Smile As White Paper © Soulless-Fariz

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Mystery, Tragedy, Romance

Rated : T+

Warning : AU, OOC, Typo(s), DLL. :P


"There is nothing new under the sun. It has all been done before."

A Study in Scarlet – Sherlock Holmes


Siang itu matahari cukup terik, seorang laki-laki berbaju putih dengan corak hitam berteduh di sebuah kursi kayu dibawah sebuah pohon yang besar dan rindang yang berada di sebuah taman kecil yang terletak di pinggir kota.

Ia terlihat sedang kelelahan. Keringat bertetesan dari pori-pori kulitnya yang berwarna tan itu. Sesekali dia mengecek handphone yang berada di saku kanan celana jeans berwarna biru terang yang ia kenakan, entah apa yang ia lihat di handphone-nya. Dalam keheningannya di taman itu, ia tertidur di kursi yang lumayan nyaman tersebut.

Tak beberapa lama, seorang gadis berambut sebahu datang dari kejauhan, tepat hingga di depan kursi kayu. Pakaiannya cukup casual dengan celana se-lutut berwarna hitam dengan kombinasi baju tipis berwarna putih polos. Ia melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi dengan pandangan kursi-itu-hanya-milikku-seorang. Gadis itu menatap laki-laki dihadapannya selama lima belas menit.

"Hei." suara kecil terdengar melalui bibir gadis yang sedang menatap laki-laki itu secara detail dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Hei, kamu menempati tempat dudukku." suara gadis itu terdengar lagi dengan nada datar yang sama namun kali ini sedikit keras disertai dengan tendangan kecil melalui kaki. Dan ya, laki-laki itu terbangun dari tidurnya.

"Kamu bisa duduk di sebelah." jawab laki-laki itu dengan nada cuek lalu kembali menutup matanya lagi.

"Tidak mau."

"Eh?"

Diam kembali untuk beberapa saat.

"Baiklah," laki-laki itu berdiri, mempersilahkan kepada sang gadis untuk duduk di kursi kayu itu. Setelah gadis itu duduk laki-laki itu kembali membuka suara, "Boleh aku duduk di sampingmu?"

"Boleh." suara kecilnya terdengar lagi, ia membuka tas yang ia bawa, mengambil sebuah novel dan memulai membaca dari sebuah pembatas halaman yang ditandai di sebuah halaman sebelumnya.

"Apa kamu selalu datang kemari?" laki-laki itu membuka pembicaraan seraya mengambil handphone dari sakunya.

Sebuah anggukan datang dari cewek itu.

"Kamu pendiam ya?"

"Hmm." ia membalikkan halaman pada novel yang ia baca.

"Aku baru pindah kesini tadi pagi," ia mulai bercerita "Jadi kukira taman ini adalah tempat yang bisa aku kunjungi," ia menghela napas "Sudah lama tinggal disini?"

"Dua." fokusnya tak teralihkan dari novel yang ia baca, kata demi kata ia baca.

"Dua tahun?" sebuah anggukan lagi ia dapat dari gadis itu "Wah, kamu memang benar-benar pendiam ya?"

"Hmm."

"Novel apa yang kamu baca?"

"A Study in Scarlet."

"Novel Sherlock Holmes? Wah keren, aku tidak tahu bahwa ada cewek yang suka membaca novel seperti itu," ia melihat wajah gadis itu dari samping "Apa kamu kemari hanya untuk membaca novel?"

"Ya." ia kembali membalik halaman novel yang ia baca itu.

"Setiap hari?"

Kali ini ia menggeleng "Tidak."

Lalu laki-laki itu pun berdiri "Aku haus, kurasa aku akan membeli minuman." kemudian dia beranjak pergi.

Gadis itu, melihat laki-laki tadi berjalan menjauhinya dengan santai, dia tahu laki-laki itu mungkin berbeda dari laki-laki lain yang pernah ia temui. Ah, jatuh cinta mungkin?


"The world is full of obvious things which nobody by any chance ever observers."

The Hound of the Baskervilles – Sherlock Holmes


Lima belas menit lain telah berlalu, laki-laki itu kembali dengan dua buah kaleng Pepsi berwarna biru.

