A/n : Akan saya jelaskan. Cerita ini kuambil dari manga Change H : 10 things to do while i'm a boy. Saya sedih melihat salah satu karakter yang terkena penyakit menjadi perempuan di manga aslinya. Dia adalah seorang pria 40 tahun yang berubah jadi gadis muda yang sangat cantik. Faktanya semua pria yang kena penyakit ini berubah menjadi perempuan muda dan cantik. Bahkan si pria yang sekarang hanyalah seorang gadis SMP/SMA kehilangan anak dan istrinya. Anaknya tidak mengakuinya sebagai ayah dan istrinya iri dengan kecantikannya dan memutuskan untuk menceraikan si pria. Ini pelampiasan saya. Tapi karena karakter itu tak memiliki nama jelas alias hanya nama akun internet 'TS-girl' di manganya, jadi saya membuatnya di manga Naruto. Maaf bila ada kesalahan.
Warning : Mature content (not much).
Disclaimer : Masashi Kishimoto
[JIRAIYA TO YUKI]
"Jadi begitu. Sayang sekali, guru." Ucap Minato turut sedih akan nasib gurunya.
Jiraiya merupakan guru bela diri Minato. Dia sudah melatih Minato dari umur Minato 12 tahun sampai umurnya berumur 20 tahun. Dan sekarang Minato berumur 30 tahun, satu tahun lebih tua dari istrinya Kushina. Sedangkan Jiraiya sekarang berumur 58 tahun. Minato sudah menganggap Jiraiya seperti ayahnya sendiri. Dan sekarang istri Minato tengah mengandung anak pertamanya. Sudah 3 bulan itu terjadi. Tentu saja itu merupakan kabar gembira. Namun ketika Jiraiya datang ke rumahnya dan memberi kabar buruk, itu semua hancur.
Jiraiya terinfeksi penyakit langka yang hanya beberapa orang mengalaminya di dunia ini. Namanya FHI atau Female Hormone Infection. Penyakit yang mengubah pria menjadi wanita. Baru tadi pagi dokter memberikan hasil analisanya. Padahal Jiraiya hanya ingin memeriksakan kesehatannya. Tapi dia tidak menyesal akan hal itu. Selain Minato dan Kushina, ia tak punya keluarga lagi.
"Tapi aku dengar semua pria yang terkena penyakit itu berubah menjadi wanita yang cantik dan imut." Komentar Kushina.
"Dasar. Tidak akan banyak perubahan yang akan kuhadapi nantinya. Lihat saja." balas Jiraiya.
"Tenang saja, guru. Mulai sekarang, kau akan tinggal bersama kami. Walau kau berubah, kami akan tetap menganggapmu sebagai keluarga." Ujar Minato.
Jiraya tersenyum lega mendengarnya. Ia tak bisa melakukan apa-apa lagi.
"Walaupun aku tak bisa percaya. Seorang pria mesum seperti guru akan berubah menjadi wanita cantik. Pasti akan menjadi menarik." Lanjut Minato.
Jiraiya mendengus kesal.
"Jadi berapa lama waktu yang guru punya saat ini?" tanya Kushina.
"Dokter bilang waktunya adalah 24 jam. Dan sekarang sudah hampir 15 jam, mungkin sekitar 9 jam lagi." Jawab Jiraiya.
"Aku pikir saatnya untuk tidur. Guru bisa tidur di kamar tamu. Mulai sekarang kamar itu menjadi milik guru." Minato bangkit dari tempat duduknya dan bergegas ke kamar bersama sang istri.
"Dan guru, jika kau sudah berubah besok pagi . . . kau bisa memakai kimono yang kutinggalkan di kamar itu." Ucap Kushina sebelum mereka masuk ke kamar.
Jiraiya lalu pergi ke kamar yang kata Minato miliknya. Dia tidak langsung tidur. Melainkan duduk di kasur.
'Tinggal beberapa jam lagi. Aku yakin aku akan jadi wanita jelek. Apa yang harus kulakukan sekarang ya?' batin Jiraiya.
