Save Our Souls

Fanfiksi Shikamaru-Temari oleh Green Mkys

Naruto © Kishimoto Masashi

WARNING: OOC, totally alternate universe, DON'T TRY ANYTHING IN THIS FIC AT ANYWHERE/ TO ANYONE, M rated for MATURE readers, DLDR

Just read...

Chapter 1

"Moegi, bantu ibu, nak."

Moegi sedang menekuri komputer di kamarnya ketika ibunya memanggil dari dapur, "Iya, sebentar lagi, bu." Moegi melanjutkan menulis alamat yang dihafalnya di luar kepala. Ia melihat judul-judul dan sinopsis cerita yang baru dipublikasikan sejak 21 jam terakhir.

"Wah, ada cerita suspense baru." Moegi membaca sinopsisnya yang bercerita tentang seorang otaku yang sebenarnya adalah psikopat pembunuh, "Sepertinya menarik."

"Moegii!" Ibunya berteriak sekali lagi.

"Iyaa, aku turun sekarang." Moegi menjawab dengan teriakan tak kalah kencang. Ia membuka laman cerita tersebut dan mem-bookmark-nya kemudian memutuskan sambungan internetnya.

"Ayah ke mana, bu?" tanya Moegi ketika ia sampai di dapur dan mendapati ibunya sedang memotong ikan yang masih mengeluarkan darah, "Iikh," Moegi mengernyitkan hidungnya.

"Tadi ada yang memanggilnya, sepertinya ada sesuatu di dekat perkebunan."

.

.

Akaboshi sadar ia hanya sendiri. Ia terus berlari meski terengah-engah. Kedua kakinya sangat sakit, belum lagi tangannya. Darah merembesi bajunya, perutnya sudah disayat.

Monster itu terus mengejarnya, membawa pisau besar berlumuran darah. Darahnya. Akaboshi terus berlari, berlari sampai tenaganya terkuras habis, ia melihat ke belakang, makhluk menyeramkan itu terus berjalan dengan langkah besarnya di kegelapan malam yang sangat sepi ini.

Ke mana orang-orang? Ia terus berlari meskipun darah terus merembesi bajunya, aku harus lari. Akaboshi membalikkan badannya ke depan dan berlari kembali sekuat tenaganya.

"Kau tidak akan bisa lari dariku." Makhluk besar buruk rupa itu menyergapnya dari depan.

Oh, tidak. Tidak. Makhluk itu membawa pisau bergerigi tajam.

"Waktumu sudah habis." Suara serak itulah yang terakhir didengar Akaboshi Daikoku.

.

"Waktumu sudah habis." Lalu ia menancapkan pisaunya tepat di atas jantung korban keduanya.

Mudah sekali membawa pria ini. Bodohnya, pria sebesar ini takut pada pisau bergerigi tajam.

Ia tahu mungkin waktunya masih ada untuk bermain-main dengan pria ini. Tidak, tidak, efek untuk semakin menyiksanya yang masih ada, tetapi waktunya sudah hampir habis. Sebentar lagi matahari terbit, ia harus tidur agar bisa melanjutkan kehidupan siangnya. Dan malam hari ia akan bisa membuang mayat ini. Membuat Konoha gempar. Polisi-polisi itu akan semakin sibuk. Dan mereka, orang-orang bodoh itu akan segera menyadarinya cepat atau lambat, lalu bersembunyi di balik tembok rumah mereka yang ridak berguna dan saling menyalahkan satu sama lain. Ia bergidik membayangkan betapa menyenangkannya hal ini.

Ceritanya pasti akan sempurna, tidak ada yang dapat melebihi pengalaman yang sesungguhnya. Akan semakin banyak pembacanya, reviewer-nya juga akan menjulang jumlahnya. Chapter 2: Akaboshi ini lebih sempurna dari pada Chapter 1: Zouri, lebih menegangkan dan lebih kejam. Pembaca akan merasakan originalitasnya.

Ia telah memilih korban yang tepat, mengambil contoh yang tepat, dan melakukan hal yang tepat. Ia menggunakan LSD karena PCP sulit didapat, selain itu ia ingin membuat kreasinya sendiri. Kreatifitas, siapa sangka ternyata LSD lebih baik, efek halusinasi bisa didapat dengan dosis yang lebih rendah dari pada PCP, daya kerjanya pun lebih lama, jadi ia bisa bermain lebih lama dengan proyek-proyeknya.

