Believe In Me

By

Hikaru Fujiwara

Disclaimer:

Dari jadul, sekarang, dan sampai kapan pun…Naruto hanya milik Om Masashi

Summary:

penyesalan seorang Uchiha Sasuke atas perbuatannya terhadap seorang gadis bernama Haruno Sakura dimasa lalu. Apa yang dilakukaknnya demi mendapatkan cinta Sakura kembali? "Kau ingin bertemu dengan putrimu, teme?" "Hn…ingin sekali…"

Chapter 01

"Sasuke-kun…," seorang gadis dengan switter berwarna merah marun menundukkan kepala. Berusaha tidak menampakkan raut wajahnya yang pucat dihadapan kekasihnya.

"Cepatlah bicara, Sakura! Aku sibuk," laki-laki dengan kemeja biru langit itu berkata dengan sedikit emosi.

"Aku..." Haruno Sakura –gadis tadi- memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya kembali. "Aku...aku hamil".

Sasuke membalikkan tubuhnya, "itu saja yang ingin kau sampaikan padaku?"

Gadis bermata emerald memandang lirih lelaki yang kini membelakanginya, "Sasuke-kun...kau masih ingat janjimu, kan? Kau akan bertanggung jawab atas...-"

"Gugurkan janinmu!"

Deg...

Mata hijau bening itu melebar. Air mata jatuh seketika dari pelupuk mata indahnya.

Sakura seolah tidak bisa menerima jawaban dari sang Uchiha yang begitu mengiris hatinya sebagai seorang wanita. Tidak percaya dengan kenyataan seseorang yang sangat amat ia cintai begitu tega mengeluarkan kalimat seperti itu.

"Aku tidak percaya kau dapat berkata seperti itu...," isak tangis Sakura memenuhi balkon gedung Konoha Gakuen. Tempat yang menjadi saksi atas semua cerita cintanya bersama Sasuke. Tempat dimana sang Uchiha bungsu mengatakan kata cinta pertamanya kepada Sakura.

Sasuke diam. Pandangannya lurus menghadap panorama senja kota Tokyo.

"Uchiha Sasuke yang kukenal tidak seperti ini..."

"..."

"Sasuke-kun yang kucintai tidak akan mengingkari janjinya...-"

"Aku bukan Sasuke yang kau kenal dulu".

Sakura mulai mengelus dadanya. Wajahnya kembali tertunduk.

Untuk pertama kalinya ia merasa kekecewaan yang sangat amat dalam dihidupnya.

"Maaf. Aku harus kembali". Lelaki pemilik mata onyx itu melangkah menjauh. Meninggalkan sosok Sakura yang masih terisak.

Gadis dengan rambut pink terduduk lemas sambil memegangi perutnya yang berisi sebuah kehidupan.

"Kau akan tetap hidup..."

~OoO~

5 tahun kemudian...

"Ibu...!"

Seorang gadis kecil berambut biru gelap dengan pakaian ala Taman Kanak-kanak berlari menuju seorang wanita yang dipanggilnya 'ibu'.

"Yuuki...," sang ibu langsung mendekap putrinya itu, "bagaimana hari pertamamu di Sekolah, sayang?" kali ini ia mengelus kepala Yuuki.

"Tadi sangat menyenangkan. Apalagi sekarang aku punya banyak teman," jawabnya polos.

Si ibu muda tersenyum, "benarkah? Hmm, itu bagus".

"Sakura...!" tampak dari kejauhan sesosok wanita pirang melambai-lambaikan tangannya.

"Ino?"

"Bibi Ino!"

Wanita yang telah diketahui bernama Ino itu mendekat, "hai, cantik! Apa kabar?"

"Aku baik-baik saja, Bibi, " Yuuki tersenyum.

"Sedang apa kau disini, Ino?" tanya Sakura seraya menggapai tangan mungil Yuuki.

"Aku selalu melewati jalan ini setiap kali pulang berbelanja dari Minimarket. Oh, iya..." Ino memasukkan tangan kedalam plastik belanjaannya. "Aku mempunyai hadiah khusus untuk anak manis seperti Yuuki".

"Hadiah untukku?"

"Ini!" Ino memberikan satu kotak kecil susu arbei kepada Yuuki.

"Terima kasih, Bibi Ino," gadis kecil dengan mata onyx itu meraih hadiah pemberian sahabat ibunya. "Bibi mau tidak main sebentar ke rumahku? Kemarin ibu barusaja membuat kue lho!"

"Oh, ya? Tapi, apa ibumu tidak keberatan?" Ino tersenyum sambil melirik Sakura.