'AKU AKAN 'BERMAIN' SEBANYAK MUNGKIN.' Teriaknya semangat dalam hati.
Dan kegiatan yang menghabiskan banyak tisu pun dimulai.
KEESOKAN HARINYA
Seorang gadis bangun dari tidurnya. Jika dilihat dari penampilan fisiknya, ia terlihat seperti gadis sekolahan berumur 15 tahun. Gadis itu tak mengenakan sehelai pakaian sedikitpun pada tubuhnya.
Gadis itu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Dan saat ia melihat bayangannya di cermin,
"UUWAAAAA." Teriaknya tiba-tiba.
Dia terdiam di depan kaca dalam waktu yang cukup lama.
"GURU APA KAU TIDAK APA-APA?" tanya suara Minato dari luar kamar.
Gadis itu adalah Jiraiya. Rambut putih panjang jabriknya kini sudah menjadi lurus dan lembut sempurna. Tubuhnya sangat proporsional bak seorang model. Kulitnya putih mulus dengan wajah yang cantik nan imut.
Dia mengambil kimono yang disebut Kushina di gantungan kamar mandi. Sebuah kimono berlengan panjang berwarna krem, dan ada obi hitam di dekatnya. Kimono itu hanya mencapai bagian tengah paha mulusnya. Dan juga memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Lalu ia keluar kamar mandi dengan kimono yang menutupi tubuhnya. Jangan lupakan bahwa obi itu tidak ia pakai sehingga menampilkan sebagian dadanya dan juga selangkangannya.
CKLEK
"KYA. Minato, tutup matamu." Ucap Kushina histeris menutup mata Minato dengan kedua tangannya.
"Minato, Kushina, ini aku, Jiraiya." Ucap Jiraiya dengan suara bak malaikatnya.
"Bahkan suaranya berubah. Emm. Guru, bisa kau pakai obi kimono itu. Kami akan menunggu di ruang tengah." Ucap Kushina masih menutup mata Minato.
"Aku tak bisa memasangkannya." Balas Jiraiya tanpa dosa.
Kushina menghela nafas.
"Cepat masuk." Perintah Kushina.
Dan Jiraiya langsung masuk tentunya dengan pintu yang dirapatkan.
"Minato, tunggu di ruang tengah." Perintah Kushina pada Minato sembari melepas tangan yang menutupi mata Minato.
Minato mengangguk dan langsung pergi ke ruang tengah. Setelah suaminya pergi, giliran Kushina yang masuk ke kamar Jiraiya.
Saat masuk, ia disuguhi pemandangan yang amat tidak pantas. Jiraiya, dengan tubuh barunya duduk mengangkang di kasur sambil memegangi kedua dadanya dengan hidung mimisan.
Lalu dengan cepat Kushina memasangkan obi pada Jiraiya yang tidak siap. Beberapa menit kemudian mereka bergabung dengan Minato di ruang tengah. Kini Minato duduk di sebelah istrinya, sedangkan Jiraiya di depannya.
"Guru, rapatkan kakimu!" perintah Kushina agak malu.
Jiraiya dengan otak mesumnya malah menyeringai, ia bukannya merapatkan kakinya malah semakin lebar mengangkang dan melipat tangannya di belakang kepalanya sehingga membuat dadanya menonjol ke depan.
Kushina hanya bisa menghela nafas.
"Guru, aku mohon." Jiraiya menaikkan alisnya mendengar Minato memohon.
"Tolong ikuti ucapan Kushina." lanjutnya dengan hidung berdarah.
Jiraiya malah tertawa terbahak-bahak. Walau pada akhirnya dia menuruti, namun dia menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri.
"Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Jiraiya mengalihkan pembicaraan.
"Begini. Kami sudah merundingkannya semalaman. Dan saat melihat penampilanmu saat ini, kami jadi semakin yakin. Mulai sekarang, kau adalah anak angkat kami." Jelas Minato.
"Anak angkat? Masuk akal. Lalu?" tanya Jiraiya lagi.
"Selanjutnya adalah nama un-" "Yuki." Potong Kushina.
