"Belajar yang rajin! jangan baca buku mulu! kerjain pr yang benar!"

Dengan datarnya pemuda bersurai babyblue ini mengangguk nurut. Ah, kalau dilihat lebih teliti, jelas sekali raut wajahnya sangat kesal. Bagaimana tidak kesal kalau dari tadi ia diceramahi oleh guru? bermula dari sentral yang memanggil nama 'Kuroko Tetsuya' untuk ke ruang guru dan diberi ceramahan panjang lebar oleh guru matematika karena nilainya jelek—Sungguh, Kuroko ingin memakan gurunya sendiri.

"Iya, saya mengerti." kata Kuroko datar, "Saya permisi."

Kuroko menutup pintu ruang guru dengan perlahan. Iya sih perlahan, tapi jalannya tidak perlahan. Dengan kesal, Kuroko menghentak-hentakan kakinya dengan keras hingga semua murid memandang Kuroko aneh. Masa bodo dipandang seperti itu, Kuroko sangat kesal sekarang.

"Oi, Kuroko!" sapa seseorang dari kejauhan.

"Kagami-kun." balas Kuroko datar.

Pemuda yang dipanggil kagami itu hanya tersenyum, "Dimarahi guru lagi, eh?"

Kuroko menjepret (?) Kagami dengan karet yang entah ia dapat dari mana, "Diam."

"Ahaha, maaf-maaf. Ngomong-ngomong, tumben sekali nilai mu menurun? biasanya kau selalu stabil kan? yah, walau tak bagus-bagus amat." kata Kagami.

"Uhm." Kuroko mengangguk.

Kagami mengelus puncak kepala Kuroko, "Belajar yang bener, ya! bisa gawat 'kan kalau kau tak diperbolehkan ikut klub basket hanya karena nilai mu jelek!"

Kuroko tersenyum, "Iya."

"Semangat ya, Bakakuro!" kata Kagami dari kejauhan.

Saat itu juga, Kuroko langsung melempar Kagami dengan sepatu.

.—.—.

Kuroko menatap langit-langit kamarnya, kemudian ia beralih ke arah jam. Pukul 00:00 tetapi Kuroko belum tidur. Pemuda babyblue ini menatap jendela yang disinari cahaya rembulan malam. Ia beranjak dari tempat tidur dan duduk di dekat jendela tersebut. Manik babyblue nya menatap bulan yang bersinar terang—menerangi kamar Kuroko yang gelap gulita karena ia mematikan lampu.

"Haah.." Kuroko menghela nafas sambil menopang dagu.

Kuroko meraih ponsel biru muda nya. Iseng, ia mengirim pesan pada teman lamanya alias Kiseki no Sedai. Setelah mengetik, ia langsung mengirim pesan itu pada kelima teman nya.

PLIP

Setelah mengirim pesan, Kuroko tersenyum bodoh. Siapa juga yang akan membalas pesan nya pada tengah malam begini? pikir Kuroko geli. Mereka tak mungkin membalas apalagi Aomine yang basis nya seorang kerbau kurang tidur.

Kuroko hanya tersenyum menatap ponselnya. Hanya orang yang tidak tidurlah yang akan membalas pesan Kuroko.

KRRING KRRING!

Kuroko menatap ponselnya. Huh? pesan masuk? ah, paling dari operator. Lagi pula, tak mungkin kelima temannya akan membalas pesannya.

KLIK

Namun sayang, itu bukan pesan dari operator, melainkan pesan dari Akashi Seijuro.

To: Tetsuya

From: Akashi-kun

10/20/14

00:00

Ada apa, Tetsuya? tidak bisa tidur? ada yang mengganggu mu kah? katakan saja padaku.

Sebuah pesan singkat namun Kuroko mengerti bahwa Akashi khawatir. Kuroko menghela nafas karena ini terlalu berlebihan. Sekhawatirkah Akashi bila Kuroko mengirim pesan pada tengah malam?

Kuroko membalas pesan Akashi lagi. Saat itu, Akashi menerima pesan dari Kuroko.

To: Akashi-kun

From: Tetsuya

10/21/14

00:05

Tidak apa-apa. Oh ya, Akashi-kun bagaimana nilai-nilai mu? apakah bagus?

Melihat pesan Kuroko, Akashi menatap datar. Tak berapa lama, ia tersenyum sedikit menyebalkan. Ia pun membalas pesan Kuroko.

To: Tetsuya

From: Akashi-kun

10/21/14

00:05

Kutebak kau pasti dimarahi guru karena nilaimu jelek. Ya, seperti biasa, nilai-nilai ku selalu sempurna. Ah, tapi di pelajaran matematika, nilaiku jelek. Aku hanya mendapat nilai 99.

