Premis

Disclaimer: EXO punya EXO-L, Sehun punya Luhan, Luhan punya Sehun dan cerita milik saya

Cast: Hunhan and others

Rate: T

Warning: Typos, YAOI aka Shounen Ai aka BL, NC

Jadi, buat yang gak suka YAOI. Tombol close ada dipojok kanan atas [X]

.

Sekumpulan drable Untuk kalian para Hunhan shippers dan untuk seorang Cakue di luar sana…

.

Story By: NaegaFanfan

.

.

Lihatlah betapa manisnya pemuda yang tengah sibuk mondar-mandir di sana. Dengan senyum ramah ia berjalan menuju meja-meja pelanggan sambil membawa catatan kecil dan pulpen di kedua tangannya. Tak lupa ia tersenyum manis pada setiap pelanggan yang disambanginya. Dengan fokus ia berusaha mendengar dan mencatat setiap yang pesanan yang dikatakan pelanggannya tanpa melepaskan senyumannya. Mengulang pesanan pelanggan dan membawanya ke ruang koki untuk membuat pesanan. Tak lama pemuda itu keluar lagi dan menghampiri meja yang berbeda. Dan terus melakukan hal seperti tadi lagi.

Rasanya Sehun tak pernah bosan mengamati pemuda manis dengan sweater rusa itu. Sehun hapal betul kegiatan Luhan. Semuanya terlihat sempurna. Pemandangan itu selalu sama setiap kali Sehun memasuki restoran kecil dengan konsep vintage itu. Sehun melangkah ke meja kecil di sudut restoran yang langsung menghadap jalanan. Tempat yang sama yang selalu Sehun tempati untuk kegiatan 'cuci matanya'.

Sehun duduk dan menaruh tas sekolahnya di bawah mejanya. Sehun mengusap dadanya, lalu menghembuskan nafasnya, lalu ia mengangkat tangan memanggil pelayan ber-sweater rusa. Dengan cekatan pelayan itu menghampiri Sehun. Sehun tercekat melihat senyum pemuda itu, senyum yang selalu manis dari seorang pelayan dengan papan nama bertuliskan Luhan.

"Anda mau pesan apa?" Tanya Luhan dengan tangan yang sudah siapmenuliskanpesanan Sehun.

"Orange Juice saja…"Jawab Sehun sambil membalas senyum Luhan.

Luhan menuliskan pesanan Sehun dengan cekatan. Senyumnya tak pernah lepas dari bibir indahnya. Sehun tak pernah melewatkan momen ini.

"Bagaimana dengan anda?" Tanya Luhan lagi pada seseorang yang datang bersama Sehun.

"Aku mau pesan Ice Esspresso…"Jawab Jongin.

Luhan mencatatkan pesanan Jongin, dan mengulang pesanan kedua bersahabat itu.

"Satu orange juice dan satu ice espresso.. ada lagi?"

Sehun menggeleng dan Luhan meninggalkan meja mereka dengan senyum yang menawan.

Entah sudah berapa kali Sehun melakukan hal semacam ini. Setiap pulang sekolah, bersama Jongin sahabatnya. Sehun selalu minta ditemani untuk sekedar minum di tempat ini. Sebagai bayarannya tentu saja Sehun harus mentraktir Jongin.

"Mau sampai kapan?" Tanya Jongin.

"Apa maksudmu?" Jawab Sehun bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Jongin.

"Mau sampai kapan kau hanya mengamatinya dengan cara seperti ini?"

Sehun tak menjawab. Sejujurnya Sehun juga sadar jika cara pendekatan seperti ini tak akan pernah berhasil. Tapi hanya dengan melihat Luhan setiap hari juga sudah cukup membuat Sehun bahagia.

"Memang kenapa? Kau bosan menemaniku ke sini?" Tanya Sehun merengut.

"Bukan begitu Albino.. hanya saja, aku merasa kalau kau sama sekali tidak membuat kemajuan. Aku prihatin." Jelas Jongin sambil memasang wajah prihatin.

"Ck.. nikmati saja minuman gratismu Kai."

Kai hanya menggaruk kepalanya. Tak lama pesanan yangditunggu akhirnya datang juga, mungkin bagi Sehun akhirnya Luhan datang juga.

"satu orange juice dan satu ice espresso, silakan dinikmati…" Ujar Luhan sambil menaruh pesanan di meja Sehun.

Sehun tersenyum pada Luhan dan Luhan segera kembali menaruh nampan dan kembali tenggelam dalam kesibukannya.

"Kau lihat? Hanya itu yang terjadi setiap kita kemari. Apa kau hanya ingin berakhir dengan status 'kau tahu dia dan dia tak tahu kau'?begitu eoh?" Tanya Jongin sambil mengaduk ice esspressonya.