"Huah!" laki-laki itu duduk di sebelah gadis itu seperti tadi, membuka kaleng Pepsinya lalu meneguknya, setelah itu ia menawarkan sang gadis satu Pepsi lain yang ia bawa "Mau? Kau pasti haus juga di hari yang panas seperti ini."

Sang gadis menerima Pepsi itu namun tidak meminumnya "Terima kasih." lalu meneruskan kegiatan membacanya yang daritadi ia lakukan.

"Kau cukup menarik juga rupanya untuk gadis sepertimu," sang laki-laki menjulurkan tangannya "Naruto," Gadis itu menghentikan kegiatan membaca novel-nya, menoleh kearah Naruto yang menjulurkan tangan untuk berkenalan. Hening untuk sejenak, hanya suara terpaa angin menghiasi. Lalu ia kembali membaca novelnya, dahi Naruto mengernyit, ternyata memang benar kalau gadis itu susah ditaklukkan "Jadi kamu memang mengabaikanku, ya?" dia tertawa kecil, heran.

"Hinata."

"Oh," ia membuat jeda pada kalimat sebelum meneruskan "Jadi..." ia berdehem, membersihkan tenggorokannya yang terasa kering, "...apa kamu mau menjadi pacarku?" sebuah pertanyaan yang tidak terduga? Tidak, Naruto sebelumnya memang seorang murid yang sangat populer di sekolahnya, bahkan hingga di sekolah-sekolah lain pun ia juga sangat populer. Jadi bukan hal yang mengejutkan, terlebih dengan kharisma dan pesona dari Naruto, gadis mana yang tidak akan jatuh hati padanya? Oleh karena itu ia memanfaatkan kelebihannya itu.

Naruto masih memandang wajah mungil yang berada disampingnya itu, menunggu jawaban yang mungkin ia sudah tau jawabannya. Lima menit lain lewat, akhirnya Hinata menutup buku yang ia baca, namun sebelumnya ia memasang pembatas halaman.

"Ya."

Jawaban yang sangat simpel. Naruto tersenyum kecil, ia menghilang jarak pada tempat yang mereka duduki, Hinata menoleh ke hadapan Naruto yang mulai memisah jarak itu dengan perlahan, mata lavender-nya menatap tajam sepasang mata sapphire yang berada di depannya. Perlahan jarak itu semakin hilang, tangan kiri Naruto meraih pipi kanan mungil Hinata dengan sangat lembut, mengecup bibir merah muda itu. Ciuman itu tidak berlangsung lama, namun cukup untuk memberi kesan.

Naruto kembali memberi jarak antara mereka berdua, Hinata berdiri kemudian berjalan menjauhi Naruto yang dua menit lalu menjadi pacarnya.

"Besok kamu disini lagi, 'kan?" Naruto berteriak seraya melihat punggung Hinata yang mulai menjauh dari penghilatannya "Aku akan menunggumu besok tepat seperti sekarang!" teriaknya menambahkan, Hinata berhenti sejenak, lalu melambaikan tangannya yang sedang memegang kaleng Pepsi pemberian Naruto tadi, lalu berjalan ke arah dimana ia datang tadi.


"You see, but you do not deserve. The distinction is clear."

A Scandal in Bohemia – Sherlock Holmes


Hinata sampai tepat di depan rumahnya, memandangi gerbang yang selalu seperti itu, terlihat dengan aura suram yang dimunculkan oleh rumah yang cukup besar di belakang gerbang dua pintu berwarna hitam legam, terlihat tua dengan gaya eropa tahun 60-an. Ia membuka gerbang yang diketahui dapat dibuka dengan menekan tombol yang berisi kombinasi yang di sebut password yang berada di sebelah gerbang tersebut.

Ia memasuki halaman depan. Banyak terdapat ukiran patung artistik yang terbuat dari bahan batu Andesit, namun terlihat tidak terawat. Keadaan itu sudah biasa ia lihat sejak dua tahun silam. Sebuah tragedi yang merubah dirinya 180 derajat. Tragedi yang membuatnya berpikir bahwa hidupnya tidak lagi bermakna. Benar, keluarganya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat yang menewaskan seluruh anggota keluarganya dalam sebuah acara amal yang berlangsung di Amerika, ayahnya, ibunya, adik perempuannya. Semua terjadi begitu saja.