Yang lebih penting dan merupakan yang terpenting, dendamnya terbalaskan. Mereka sudah terlalu lama bebas sedangkan ia berkubang dalam dendam selama lima belas tahun. Bukan kebebasan yang akan diambilnya dari orang-orang itu, tapi ia akan memberikan rasa takut. Rasa takut yang akan terus dibawa. Yang membuat mereka bersembunyi di balik tembok kokoh rumah mereka. Tidak berguna.

Ia menyeringai membayangkan namanya akan disebut-sebut di dunia maya, penikmat fiksi akan memujinya. Oh, tidak hanya di dunia maya, televisi pasti akan memberitakan aksinya, polisi-polisi akan sibuk mencarinya.

.

.

"Temari, kau akan ke sini kan?"

"Iya, aku pasti datang. Kau tenang saja. Sekarang aku sibuk menyelesaikan berkas-berkasku sebelum aku pergi besok." Temari menjepit telepon di antara telinga dan bahunya sementara kedua tangannya memegang beberapa kertas.

"Kau yakin tidak mau aku atau Gaara menjemputmu? Kau sampai Konoha malam kan?" Kankurou berusaha membujuk kakaknya di seberang telepon sana.

"Tidak. Aku sudah ingat jalan-jalan di Konoha."

"Bukan itu.." –kertas yang dipegang Temari jatuh.

"Sudah dulu ya, nanti kutelepon lagi. Salam untuk Gaara dan Ayame." Temari langsung menutup sambungan tanpa menunggu jawaban Kankurou.

Asisten jaksa wilayah, Temari Sabaku tahu adik-adiknya khawatir tapi ia juga tahu bahwa adik-adiknya itu sedang sibuk. Gaara baru saja mendapat proyek untuk mendesain sebuah gedung di Konoha, dan Kankurou sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Ayame.

Pernikahan ini adalah salah satu dari beberapa hal yang membuatnya sangat gembira. Yang pertama tentu saja ketika melihat adik-adik yang dititipkan mendiang kedua orang tuanya sukses. Walaupun hatinya berdesir ketika pertama kali mendengar berita ini, membuatnya mengingat cinta pertama yang dianggapnya sebagai belahan jiwanya, calon ayah bagi anak-anaknya kelak. Tapi tentu saja, bajingan itu tidak akan merusak kebahagiaan keluarga mereka.

.

"Pemirsa, sampai saat ini pihak berwajib masih mencari pelaku pembunuhan terhadap korban yang ditemukan di dekat ladang pertanian di Konoha's landing tiga hari yang lalu. Identitas korban pun belum diketahui, berikut kami tampilkan kembali koferensi pers beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh pihak Konoha Bureau of Investigation," –Shikamaru mematikan televisi yang sudah berulang kali menayangkan konferensi pers yang dilakukan bosnya itu.

Agen Khusus KBI, Shikamaru Nara mendatangi lokasi setelah mendapat telepon dari salah seorang sahabat lamanya yang tidak langsung menelepon polisi setempat. Ia menemukan mayat seorang lelaki muda yang dimutilasi. Tangan dan kaki disayat dengan sesuatu –yang seharusnya benda tajam tetapi sebenarnya tumpul, isi perut yang terburai, dan tikaman berkali-kali di jantung korban. Tim ME, Medical Examiner menemukan bahwa di dalam paru-paru korban terdapat zat halusinogen. Sepertinya pelaku cukup gila untuk membuat korbannya berhalusinasi dan tetap dapat merasakan kesakitan yang sangat. Cukup membuat Shikamaru dan beberapa rekannya hampir memuntahkan makan siang mereka.

Dan cukup untuk membuat Shikamaru sibuk selama hampir tiga hari ini. Saat ini ia ada di apartemennya, karena atasannya, Kepala Agen Khusus Asuma Sarutobi menyuruhnya pulang dan beristirahat.

Ia akan tidur sebentar kemudian mengunjungi rumah orang tuanya. Ibunya terlalu senggang untuk membiarkan Shikamaru tetap tenang dengan kesenderiannya. Akhir-akhir ini ibunya sering menyuruhnya makan malam denagn 'putri cantik teman ibu' hanya karena Shikamaru tidak pernah membawa seorang pun wanita ke rumah orang tuanya. Sebenarnya bukan tidak mau, tapi memang tidak ada. Tidak ada lagi semenjak gadis itu meninggalkannya. Dan malam ini Shikamaru sudah siap lagi untuk berkelit dari makan malam dengan putri cantik teman ibu-nya yang entah sudah keberapakalinya.