"Ummm, tidak apa-apa kan, Bu?" Yuuki menatap penuh harapan kepada ibunya.

Sakura mengangguk, "tentu saja, sayang".

~OoO~

"Srruuuuuppp...kau tidak berpikir untuk mencari seorang ayah untuk Yuuki?" ujar Ino setelah menikmati seteguk teh hangat yang dihidangkan Sakura. Sekarang mereka hanya berdua karena Yuuki sedang berganti pakaian didalam kamarnya.

"Entahlah. Aku sama sekali tidak memikirkannya, Ino," jawab Sakura seraya menuangkan sedikit teh dicangkirnya.

"Huh...aku tahu bagaimana perasaanmu...," Ino kembali meneguk teh-nya, "memang sudah selayaknya kau membenci si Uchiha itu. Tapi, tidak semua laki-laki bersifat buruk sepertinya, bukan?"

"Aku tahu".

"Lalu? Mau sampai kapan kau hidup sebagai orang tua tunggal seperti ini?"

"Aku...-"

"Sakura, kurasa sudah saatnya kau menemukan seorang pria yang mencintaimu...dan tentunya juga menerima Yuuki". Ino berhenti sejenak untuk menikmati tehnya lagi, "kau tidak kasihan dengan anakmu, hm? Dia terus menanyakan sosok ayahnya, Sakura". Ino memandang Sakura prihatin.

Sakura terdiam. Walaupun sebenarnya ia sudah terlalu lelah mendengar perkataan Ino barusan. Semua kalimat yang terlontar dari mulut si gadis pirang hanya akan menjadi omong kosong yang tidak berguna untuk Sakura. Baginya, hidup memang harus disertai dengan sebuah pilihan. Dan –menurutnya- menjadi seorang 'single parent' adalah pilihan yang sangat amat tepat. Terlebih ia telah memikirkan secara matang dan tentunya siap menerima segala resiko yang kelak akan dihadapinya. Ino mungkin adalah sebagian kecil dari semua orang-orang terdekatnya yang selalu memberi saran akan kelangsungan hidup yang lebih baik untuk Sakura, yakni mempunyai seorang suami. Lalu? Apa kira-kira tanggapan dari wanita pinky itu? Yah, seperti yang kita semua tahu, bukan seorang Haruno Sakura namanya kalau tidak mengidap penyakit 'keras kepala'.

"Kenapa diam? Kau kesulitan mencari calon suami yah, Sakura?"

"Maafkan aku, Ino. Aku akan tetap memilih jalanku sendiri...," Sakura tersenyum.

Ino memutar bola matanya, "hhhh, untuk yang kesekian kalinya kau menolak saranku. Kau memang berkepala batu, Sakura".

~OoO~

Tok tok tok!

"Masuklah!"

Kleck!

Seorang lelaki berpakaian yang begitu rapi dengan sebuah kacamata melekat diwajahnya itu masuk kedalam sebuah ruangan dimana ada seorang lagi didalamnya yang tengah duduk dengan santai menghadap jendela.

"Bagaimana, Kabuto?"

"Ya, Sasuke-sama. Saya telah melakukan semua yang anda perintahkan kemarin," jawab lelaki yang diketahui bernama Kabuto itu dengan sopan.

"Apa yang kau dapat?"

"Untuk hari ini, saya berhasil mendapatkan identitas seorang anak perempuan bernama Yuuki, " Kabuto mengeluarkan sebuah foto dari map yang sedari tadi ia pegang, "Yuuki merupakan anak semata wayang dari Sakura-san". Kemudian ia berikan lembaran foto itu kepada tuannya.

"Hn...Yuuki...," Sasuke menatap dalam sosok bocah kecil yang tengah tertawa lepas didalam foto tersebut.

"Kau sudah besar..."

~OoO~

At Yamanaka's Flowers House...

"Ini kembaliannya. Terima kasih sudah mampir, " Sakura tersenyum ramah sambil menundukkan sebagian tubuhnya sebagai ucapan terima kasih kepada pelanggan Yamanaka's Flowers House yang baru saja membayarkan sebucket bunga yang dibelinya. Yup, Sakura menerima tawaran Ino untuk bekerja ditempatnya, meskipun hanya menjadi seorang kasir namun baginya itu pun sudah cukup untuk menghidupi dirinya sendiri dan buah hatinya, Yuuki.

Hm, jika Sakura bekerja...bagaimana dengan Yuuki?

