnya, kali ini pisau, jadi Anzu sudah..

"Mama! Kenapa kau melakukan ini!? Anzu… dia….!"

"aku sudah tidak peduli lagi dengan hal itu, aku ingin kau segera pergi dari dunia ini!" kembali menghindar dari sabitannya, aku harus berpikir! Dunia ini.. sudah berubah, mereka yang tidak tau apa – apa tentang fenomenanya, terus melakukan kejahatan, aku bisa mengerti, jika aku tidak mengenal Heartseed, maka aku akan menjadi sepertinya, membunuh semua pria di dunia ini, menguasai dunia dengan kepalan tanganku, aku juga ingin seperti itu! tapi kali ini berbeda, ada yang harus aku lindungi! Aku tidak akan menjadi seperti mereka!

"di saat seperti ini… pedang Inaba sangat berguna" untuk pertama kali aku berterima kasih kepada Taichi, atas perkataannya. aku langsung mengambil pedang Inaba yang tergeletak.

"hah? kau ingin mengancamku? apa aku harus takut denganmu? kau yang akan ketakutan denganku! apa kau tega membunuh ibumu sendiri!?" tolong jangan katakan itu! aku juga tidak ingin! aku hanya ingin mengancamnya, agar dia pergi dari hadapanku, tapi hal itu tidak mungkin berhasil, apa yang harus kulakukan!?

"aku... aku... sangat... sangat... mencintai kalian, sejak kematian ayah, mama yang selalu mencari nafkah untuk kita, tapi aku sebagai anak tidak bisa membalas budi apapun padamu sampai hari ini, sebelum ini berakhir, kumohon berubah pikiranlah! ini masih belum terlambat! aku akan memohon maaf padamu sebanyak yang mama inginkan! aku rela bersujud padamu! jadi tolong! hentikan semua ini!" semua ini berasal dariku, sejak dulu aku sudah tau bahwa aku adalah anak yang tidak bisa diandalkan, tapi kau selalu memasang wajah tegar sampai perasaanmu kau luapkan pada hari ini.

"apa kau bodoh?"

"hah!?"

"itu semua aku lakukan, agar aku tidak masuk penjara" kenapa!? kenapa kau seperti ini!? hentikan semua ini! kembalikan kedamaian keluargaku!

"hentikanlah semua ini! MAMA!"

"jangan memanggilku seperti itu! membuatku muak saja!" sesaknya dadaku, apa ini rasanya jika berada di ambang pilihan, hidup atau mati? aku harus membungkam mama atau mati membiarkan mama menyiksaku sesuka hatinya, yang mana!?

"HAAHHHHH!"

DOORRR

suara tembakan..? Taichi!

"jangan bergerak! lepaskan semua yang di tubuhmu, terutama pisau itu!" Taichi.. terlihat pucat sekali.. apa yang sudah terjadi padanya? di tangannya.. banyak sekali obat - obatan, darimana dia mendapatkan semua itu?

"tenanglah anak muda, jangan mengancamku.. kemana sikap sopan santunmu kepada orang tua?"

"di dunia ini, aku tidak mau menaruh motto idealismeku! apanya yang Selfless Freak! banyak yang mati karenanya! aku tidak bangga dengan itu! aku tidak akan mempercayai diriku sendiri!"

"anak muda, kau tidak perlu menceritakan hal tersebut, tidak ada gunanya.. apa jangan - jangan kau sudah pernah membunuh? dan tidak kuat menerimanya? dasar bocah pengecut! kau pria kan!? jika kau pria, bunuhlah semuanya, genggam dunia ini dan kuasai! anak laki - laki sepertimu pasti punya keinginan nafsu yang tinggi, hah?"

"BERISIK!" Taichi? aku merasakan emosi Taichi sedang meluap, apa Taichi benar sudah..