Hinata berhenti di depan pancuran yang berada tepat di tengah halaman depan rumahnya itu. Memandangi air yang mengalir keluar dari pancuran kecil, sambil berpikir sejenak tentang apa yang baru saja terjadi tadi. Perasaannya masih tidak berubah. Stone-hearted.

"Mungkin sama seperti sebelumnya." Hinata duduk di tepi pancuran yang mengalir tidak terlalu deras, memainkan air yang menderai, lalu kembali berjalan menuju pintu utama rumah yang sudah terpampang di depan matanya. Kesan pertama ketika melihatnya, abandoned.

Ia membuka pintu yang cukup besar, namun tidak sebesar pintu gerbang rumahnya. Langkahnya terhenti sesaat, tangan kanannya memegangi dengan lembut bibir mungil yang berwarna merah muda itu, namun segera ia buang pikiran tersebut.

Kemudian dia berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di ujung koridor, sebuah ruangan yang sedikit tertutup daripada ruangan lainnya. Di dalam sana ada banyak rak buku yang berisi berbagai macam buku. Lalu ia mengambil novel yang ia baca tadi, A Study in Scarlet, mengembalikannya di tempat dimana buku itu seharusnya ditaruh.

Hinata duduk di kursi yang ada di ruangan itu, kursi yang sangat empuk nan elegan berwarna putih, mungkin kursi itu digunakan untuk membaca buku, handphone flip miliknya berdering.

Sakura Calling...

Oh, ternyata Sakura yang menelpon. Dia adalah teman masa kecil Hinata, lebih tepatnya adalah sahabatnya. Sakura lah yang menjaga dan menemani Hinata, satu-satu teman yang mau Hinata ajak bicara, walau sejak tragedi itu Hinata sudah berubah sifatnya. Benar, Hinata memang sedikit menutup dirinya kepada siapapun.

"Hinata?"

"Ada apa, Sakura?"

"Ee, tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengecek saja, bagaimana keadaan-mu Hinata?"

"Oh, aku baik-baik saja."

"Bagus lah kalau begitu."

"Ngomong-ngomong Sakura..."

"Hmm? Ada apa Hinata?"

"Anu..."

"Kau di tembak lagi sama cowok?"

"Benar."

"Lalu?"

"Sebagai sahabatku, aku ingin kamu menemuinya."

"Eh? Oh, aku tahu."

"Bagus lah kalau tahu."

"Di tempat biasanya?"

"Ya, mungkin dia besok akan ada disana lagi."

"Baiklah, lagipula aku sedang tidak ada kegiatan. Tapi, kelihatannya yang satu ini berbeda, ya?"

"Entah."

"Eh?"

"Sepertinya dia berbeda."

"Berbeda? Eh? Hinata?"

Tut... Tut... Tut...


"...when you have eliminated all which is impossible, then whatever

remains, however improbable, must be the truth."

The Blanched Soldier – Sherlock Holmes


To Be Continued ~


A/N: Yo! untuk mengisi waktu luang saya kembali di fandom Naruto setelah waktu vakum yang cukup lama :D saya mau bikin sebuah fict yang berbeda, kombinasi genre Romance dan Tragedy, rada sulit bikin plot twist nya, jadi ntar reader saya bikin penasaran :P untuk chapter pembuka mungkin rada singkat dulu ya, kalo menurut reader perlu dilanjutin, kasih review saja, ntar chapter selanjutnya pasti lebih panjang ^^ oh iya, di fict ini, bakal ada banyak referensi dari buku-buku sastrawan terkenal, jadi disini Hinata demen banget baca novel, untuk itu saya buat sedikit berbeda dengan menambahkan quote-quote dari sastrawan terkait yang di baca Hinata, quote nya saya tempel di pergantian waktu / timeskip / pov. semoga terhibur dengan kata-kata saya :D