Gadis kecil tersebut sengaja dititipkan dikediaman pasangan suami istri Naruto dan Hinata. Sang ibu muda tahu betul akan anak kesayangannya yang tidak pernah merasa kesepian jika bersama mereka berdua. Bukan hanya karena sikap Naruto yang gemar menghibur anak-anak, ataupun sikap Hinata yang begitu penyayang. Terlebih karena pasangan muda ini mempunyai seorang putra yang sangat akrab dengan Yuuki, bocah itu bernama Uzumaki Kei.

"Huh, hari yang melelahkan, " keluh Sakura seraya menyerka keringat dipelipisnya.

"Ya, tidak seperti biasanya, hari ini begitu banyak pelanggan yang datang. Huh~" kata Ino sambil merapikan rak-rak yang berisi ratusan tangkai bunga. "Kau akan pulang sekarang, Sakura?"

"Ehm," Sakura mengangguk, "sudah terlalu sore, Yuuki mungkin sudah menungguku".

"Baiklah, sampaikan salamku pada Yuuki yah!"

"Tentu, " kemudian Sakura melangkah menuju pintu keluar Yamanaka's Flowers House.

~OoO~

Wanita berumur dua puluh tiga tahun duduk disudut kasur. Mata emerald itu lurus menatap keluar jendela yang masih terbuka dikamarnya.

Apa kira-kira yang sedang ia pikirkan?

Klek!

"Ibu...," panggil seorang bocah perempuan diambang pintu dengan sebuah boneka beruang berwarna merah jambu didalam pelukannya.

"Yuuki..? Kenapa kau belum tidur, sayang?" tanya Sakura sambil meraih tubuh mungil buah hatinya kedalam pangkuannya.

"Aku belum ngantuk, Bu...," Yuuki menenggelamkan wajahnya didalam pelukan hangat sang ibu. "Nngg, Ibu...bolehkah aku bertanya sesuatu?"

Sakura tersenyum, "tentu".

Yuuki sedikit menarik nafas panjang sebelum ia bicara, "Ibu...apa aku...boleh tahu siapa sebenarnya ayahku?"

Hening sesaat.

Sosok wanita berambut soft pink itu terdiam, namun bukan berarti ia tidak menghiraukan pertanyaan dari putrinya barusan. Hanya saja, itu adalah sebuah pertanyaan yang sudah biasa didengarnya. Pertanyaan yang terlontar dari bibir seorang bocah berumur lima tahun yang terus mencari tahu siapa ayah kandungnya.

Dan yang selalu dijawab oleh si ibu hanyalah...

"Ayah sudah pergi…meninggalkan kita".

Sakura membelai halus helaian rambut berwarna hitam kebiru-biruan milik Yuuki.

Sementara ia terus menyembunyikan wajah didalam dekapan ibunya.

"Ibu..."

"Ya?"

"Sebenarnya...ayah orangnya seperti apa?" Yuuki mendongak, "apa dia tampan?" tanyanya lagi.

Sakura ingin mengatakan bahwa Sasuke memang tampan. Tapi, karena didalam hatinya masih menaruh beribu-ribu 'benci' kepada si Uchiha bungsu, ia merasa ingin sekali mengutarakan hal yang sebaliknya kepada Yuuki.

"Ayahmu itu sangat je-..."

"Oh, iya...aku ingat. Belum lama ini, bibi Ino pernah mengatakan...ayah adalah pria kaya raya yang sangat tampan".

'Ino! Awas kau!' ucap Sakura kesal dalam hati.

"Dan bibi Ino juga pernah bilang bahwa wajahku sangat mirip dengan ayah..."

Yeah, siapa pun yang pernah melihat paras nyaris sempurna bak Sasuke jika dibandingkan dengan wajah polos Yuuki pasti akan mengatakan bahwa mereka memang cukup mirip...err- ralat! maksudku...mereka berdua memang sangat mirip, bukan?

Bisa dilihat dari rambut keduanya. Berwarna hitam kebiru-biruan. Dan lihat mata mereka. Sama-sama mempunyai onyx yang bersinar.

Setidaknya dua kemiripan tersebut bisa menjadi bukti Sasuke memang ayah biologis-nya Yuuki. Ehm, walaupun Sakura tak pernah mengakui kebenaran itu dalam seumur hidupnya.

Sakura melirik jam dinding yang tengah menunjukan pukul sembilan malam, "Yuuki, sebaiknya kau tidur. Karena kau harus kembali sekolah besok, " perintah Sakura secara halus.

"Yaaa, aku akan kembali ke kamarku, " Yuuki turun dari pangkuan ibunya, "Ibu...bolehkan aku bertanya satu kali lagi?"

"Hm?"