"AKU TIDAK BERMINAT! AKU SEDIH KARENA SEMUA OMONG KOSONG DUNIA INI! KEMANA SEMUA RASA KEADILAN YANG KALIAN PUNYA!? DAN KAU...! JANGAN MENCAMPUR ADUKKAN ANTARA MASALAH KELUARGA DENGAN PERASAANMU, KAU SUDAH MEMBUNUH ANAKMU!"

"KAU...!" Taichi! jangan! kumohon! jangan todongkan pistol padanya!

"Taichi! Hentikan! kumohon! pasti Mama akan mengerti!"

"TIDAK..! AKU SUDAH MELIHATNYA...! HAL ITU SAMA SEPERTI INI! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA TERJADI UNTUK KEDUA KALINYA!"

"aku sudah tidak bisa mempercayai semua orang di dunia ini... dunia ini... dunia ini... DUNIA INI SUDAH GILA!"

"HENTIKAN!" aku membiarkannya... aku membiarkanya.. Mama..Mama..

"MAMA!"

"hah.. hah.. hah... aku... maafkan aku Kiriyama.. tapi ini salah satunya jalan" ini bukan tidak sengaja.. aku sudah membulatkan tekad, aku akan melakukan apa saja demi menolong teman berhargaku, walaupun aku harus menanggung kebencian ini.

"tidak.. kau sudah melakukan hal benar" Yui menutupi kedua mata ibunya, apakah Kiriyama baik - baik saja?

"jika kau tidak datang.. aku yang akan membunuhnya, atau dia yang akan membunuhku. Sejak tadi aku memikirkan kedua pilihan itu, tapi saat itulah kau datang"

"tidak~~..."

"hah?" Dia masih hidup. Kiriyama hanya diam menatapnya sedih, akan tetapi aku tidak melihat air mata jatuh, dia terlalu kuat untuk menahannya!

"i-i-n-i be-belu.. bera-hir.. Yu...i... k-au.. hhhh. mat..i lah.. be-rs-sama... Mama~.." dia berusaha mengangkat pisau menuju leher Kiriyama, tapi aku yakin dia tidak akan bisa membunuhnya dengan kondisi seperti itu.. Kiriyama... dia membiarkan dia menggores lehernya.

"Ma-mma.. ti-ti..dak.. m-au.. sen-di..ri.. hhhh" nafasnya sudah berhenti, Kiriyama...

"Kiriyama...?"

"...kkh…." ah sudah kuduga, tidak mungkin dia tidak menangis.

"Ma-ma.. Ma-ma... Maafkan ..hikk.. aku.. ma-ma.. ahh... hahhh..ah..ma-aaf…!" aku ingin mengelus rambutnya dan juga membiarkan dia memelukku dan menangis sepuasnya, tapi hal itu tidak mungkin.. aku akan membiarkannya dan mengobati Inaba saja.

"Inaba..?" dia masih tertidur, sepertinya obatnya berhasil menghentikan darahnya, aku akan memperbannya lagi.

"Taichi.. aku akan mengubur mereka berdua dulu"

"hem.. baik.."

"maafkan aku.." kalimat itu keluar dengan sendirinya, aku sudah mengulanginya lagi.. maafkan aku.. maafkan aku..

"tidak apa - apa.."


Setelah mengubur mereka, aku berdoa atas kepergian mereka berdua. Kali ini aku menangis dengan pelan.

"jadinya aku sendirian yah? seharusnya aku membiarkan kalian membunuhku yah? sejak dulu aku ingin sekali mati.. tapi kenapa kalian yang harus duluan? itu tidak adil.. harusnya aku bukan kalian, maafkan aku.. Mama.. Papa... Anzu... maafkan aku...!"


"Kiriyama..."

"ahhh.. hhhh..."

"Inaba...!?" akhirnya dia membuka matanya! terima kasih tuhan! sudah melindungi Inaba!

"Taichi...?"

"iya.. ini aku.." aku membangunkannya perlahan - lahan, lukanya tidak terlalu parah jika sudah diberi obat, darahnya juga sudah berhenti, diistirahatkan beberapa hari Inaba pasti akan sembuh.

"ah.. sudah berapa lama aku tertidur?"