.

"Iya, Gaara, aku sudah di taksi. Setengah jam lagi aku sampai."

"Baiklah, hati-hati. Kami tidak tidur sampai kau datang. Ayame-san juga ada di sini." Ujar Gaara di seberang sambungan.

"Iya, iya, aku tahu." Temari mengedarkan pandangannya ke luar jendela taksi, memandangi jalanan yang sangat sepi, sedari tadi hanya satu, dua kendaraan yang melintas. Beberapa meter dari lampu jalan, persis di depan jalan kecil di antara dua bangunan, Temari melihat seseorang keluar dari sebuah mobil van sambil menyeret sesuatu, itu..

"Gaara, sudah dulu." –Temari menutup sambungan. "Berhenti!" Temari menyetop taksinya dan turun sebelum taksi benar-benar berhenti. Ia sudah melewati van yang berhenti itu.

Seperti menyadari kedatangannya, orang yang sedang menyeret sesuatu yang sepertinya manusia itu langsung berhenti dan masuk kembali ke dalam van-nya. Temari berlari dan berusaha mengejar mobil itu.

"Ada apa nona?" tanya supir taksi yang berhasil mengejar Temari dengan terengah.

"Telepon 911, cepat!" Temari kembali menghampiri orang yang ditinggalkan pengguna van hitam tadi.

"Ya, Tuhan, ini.." Temari bersumpah ia tidak pernah melihat sesuatu yang lebih buruk dari ini. Mayat laki-laki penuh sayat, tikaman, dan darah.

"Huek.. huek." Ia tidak dapat menahan isi perutnya yang baru diisi dengan makanan dari kereta tadi.

.

"Korban ditemukan oleh orang yang lewat." Polisi yang pertama tiba di tempat kejadian melaporkan kronologi ditemukannya mayat pria ini kepada Shikamaru. "Nona yang menemukannya masih ada di sini. Anda mau bicara dengannya, Nara-san?"

"Ya, tolong." Shikamaru sedang di perjalanan dari rumah orang tuanya ketika ia mendapat panggilan untuk datang ke TKP. Mayat laki-laki yang dimutilasi lagi. Sepertinya yang dibutuhkannya saat ini adalah permen mint untuk menghilangkan mualnya.

"Kau sudah lihat langsung, Shikamaru?" Shino Aburame mengagetkannya karena Shikamaru tidak merasakan Shino mendekat, walaupun Shikamaru tahu Shino pasti ada di sini, tim CSU –Crime Scene Unit pasti ada di sini.

"Ya. Apa yang sudah kau dapat Shino?"

"Bahwa korban adalah laki-laki pertengahan tiga puluhan yang jantungnya ditikam, dengan isi tubuh yang hampir ke luar semua dan wajah penuh lebam. Ada tembakan juga di kepalanya. Pembunuhan peniru menurutmu? Aku tidak percaya kebetulan."

"Aku juga tidak. Apa lagi?"

"Aku masih mencari serat-serat, residu, atau apa pun yang mungkin ditinggalkan oleh pelaku."

"Baik, terima kasih." Setelah itu Shino kembali ke pekerjaannya.

"Nara-san, nona ini yang menemukan mayat korban. Tadi kami sudah menanyakan beberapa hal padanya." Shikamaru berbalik dan mendapati seorang wanita berambut pirang dengan mata berwarna hijau sedang menatap ke arahnya. Wajahnya pucat, tetapi menampakkan ketegaran. Shikamaru tahu wanita ini pasti sudah melihat sesuatu yang tidak akan pernah bisa dilupakannya.

"Terima kasih, opsir." –Shikamaru beralih ke wanita pirang. "Saya Agen Khusus Shikamaru Nara, KBI, nona.."

"Sabaku, Temari Sabaku." Wanita itu berucap mantap meskipun suaranya pelan. Perasaan kagum merayap perlahan di hati Shikamaru.

"Sabaku-san, saya tahu anda pasti sudah ditanyakan beberapa hal ini. Tapi kami membutuhkan detail, dan mungkin anda dapat mengingat hal yang tadi belum anda ingat."