"Aku ingin tahu...siapa nama ayah...?"

~OoO~

Keesokannya...

At Uchiha Corporation...

"Selamat pagi, Sasuke-sama. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda, sekarang".

"Hn".

"Baiklah, saya mengerti, " sekretaris itu segera melangkah keluar ruangan.

Tak lama, pintu kembali terbuka dengan menampilkan sesosok pria pirang dengan kemeja putih yang tertutup dengan jas hitam, tak lupa sebuah dasi berwarna oranye yang membuatnya makin terlihat rapi.

"Lama tak jumpa, teme, " sapa pria itu dengan senyumnya yang lebar.

"Hn".

"Wah wah wah...ternyata kau masih belum bisa berubah juga. Dari dulu hingga sekarang kau selalu hemat kata, teme".

"Dan kau masih berisik seperti biasa, dobe".

"Hah, kau ini..."

Uzumaki Naruto. Teman lama Sasuke yang dikenalnya sejak bersekolah di Konoha High School ini adalah seorang direktur dari Uzumaki Corporation yang merupakan sebuah perusahaan terbesar kedua setelah Uchiha Corporation. Dan seperti yang kita tahu sebelumnya, Naruto juga teman dekat Sakura.

"Umm, ngomong-ngomong...ada perlu apa kau menyuruhku kesini, teme?"

"Kau kenal dengan anak ini?" Sasuke memberikan selembaran foto seorang bocah perempuan yang didapatnya dari Kabuto kemarin.

"Nnggg, Yuuki-chan? Tentu saja aku kenal. Yuuki-chan adalah anak kesayangan Sakura. Dan dia selalu dititipkan di rumahku ketika Sakura bekerja, " komentar Naruto setelah menatap foto itu. "Kenapa foto Yuuki ada padamu, teme?"

"Hn, dobe...apa Sakura tidak pernah bercerita tentang siapa sebenarnya ayah Yuuki padamu?" Sasuke bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Naruto sebelumnya.

"Tidak pernah. Dia tidak pernah memberitahu apa pun padaku. Jika aku bertanya tentang ayah Yuuki, dia pasti menjawab 'kau sendiri pasti kenal dengan orang itu'...huh, sekarang Sakura lebih banyak menyimpan rahasianya sendiri..." jawab Naruto tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun kepada Sasuke yang faktanya adalah ayah kandung dari anak seseorang yang kini tengah ia bicarakan.

"Orang itu adalah aku..."

"Hahaha, mmm, hah? Kau...APA?"

Dengan susah payah Sasuke kembali bernostalagia, menceritakan semua kesalahan yang ia lakukan dimasa lampau kepada Sakura, gadis yang ia cintai. Mengutarakan segala isi hatinya yang hanya dipenuhi dengan rasa penyesalan. Memberitahu ambisinya yang ingin kembali pada Sakura. Membahagiakannya...

"Aku mengerti perasaanmu, teme. Tapi...aku tidak yakin Saku-..."

"Hn. Aku yakin dia sangat membenciku".

Naruto menatapnya prihatin. Ia merasa ingin sekali melakukan hal yang dapat membantu sahabatnya itu.

"Kau ingin bertemu dengan putrimu, teme?"

"Hn...ingin sekali..."

~OoO~

"...Kau beruntung karena Yuuki-chan bukan tipe anak yang merepotkan. Dan jangan lupa lakukan hal-hal yang seperti kusampaikan tadi! Kau mengerti, teme?" perintah Naruto dengan suara cemprengnya yang sangat khas dari telepon.

"Hn". Jawab Sasuke seadanya.

"Dan, mengenai Sakura...aku sudah memberitahunya bahwa Yuuki akan kujemput untuk hari ini".

"Hn".

"Arrrggghh! Jangan cuma 'hn hn hn' saja! Cepat lakukan tugasmu, teme!"

Sasuke mengakhiri sambungan telepon dari Naruto dan segera keluar dari mobil mewah miliknya dengan tangan yang disembunyikan dikedua sisi saku celana. Walaupun terlihat sangat santai, namun siapa pun tidak ada yang menduga sebenarnya pria berusia dua puluh empat tahun ini cukup merasa err- gugup, ehm meskipun nantinya ia hanya berhadapan dengan seorang bocah perempuan.

'Mana dia...?' Sasuke celingak-celinguk disekitarnya sambil sesekali melirik jam tangan. 'Apa mungkin dia sudah pulang...?' pikirnya lagi.

'Hn, anak itu sudah pulang...' Sasuke akhirnya pasrah dengan takdirnya hari ini yang tidak bisa mempertemukannya dengan Yuuki. Dan dia memutuskan untuk kembali bekerja. Tapi...