"sudah sehari penuh, aku sampai khawatir.."

"souka..."

"Maafkan aku... maafkan aku... maafkan aku... maafkan aku..."

"Taichi...?"

"aku sudah hampir membuatmu mati! aku minta maaf..! tapi aku merasa kalau maaf saja tidak akan cukup untukmu, kau boleh memukulku, menginjakku! bahkan kau boleh membunuhku!"

"apa kalimat bunuh itu sudah menempel di memorimu?"

"hah?"

"ah tidak... aku sudah memaafkanmu, aku sudah berjanji akan memaafkanmu kalau kau berhasil membiarkanku hidup.. kukira aku akan mati disana" aku menangis.. kenapa kau selalu berbicara sok tegar tetapi hatimu itu sangatlah berlawanan, jika sakit katakanlah!

"ada apa dengan tanganmu Taichi? Kau terluka parah! Seseorang ada yang menyerangmu?"

"tidak usah khawatir, hanya luka tusuk saja.."

"Taichi.. apa selama aku tidur terjadi sesuatu?"

"hemm.. banyak sekali.."

"beritahu aku, apa yang sudah kalian alami?" apa aku harus membicarakannya? jika kukatakan.. Inaba akan membenciku! tapi... tangisan anak kecil itu.. ringisan kesakitan wanita itu.. serta suara pisau yang menusuk - nusuk daging, aku masih bisa mendengarnya! bahkan masih terdengar jelas, apa aku ini sudah gila?

"aku mengalami hal yang sangat menakutkan, bahkan aku masih bisa mengingatnya sampai saat ini, aku hanya ingin menolongnya! Aku..! aku…!"

"tenang Taichi.. kau ingin menolong siapa?"

"tanganku ini sudah membunuh orang! Dan dengan tidak sadar aku menghancurkan seluruh badannya, mengeluarkan semua isinya! Aku seperti dirasuki sesuatu, aku ingin membunuhnya! Aku ingin dia merasakan sakitnya juga! Aku juga dapat melihat mayat yang ingin kutolong menatapku dalam, memintaku untuk membalaskan rasa sakitnya! Aku juga tidak tahan melihat wanita itu dibunuh dengan cara seperti itu, aku melihatnya! Aku menangis kencang! Aku sama sekali tidak sadar! Hey Inaba! Apa aku ini sudah gila!? Kau pasti membenciku sekarang kan!?" Inaba memeluknya dengan erat, mengelus rambutnya dan juga mencium keningnya, betapa hangatnya.. apa dia mendengarnya!? Siapa saja akan ketakutan mendengarnya!
"kenapa kau Inaba…? Aku sudah membunuh! Tidak perlu mengasihaniku…"

"kenapa…!? aku juga sudah membunuh ibunya Kiriyama..! tapi kenapa Kiriyama juga tidak mempermasalahkannya!? Dia menangis! Dia memeluk ibunya dan juga adiknya! Tapi kenapa dia tidak menyalahkanku! Kalian semua aneh…. Aneh…" Inaba terus saja mengelus rambutnya, tatapannya lembut akan tetapi dia juga menunjukkan muka sedihnya.

"aku juga sudah pernah membunuh.. bahkan membunuh dengan menyangkutkan oleh peraturan game ini, lalu siapa yang lebih menakutkan?"

"aku bahkan tidak menyesalinya, dia sudah hampir membunuh Yui, sudah sepantasnya dia mendapatkan hal itu.. itu.. yang kupikirkan.."

"hey Taichi? Kau bilang, kau sudah membunuh, tapi apa itu didorong nafsu? Atau kau ingin menolong seseorang? Haha.. tidak perlu bertanya.. kau ingin menolong kan?"

"tapi aku terlambat… mereka berdua sudah mati, bahkan di detik – detik kematian mereka, aku hanya melihatnya dan tidak bisa melakukan apa – apa.."

"aku melupakan tujuanku sebenarnya.. aku menghabisinya layaknya aku tidak punya rasa kemanusiaan di dalam diriku.."