Kuroko langsung menatap ponselnya kesal. Kenapa Akashi tahu kalau Kuroko kurang pintar dalam matematika?! Sial, Kuroko tahu bahwa Akashi selalu benar. Apa Akashi menyindirnya? menyebalkan.

To: Akashi-kun

From: Tetsuya

10/21/14

00:10

Matilah kau, Akashi-kun.

Pesan singkat yang sukses membuat Akashi nyengir. Pfft, Sepertinya Kuroko ngambek.

Sementara itu, Pemuda babyblue ini masih menopang dagu. Kesal? tentu saja. Ia masih menatap cahaya rembulan yang menerangi kamarnya itu. Ah, benar juga. Akashi itu selalu sempurna. Ia selalu mendapat nilai bagus di setiap mata pelajaran. Kadang, Kuroko iri pada Akashi yang sempurna dalam hal apapun.

"Seandainya aku seperti Akashi-kun..." kata Kuroko dengan mata sayu. Sepertinya rasa kantuk mulai menyerangnya, "Pasti menyenangkan..." Tak berapa lama, ia pun tertidur di meja belajarnya.

SYUUUUUH

Tunggu, apa itu.. bintang jatuh?

Kuroko, sepertinya kau mengatakan permohonan mu disaat tidak tepat.


Akashi=Kuroko ?!

Kuroko No Basuke (c) Tadotoshi Fujimaki

AkaKuro

Akashi x Kuroko

Warning: OOC, Yaoi, typo, absurd dll

Don't like don't read


Pemuda bersurai crimson ini masih gelayutan di kasurnya. Rasa malas menyerangnya sehingga ia malas untuk beranjak dari tempat tidur. Karena malas, ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Ia juga malas ke sekolah karena paling-paling ia akan dimarahi gurunya karena nilai matematikannya jelek.

TOK TOK

Ah, berisik sekali.

"Tuan muda, mobil sudah siap berangkat." kata seorang berbalut baju maid tersebut, "EEH!? Tuan muda?!"

Mendengar suara maid yang sedikit kaget itu, sontak pemuda bersurai crimson itu terbelalak. Ia beranjak dari tempat tidurnya, "H-hah?"

"Saya kira tuan muda sudah siap! Huwaa! Tuan muda bisa terlambat ke sekolah! sudah jam 06:15!" kata maid tersebut.

PIK

Tunggu, ada yang ganjal.

Tuan Muda katanya?

Tunggu, ia tidak ingat kalau ia dipanggil tuan muda.

"Sumimasen, jangan panggil aku dengan sebutan 'Tuan Muda'." Kata Akashi datar.

Maid itu menatap Akashi bingung, "E-eh? Apa maksud anda?"

"Bicara dengan ku menggunakan bahasa yang biasa saja. Aku ingin bolos sekolah. Aku malas bertemu dengan guru matematika yang menyebalkan itu!" kata Akashi sambil merebahkan dirinya di kasur lagi.

Maid itu menatap Akashi bingung. Dengan perasaan aneh, ia meninggalkan Akashi di kamar. Seketika itu juga Akashi menatap heran. Siapa maid itu? seingatnya, ia tidak pernah mempekerjakan seorang pembantu.

Malas berdebat dengan pikirannya, ia memutuskan untuk kembali tidur.

Lho?

Lho?

Tunggu sebentar.

"Eh?" Akashi menatap sekelilingnya bingung. ia pun menatap rambutnya. Tunggu, merah?

Akashi tak pernah ingat bahwa ia memiliki kasur luas.

Akashi tak pernah ingat bahwa ia memiliki seorang maid.

Akashi tak pernah ingat bahwa nuansa kamarnya merah.

Dan yang parahnya lagi, Akashi tak pernah ingat bahwa ia memiliki rambut merah!

Tunggu...

Apa jangan-jangan...

Dengan cepat Akashi berlari ke arah kamar mandi dan menatap cermin. Tidak, ini pasti bohong!

Betapa kagetnya Akashi melihat wajahnya sendiri—

"APAAAAAAAAAAAAAAA?!"

—sebenarnya yang berada di dalam tubuh Akashi bukanlah Akashi melainkan Kuroko Tetsuya.

Jadi dengan kata lain, Jiwa Kuroko berada dalam tubuh Akashi Seijuro.

.—.—.

Jiwa Kuroko sangat bingung sekarang. Ia benar-benar bingung. Mengapa ia bisa berada dalam tubuh Akashi?! Dalam rangka apa ia bisa berada dalam tubuh Akashi?!

Kita abaikan jiwa Kuroko sebentar, kini kita beralih ke Tokyo— Dimana tubuh Kuroko yang sebenarnya tinggal.

"Tetsuya, cepat bangun! nanti kau terlambat!" kata Ibu Kuroko.

Kuroko bangkit dari kasurnya. Tidak perlu waktu lama baginya untuk bangun. Dengan enggan ia bersiap ke sekolah.