"Tttiiiiiiiiiitttt! Ttttiiiiiiiiiiitttt! Breeeemmmmmmmm!"

Sasuke merasa ada sesuatu yang menyuruhnya untuk tidak pergi. Entah apakah itu, dia sendiri tidak tahu.

Tiba-tiba mata onyxnya melebar sempurna ketika menangkap sebuah mobil melesat dengan kecepatan penuh dan seorang anak kecil yang menyeberang jalan sambil menyedot susu arbei. Wajah polosnya terlihat sangat santai tanpa tahu sebentar lagi mala petaka akan menjemputnya.

"Yuuki!" tanpa pikir panjang pria itu segera berlari.

"Bbbreeeeeeemmm!"

"Kyaaaaaaa!"

"Bbrrruuuukkkkkk!"

...

...

...

...

...

Onyx mungil mulai terbuka perlahan dan menghela nafas panjang saat menyadari dirinya masih hidup.

"Kau baik-baik saja?"

Yuuki menatap kagum sosok yang sedang memeluknya erat. Seseorang yang telah menyelamatkannya.

"Yak! Aku...baik-baik saja". Jawab Yuuki.

Sasuke tersenyum, "hn, syukurlah..."

~OoO~

"Yeah, aku ditraktir ice cream. Asik!" teriak Yuuki senang. "Hmmmm, enak sekali...", komentarnya setelah melahap satu sendok penuh ice cream strawberry dihadapannya.

Sementara Sasuke yang duduk berhadapan dengan Yuuki terus menatapnya dengan senyuman yang amat jarang ia tampakkan. Sasuke mungkin berharap untuk kali ini saja ia perlu menyembunyikan sosok seorang Uchiha yang biasanya terus menjaga kepercayaan sebagai manusia tanpa ekspresi.

"Kau suka?"

"Ehm, " Yuuki mengangguk.

'Sifatnya sangat ceria...persis seperti Sakura...' pikir Sasuke.

"Yuuki..."

"Ya?"

"Bagaimana keadaan ibumu?"

"Ibu? Ehmmm, dia baik-baik saja. Paman mengenal ibuku yah?"

"Tidak".

Yuuki meneruskan kembali acara makan ice cream-nya yang tertunda.

"Bagaimana dengan ayahmu?"

"Aku tidak mempunyai seorang ayah".

"Hn? Benarkah?" Sasuke mulai bersandiwara.

"Ya. Ibu bilang...ayah sudah meninggalkan aku dan ibu sejak aku masih kecil sekali, " jawab Yuuki dengan polosnya.

Sasuke merasa sangat tertusuk dengan ucapan yang terlontar dari bibir mungil Yuuki. "Dia...ayah yang jahat".

"Ssttt! Paman tidak boleh bilang seperti itu!" Yuuki menyuap satu sendok ice cream-nya lagi, "aku yakin ayah akan kembali menemuiku dan ibu...".

Sasuke membeku sesaat. Sungguh...itu adalah kalimat yang tidak pernah terpikir olehnya akan diucapkan oleh anak perempuan bernama Yuuki ini.

"Jika ayahmu kembali...apa yang kau inginkan darinya, Yuuki?"

Yuuki memasang tampang ala berpikir. "Uummm, ada tiga!"

"Apa saja?"

"Satu, aku ingin ayah tidak pergi lagi dan kami tetap bersama selama-lamanya". Yuuki mengangkat satu jari telunjuknya.

Sasuke tampak siap menerima jawaban dari Yuuki selanjutnya.

Anak itu kemudian menambahkan jari tengah, sehingga susunan jari yang diangkatnya kini berbentuk V, "dua, aku akan menyuruh ayah agar selalu mengantar dan menjemputku setiap hari ke Sekolah, karena aku ingin memperlihatkan kepada teman-teman bahwa aku masih mempunyai seorang ayah".

"Dan...?"

Satu jari lagi ditambahkannya, "dan yang terakhir..."

"..."

"...Aku menginginkan seorang adik".

Deg!

-tbc-

Salam 'Under the Same Sky' semuanya…^^Hika kembali eksis dengan satu fic baru nih, nyahahahahai~ *digampar*

Ide bikin nih fic pas Hika lagi nyuci piring loh. Hahahaha~ aneh! Tiba-tiba aja otak Hika langsung nongol ide-ide cemerlang yang datang entah darimana asal usulnya xp.

Ok deh, Hika boleh minta review-nya?

Hikaru Fujiwara desu