"tapi kau ingin menolongnya kan?" aku mengangguk lalu Inaba tertawa.

"kau baik sekali Taichi.. terlalu baik.. kau menangis dengan kepergian seseorang yang baru saja kau kenal.. dasar Selfless Freak.."

"aku sangat membenci panggilan itu.. apanya yang Selfless Freak.. aku tidak ingin nama itu, aku juga benci dengan pendirianku ini..! tapi aku tidak bisa melawannya.."

"kalau kau melakukan untuk kebaikan.. apapun yang dibalaskan adalah kebaikan, aku yakin orang yang kau tidak sempat tertolong akan berterima kasih atas kebaikanmu karena sudah menolong mereka walaupun tidak secara langsung, ya kan?" berterima kasih? Tidak mungkin.. mereka pasti menyalahkan diriku karena tidak bisa menolong mereka.

"arigatou…" aku mendengarnya.. mereka mengatakan terima kasih padaku, saat itu aku masih menganggapnya sebagai ilusi saja, tapi entah kapan waktu itu aku langsung menangis keras, pasti ada sesuatu yang menyangkut di hatiku.. rasa kesal karena tidak sempat menyelamatkannya.

"aku ingat.. anak kecil itu berkata "arigatou", apa aku hanya berilusi Inaba?"

"tidak… mungkin.. itu cara mereka membalaskan kebaikanmu, untuk tidak terus jatuh tersungkur atas kebersalahanmu"

"tapi aku membunuh ibunya Kiriyama, saat itu aku masih dirundung kesedihan dan juga kekecewaan sampai aku tidak sadar, aku meluapkan rasa sakit di hatiku ini, aku.. kejam kan?"

"tidak juga.. kau melakukan hal yang benar, kalau kau salah.. pasti sekarang Yui tidak mau bertemu denganmu lagi, bahkan membencimu, tanyalah dan minta maaflah"

"Inaba…" aku menangis.. aku menangis di dekapannya, kenapa dunia harus seperti ini? Aku harus menanggung semua beban di hatiku ini, untuk bertahan hidup di dunia ini, walaupun harus menyimpan kebencian seseorang, aku ingin terus hidup.

"Taichi.. dimana Yui?"

"dia masih di luar, berdoa untuk ibu dan adiknya.. kenapa semua orang berubah Inaba? Mereka semua tidak punya rasa kasihan! Seenaknya membunuh!"

"dunia ini sudah merubah semuanya.. yang tidak bisa mempertahankan emosi untuk membunuh akan lebih cepat gila dengan orang yang tidak.. pesan berkalimat kebebasan untuk menghancurkan itulah yang membuat mereka semua yakin dengan bebas untuk membunuh, mereka juga menginginkan permintaan mereka dikabulkan walaupun aku masih tidak yakin dengan janjinya itu"

"aku yakin.. setelah ini.. akan lebih banyak kematian Taichi, apakah kau sanggup mempertahankan idealismu itu? untuk terus menyelamatkan seseorang.. itulah yang membuatmu terus bertahan di dunia ini.. walaupun kau hampir saja ditelan kegelapan, dengan menganggapnya game"

"maafkan aku.."

"ngomong – ngomong, dimana Hpku? Aku ingin melihat masa depan yang sudah tertulis.."

"ah ini.. ngomong – ngomong, kau terlalu tergantung dengan catatan takdir itu, apa itu tidak beresiko?"

"aku ingin kita terus hidup, dengan ini.. kita bisa mengurangi peluang kita mati"

"tapi catatan takdir itu.. tidak akan bocor ke orang lain kan? mungkin.. ada orang yang memakai catatan itu dan tau dimana lokasi kita, bukankah itu buruk?"

"contohnya…?"