"Tentu saja tidak. Aku akan berkenalan dengannya…" Jawab Sehun yang mulai menyeruput orange juicenya.

"Kapan? Hanya itu yang terus kau katakan setiap kita kemari."

"Aku hanya menunggu waktu yang tepat. Aku tak mau mengganggu kesibukannya." Jawab Sehun lagi.

Jongin menghela nafas. Sobatnya yang satu ini memang selau begitu. Jongin yakin betul jika Sehun pasti merasa sangat gugup mengajak Luhan berkenalan.

"sebenarnya apa yang kau suka darinya?" sidik Jongin penasaran.

Sehun mengkerutkan keningnya,

"Yang kusuka? Hmm… senyumnya?" jawab Sehun yang malah terdengar seperti tak yakin dengan jawabannya sendiri.

"Hanya itu?" tanya Jongin.

Sehun mengangguk sambil menyeruput sedikit demi sedikit orange juicenya.

Tiba-tiba terjadi keramaian di meja yang tak jauh dari tempat Sehun dan Jongin. Sekelompok pemuda dengan seragam yang sama dengan yang Sehun kenakan tengah tertawa terbahak-bahak. Hal itu tentu menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung restoran, tak terkecuali Sehun dan Jongin.

Jongin yang terkenal kepo tingkat tinggi beranjak dari kursi dan mengintip apa yang membuat anak-anak itu tertawa. Kai mebelalak begitu mendapati Luhan tengah berlutut di lantai dengan gelas-gelas yang tumpah membasahinya.

"Hun! Lihat itu!" pekik Jongin sambil menarik Sehun berdiri.

Sehun tak kalah kagetnya dengan Jongin. Dilihatnya Luhan tengah memunguti gelas-gelas yang berserakan di lantai dengan seluruh cairan itu membasahi pakaiannya. Sedangkan segerombolan anak yang ada dimeja dekatnya sedang tertawa puas. Tak lama, salah seorang dari mereka berdiri dan berlutut di samping Luhan. Sehun dan Jongin tahu, itu Kris. Si bedebah sekolah.

"Kau tak apa manis?" Tanya Kris sambil membantu Luhan berdiri.

"A-aku baik-baik saja. Maafkan kelalaian saya." Ujar Luhan yang terlihat malu.

"Tak apa… lain kali hati-hati oke?"

Luhan mengangguk kecil sebelum akhirnya ia membungkukan tubuhnya sedikit dan berbalik. Ketika Luhan berbalik, Kris memegang pantat Luhan dengan kencang, mungkin bisa dikatakan meremas. Dan sukses membuat tawa teman-temannya lepas. Luhan yang kaget dan kesal tak bisa meluapkan amarahnya. Ia hanya menguatkan pegangannya pada baki sambil menahan air mata. Ia dilecehkan.

Melihat itu Sehun marah bukan main. Tapi entah kenapa Sehun tak bisa melakukan apapun. Hatinya sakit melihat itu. Apalagi ketika melihat Luhan berlari sambil terisak kea rah dapur. Sehun hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil mengeraskan rahangnya. Tapi tetap, ia tak bisa melakukan apa-apa.

"Hun! Apa yang kau lakukan? Cepat hampiri Luhan! Ini adalah kesempatanmu."

Sehun menghempaskan tubuhnya ke kursi dan mengacak rambutnya kesal. Ia kesal pada dirinya yang tak bisa melakukan apa-apa.

"Kai, ayo kita pulang!" sahut Sehun sambil berdiri.

"Pulang? Lalu bagaimana dengan Luhan?" protes Kai yang tak didengar oleh Sehun.

Sehun bergegas membayar minumannya dan melangkah keluar diikuti Kai yang terus menuntut jawaban Sehun. Sehun berjalan keluar restoran, Sehun berhenti ketika melihat Luhan sedang duduk di bangku samping restoran sendirian sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Sehun yakin Luhan menangis. Sehun harus melakukan sesuatu, tapi Sehun tak bisa. Akhirnya Sehun hanya berlalu menuju rumahnya. Selama perjalanan ke rumah, Sehun terus mengutuk dirinya.

"Tuhan, bisakah kau jadikan aku lebih baik dari ini?"

.

.


A/N:

Heyooo bingung sama cerita ini? Kalian bakal ngerti kalo baca judulnya dan kelanjutannya entar. Sebenernya ini kaya drabble gitu, tapi gimana ya? Saya ge bingung hehe

Buat Cakue: nih sudah saya penuhin celengnya. Hoho xD

Btw, ada yg inget Damn!I Love That Alien kah? *Enggakk!* -,-

Itu ff pengen saya lanjut, tapi saya lagi dalam masa perang euy. Jadi belum bisa lanjutin hiks.. tapi kalao saya ada senggang pasti saya lanjut koo ^^

Thanks for reading

Review pliss?