Eh tunggu.

Hanya perasaan Kuroko atau kamar nya makin sempit ya?

Dan suara wanita siapa tadi? kok tidak sopan sekali membangunkan Kuroko? apa itu maid nya?

Seingatnya, yang tinggal di rumah Kuroko hanya ia dan ayahnya. Ah, dan butler maid nya.

"Eh?" Kuroko menatap sekelilingnya. Biru muda.

"Apa ayah mengecat kamar ku? ah, itu mustahil." pikir Kuroko bodoh. Ia menatap cermin dan merapikan bletzernya. Tunggu, ada yang ganjal. Kuroko langsung tersentak kaget begitu melihat wujud tubuhnya.

"EH?!"

Kuroko kaget bukan kepalang. Ia menatap kacanya dengan pandangan horror.

"Ah, mungkin kemarin aku cosplay jadi Tetsuya kali, ya?" pikir Kuroko. Dengan bodohnya, Kuroko menjambak rambutnya sendiri.

"Sakiit!" Kuroko meringis kesakitan. Tidak. Ini bukan wig atau lainnya. Ini benar-benar rambutnya!

Kuroko tak ingat bahwa ia telah mengecat rambutnya jadi biru muda.

PLAK

Dan dengan gregetnya, Kuroko menampar diri sendiri menggunakan raket nyamuk— Biar cepet sadar katanya.

"Khh.. sakit.."

Astaga..

ini mimpi kan?

tak mungkin kan?

"ASKJDHGKJHGTFKLQEJ APAAAAAAAAAAAA!?" dan saat itu juga jiwa Akashi yang berada dalam tubuh Kuroko tersentak kaget.

Dengan kata lain, jiwa Akashi berada dalam tubuh Kuroko Tetsuya.

"APA MAKSUD SEMUA INIIIII?! OH TUHAN, KUMOHON TOLONG AKU!" kata Akashi dan Kuroko barengan walaupun Akashi mengucapkan di Tokyo dan Kuroko mengucapkan di Kyoto.

Jadi kejadian semuanya dapat disimpulkan bahwa Akashi=Kuroko.

.—.—.

Begitulah kejadian tadi pagi, sehingga membuat baik Akashi maupun Kuroko bolos sekolah. Saat ini, Akashi (alias Kuroko) sedang menelepon Kuroko (alias Akashi).

"Akashi-kuuuuuun!" kata Akashi panik.

"Tetsuya itukah kau?!" kata Kuroko panik. Bahkan lebih panik dari Akashi.

"Akashi-kun bagaimana ini?! ini bukan tubuhku melainkan tubuh mu!"

Kuroko menghela nafas, "Ini juga bukan tubuh ku, Tetsuya. Ini tubuhmu!"

"Huwaaa! kembalikan tubuh ku, Akashi-kun!"

"Bagaimana caranya, hah?! kau dan aku jauh sekaliii!"

"Gara-gara shock, aku tak masuk sekolah!"

"Apa?! astaga Tetsuya, itu tubuhku! harga diriku bisa hancur kalau bolos sekolah!"

"Masa bodo dengan harga diri Akashi-kun! Walau aku bodoh, aku lebih suka di tubuhku!"

"Kembalikan tubuhku, Tetsuyaaaa!"

"HUWAAAA!"

Bukannya mencari solusi, malah berdebat layaknya suami ketahuan istri selingkuh -_-)

Kuroko terengah-engah. Ia menghela nafas, "Baiklah, Tetsuya. Sekarang, kita tenang dulu! baiklah, ceritakan bagaimana kau bisa berada di tubuhku."

"Saat aku bangun, aku sudah berada di tubuhmu! aku shock mengapa aku dipanggil Tuan Muda!" kata Akashi.

Kuroko mengangguk. Ah, satu hal lagi, Kuroko(alias Akashi) tak mungkin menceritakan pada Akashi bahwa ia telah menyakiti tubuh 'Kuroko' dengan raket nyamuk(?).

Akashi membuka suara, "Nee, Akashi-kun! Bagaimana ini—"

"SEIJUROOO!" teriak seseorang di ambang pintu.

Kuroko (Alias Akashi) dapat mendengar suara ayahnya yang membentak. Sial! Ayahnya pasti marah begitu mengetahui Akashi membolos!

"Tetsuya kaburlah! kau akan dimarahi ayahku! Cepat lari!" kata Kuroko panik. Masih menelepon Kuroko, Akashi beranjak dari kasur, menatap ayahnya dengan rasa tak berdosa.

"Selamat pagi, Otou-san." kata Akashi datar. Ayah Akashi pun menatap Akashi bingung. Apa? barusan Akashi menyapa Ayahnya? rasanya itu hambar sebab jarang sekali seorang Akashi yang berwajah dingin menyapa ayahnya sendiri.