"begini, misalkan jam 21.00 Inaba tidur bersama dengan Taichi dan Yui, di satu ruang bersama, dan pesan itu secara langsung akan terhubung dengan Hp lain, misal 21.05, berhasil masuk ke dalam rumah blok ini, dan melihat tiga orang tidur terlelap nyenyak. Apa hal itu yakin akan terjadi? jika ya.. bisa gawat kan, kalau orang yang membacanya, mempunyai keinginan yang jahat"

"baru kali ini aku mendengarnya, iya logikamu itu ada benarnya juga.. tapi kita harus berpikir positif untuk tidak menakuti catatan ini"

"aku sangat mempercayakan ini padamu, aku akan terus mengikutimu Inaba"

"Taichi.." Malam itu.. kami tidak percaya bahwa kami dapat berhasil bertahan dari rintangan – rintangan yang hampir membunuh kami.. walaupun dilanda kesedihan, kebencian dan juga kekecewaan, kami percaya bahwa kami bisa dapat melanjutkan hidup di dunia yang tidak terkendali ini lagi, kita memutuskan untuk bergerak dari rumah ke rumah demi persediaan bahan makanan dan obat – obatan, kami akan memulainya ketika Inaba sudah merasa baikan dan dapat berjalan lagi.


"hah.. kenapa langit dan bintang - bintang bersinar terang di dunia yang sudah hancur porak – poranda ini? Semua sudah hilang kesadarannya masing – masing, bagaimana keadaan semuanya yah? ah.. aku aneh.. aku sudah tidak ada ikatan dengan semuanya.. aku sudah mengkhianati mereka, kenapa aku tiba – tiba memikirkan mereka? Apa karena aku ingin bertemu mereka lagi" tanpa sadar air mata jatuh dari pelipis mataku, ah? Kenapa denganku? Aku tidak ingin menangis, sudah cukup aku menangis.. tapi aku menangis untuk apa? Untuk siapa?

"aneh.. tiba – tiba aku teringat dengannya.." aku.. takut dengan pria, tapi kenapa aku memikirkannya? Aku sudah memutuskan untuk menghilangkan semua kenangan bersamanya, tapi kenapa aku sangat khawatir?

"Aoki….."


"hah hah hah hah hah… akhhh!" orang itu terjatuh, nafasnya terengah – engah, merasa ketakutan untuk berdiri. Monster – monster itu mengejarnya, dia berusaha berdiri dan berlari melewati gang kecil yang cukup untuk ukuran badannya yang besar, untuk bersembunyi dari mereka.

"sial! mereka tidak menyerah juga!" monster itu berhamburan berusaha memasuki gang sempit itu dengan mengulurkan tangan mereka.

"apa yang harus aku lakukan!? aku harus cepat! Dia membutuhkanku! Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan kalian! Pergilah!" ini peluru terakhirnya, tidak sengaja menekan pelatuk dan membuat salah satu dari mereka terlempar.

"aku akan mencari jalan lain saja" dia menyusuri gang tersebut dan berakhir di blok yang berbeda, dan makin jauh saja dari tujuannya.

"sial!"

"cepat.. aku harus segera menolongnya! Aku percaya benda ini akan menunjukkanku jalan.." langit tiba – tiba mendung, awan – awan menutupi bulan yang bersinar terang. Dia terus berjalan.. berjalan dengan kaki yang sudah terluka parah itu, dengan jalan yang terpincang itu dia berusaha untuk sampai kesana.

"Tunggu aku….."

"Yui….."

NEXT

" LOST, LOST SOMETHING AGAIN "

Preview

"Taichi, Inaba awas!"

"aku ingin bertemu mereka secepat mungkin"

"aku juga tidak ingin seperti ini, apa salahku?"

"Oni-chan.. aishiteru yo.."

"HAAAHHHHHH!"

"aku juga mencintaimu"

"apa rahasiamu?"

"aku ingin kau menghilangkanku secepat mungkin"

"tidak mungkin aku rela melakukannya! tanganku sudah banyak melakukan pembunuhan! Tidak mungkin aku bisa melakukannya, apalagi kalau itu kau!?"

"Yui.. kau masih mencintaiku kan?"

"hemm..aku masih mencintaimu"

"dunia ini.. harus dimusnahkan..!"