"Tidak apa. Saya mengerti."

"Sabaku-san, sedang apa anda ketika melihat mayat ini?"

"Aku sedang berada dalam taksi menuju rumah adikku." Sabaku kembali menceritakan apa-apa yang dilakukan dan dilihatnya.

"Apa kau melihat ciri-ciri pelaku? Sendiri atau ada orang lain?" Shikamaru berusaha tetap tenang mendengar penuturan Temari Sabaku yang bahunya hampir bergetar. Ia menahan tangannya sendiri untuk tidak merengkuh bahu wanita di depannya ketika ia menceritakan telah melihat mayat pria itu. Meskipun sudah dapat menduganya, mendengarnya langsung dari orangnya membuat Shikamaru bergidik. Tanpa disadari, ia bersyukur pelaku tidak menyerang Temari.

"Hanya satu orang, sepertinya laki-laki. Ia berhenti persis di depan gang ini, jadi aku tidak dapat melihat ciri-ciri khusunya. Ia menggunakan topi dan jaket. Tinggi rata-rata, tidak kurus tidak gemuk juga. Biasa saja, sulit membedakannya bila ia berbaur dengan pria lain. Maaf." Shikamaru dapat mendengar rasa penyesalan.

"Tidak apa. Anda sudah sangat membantu. Terima kasih."

"Sama-sama. Apakah saya sudah boleh pergi?" Kelelahan mendera.

"Apakah anda akan kembali ke Suna?" Shikamaru tahu efek adrenalin wanita ini sudah mereda.

"Apa? Tidak, tentu saja tidak. Saya akan berada di Konoha untuk beberapa hari ke depan."

"Baiklah. Ini kartu nama saya, kami mungkin akan menghubungi anda lagi nanti." Shikamaru menyodorkan kartu namanya dan diambil oleh Temari. "Apakah ada yang menjemput anda? Atau kami bisa mengantar anda?" Shikamaru berharap tidak ada laki-laki yang akan menjemputnya.

"Tidak usah, saya dijemput." Entah mengapa Shikamaru tidak merasa senang. "Ah, itu mereka, saya akan pergi sekarang." Temari Sabaku menunjuk mobil Mazda yang baru datang.

Shikamaru mengikuti Temari menuju mobil yang berhenti di dekat garis polisi. Seorang laki-laki berambut coklat ke luar dari bangku penumpang, diikuti laki-laki berambut merah yang ke luar dari kursi pengemudi. Ia merasa bodoh memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya.

Tentu saja, mereka Sabaku. Shikamaru mengenal Kankurou Sabaku, teman semasa kuliahnya dan adiknya, Gaara. Kini Shikamaru paham, Temari adalah kakak dari Kankurou dan Gaara. Temari datang untuk menghadiri pernikahan adiknya.

Temari memeluk kedua adiknya bergantian.

"Ukh, kau mabuk darat ya, kak?" Kankurou bergurau meskipun Shikamaru dapat melihat ketegangan di matanya.

"Ya, begitulah. Aku akan pinjam kamar mandi kalian sampai air panas kalian habis." Temari membalas gurauan Kankurou dengan gerutuan.

"Kak," Gaara tidak dapat menyembunyikan ketegangan baik pada wajah atau pun suaranya.

"Aku tahu, aku tahu. Aku tidak apa-apa." Shikamaru merasakan kehangatan melihat Temari yang berusaha tegar. "Ah, ini Agen Khusus Shikamaru Nara, yang menangani kasus ini." Seperti baru menyadari keberadaan Shikamaru ketiganya menoleh.

"Hai, apa kabar, Kankurou, Gaara?" Shikamaru menyalami keduanya. Kankurou maupun Gaara tidak tampak terlalu kaget.

"Kalian kenal?"

"Aku dan Shikamaru dulu sekelas." Pemahaman muncul di wajah Temari. "Sudah perkenalannya. Kau harus mandi Temari, kau bau sekali."

"Terima kasih sudah mengingatkan."

"Sekali lagi terima kasih atas kerja samanya, Sabaku-san. Saya harap anda tidak keberatan bila kami memanggil anda lagi." Temari hanya menganggukkan kepalanya sebelum masuk ke kursi penumpang diikuti kedua adiknya.

-TBC-

..and review then.