"Seijuro kau tidak terbentur kan?"

Akashi tersenyum lembut, "Tidak kok. Otou-san capek ya? mau kubuatkan teh?" tawar Akashi masih dengan senyum lembutnya.

Ayah Akashi sampai merinding sekali melihat senyuman anaknya sendiri. Tapi dibalik itu, ia sangat senang bahwa Akashi akhirnya (?) memperhatikannya. Tunggu, kalau dilihat-lihat, kok Akashi terlihat imut ya?

"Y-Ya boleh." kata Ayah Akashi gugup.

Akashi pun tersenyum, "Baiklah, Otou-san."

Dan saat itu juga Ayah Akashi terkena serangan jantung melihat senyum Akashi yang sangat manis. :v

.

.

.

Sementara itu, Akashi sedang sibuk membuatkan teh untuk ayahnya. Merasa aman, Akashi kembali membuka flip ponselnya, "Akashi-kun!"

"Tetsuya kau berhasil kabur? Maaf ya, Ayahku sangat galak kalau marah." kata Kuroko khawatir.

Akashi tersenyum, "Eh? aku merasa ayahmu baik kok."

"HAH?"

"Aku sedang membuatkan teh untuknya." lanjut Akashi. Kuroko yang sedang di Tokyo hanya facepalm.

"Tetsuya, aku tahu niat mu baik. Tapi bagaimana pun juga itu tubuhku! jangan macam-macam!" protes Kuroko.

Akashi mengernyit sebal, "Aku tahu kok, Akashi-kun! kau juga jangan macam-macam!"

"Sei, kau bicara dengan siapa?" tanya Ayah Akashi yang kebetulan lewat di dapur.

Akashi langsung tersentak kaget, "Ah, Otou-san! i'e nandemonai~ aku sedang bicara dengan Tetsuya." kata Akashi.

Ayah Akashi menghela nafas, "Kenapa kau bolos sekolah, Sei?"

GLEK

Kuroko (alias Akashi) yang kebetulan mendengar suara ayahnya itu langsung mematung. Sial, Akashi harus membuat alasan apa?!

"Eeh... ngg... itu kepala ku pusing, hehe." kata Akashi sambil memegang kepalanya, "Maafkan aku, Otou-san." kata Akashi membungkuk badan.

Ayah Akashi menatap Akashi bingung, "Hah.. baiklah apa boleh buat, kuizinkan kau bolos namun lain kali kau tak boleh bolos!" kata ayah Akashi.

Akashi menangguk, "Tehnya, Otou-san."

"Terima kasih, Sei."

BLAM

Setelah Ayah Akashi pergi, Akashi kembali membuka ponselnya.

"Akashi-kun."

"Ng?"

"Sepertinya tak ada pilihan lain selain menjalankan hari-hari seperti biasa." kata Akashi datar.

Kuroko menghela nafas, "Kurasa begitu. Baiklah, saat ini kita jalani hari-hari seperti biasa. Jangan sampai ada orang yang mencurigai kita!"

Akashi mengangguk, "Baiklah."

"Tapi Tetsuya, kau tak boleh membolos latihan basket. Bagaimana pun juga, aku adalah kaptennya." kata Kuroko menjelaskan.

"Eh? uhm.. baiklah. Tapi Akashi-kun juga tak bisa bolos latihan basket di Seirin.. soalnya Kantoku bisa marah.." kata Akashi.

"Iya-iya. Baiklah, intinya jalani hari seperti biasa, ya." kata Kuroko.

"Uhm."

Akhirnya Akashi dan Kuroko yang bertukar badan itu pun terpaksa menjalani hari-hari seperti biasa. Mereka harus menutupi jati diri mereka yang tertukar agar tidak dicurigai orang-orang. Apakah kepribadian Kuroko yang imut akan berubah menjadi Kuroko yang sadis? Apakah kepribadian Akashi yang seram akan berubah menjadi Akashi yang baik hati?

Bagaimana kelanjutannya?

bersambung ke chap 2 ya~

.

.

.

.

.

.

TBC


HAHAHHAHA /gila

saya datang membawakan FF gaje lagi. :v oh ya, sudah lama ngga nulis FF kwokwokwokwo... soalnya saya mulai tertarik sma tokyo ghoul :3 kapan2 pengen bikin ff TsukiKane tapi takutnya ngga laku di review (?) /ngemislu

Ah sudahlah yang penting tetep Akakuro lovers~

Jujur, susah banget nulis FF ini. Ah, bukannya susah tapi ngebingungin X"D maaf klo ni FF susah dimengerti. Authornya aja juga ngga ngerti /ditamvar

yap, jumpa lagi di chap selanjutnya~

Review Onegai? Arigatou~ :3