"Apa kau bilang Kushina?" tanya Jiraiya memastikan.
"Menurutku nama yang cocok adalah Yuki. Sesuai dengan rambut putihmu itu." Jelas Kushina.
"Namikaze Yuki. Lumayan." Ujar Minato setuju.
"Apa tidak apa-apa?" tanya Jiraiya ragu. Ia merasa membebani Minato dan istrinya.
"Tidak apa-apa kok. Jadi . . . sekarang kami akan memanggilmu Yuki." Jawab Minato dengan senyum ramah.
Jiraiya sedikit tersentak.
'Perasaan apa ini? hangat.' Batinnya.
"Jangan bingung seperti itu, Yuki. Mulai sekarang, panggil aku ibu dan panggil Minato ayah." Ucap Kushina yang pindah duduk disebelahnya dan mengelus kepala Jiraiya atau bisa kita panggil Yuki pelan.
"T-terima kasih. T-ter-hiks-terima kas-sih." Ucapnya terbata-bata. Tetes air mata bahagia mulai keluar dari matanya.
Kushina tersenyum dan memeluk Yuki.
"Tidak apa-apa. Kau sekarang perempuan, luapkan emosimu pada ibu." Ucap Kushina lembut.
'Jadi perempuan ternyata sangat sensitif. Aku belum pernah menangis seperti ini dalam bertahun-tahun lamanya.' Batin Yuki. Dia balas memeluk Kushina dan menangis di dekapan sang ibu barunya.
Setela beberapa menit menangis, Yuki kini mengelap air matanya dengan tisu pemberian Kushina.
"Yosh. Karena hari ini hari sabtu, aku biarkan kau memahami tubuh barumu. Tapi bersiaplah besok, kita akan membeli banyak pakaian. Lalu hari senin kau akan masuk sekolah. Dan yang harus kita lakukan saat ini adalah sarapan." Ucap Kushina antusias.
Mereka pun lalu sarapan. Setelah sarapan, Kushina mengajari Jira,tidak,maksudnya Yuki membersihkan tubuhnya dan berbagai hal dengan tubuh barunya.
Siangnya, Yuki tengah berbaring di kasurnya. Dia masih mengenakan kimono pendek pemberian Kushina, namun kali ini ia memakai celana dalam putih. Dia masih belum terbiasa memakai bra, dan Kushina paham. Untuk hari ini Yuki tidak akan memakai bra.
Merasa bosan, Yuki berjalan ke ruang tengah. Ada Minato di sana.
"Mi-maksudku Ayah, dimana Ibu?" tanya Yuki penasaran. Dia mendekat ke sosok yang sekarang menjadi ayahnya.
"Ibumu pergi arisan, nanti sore baru pulang." Balas Minato.
Tiba-tiba saja ide mesum terlintas di pikirannya. Dia semakin mendekat ke Minato dan tanpa peringatan duduk di pangkuan Minato.
"Yuki. Apa yang kau lakukan?" tanya Minato kaget.
"Sstt. Aku hanya ingin tahu bagaimana tubuh ini bekerja, dan aku butuh kau." Ucap Yuki dengan nada menggoda. Sukses membuat Minato memerah.
"H-hei. Apa kau lupa aku sekarang ayahmu." Ujar Minato mencoba melepaskan diri.
Yuki tak menggubrisnya dan sedikit membuka kimono bagian dadanya. Sehingga belahan dadanya semakin terlihat. Yuki bersumpah bahwa dia merasakan 'Minato junior sudah tegak'.
Yuki mendekatkan wajahnya ke wajah Minato yang tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya kaku dan matanya terpejam. Saat bibir mereka hampir menyatu. Bukan ciuman yang didapatkan Minato, melainkan cubitan pelan di pipinya. Hal itu tentunya membuat Minato kembali membuka matanya.
"Dasar ayah mesum." Ucap Yuki setengah menggoda setengah mengejek. Lalu ia duduk di sebelah Minato dan menyandarkan kepalanya di bahu Minato.
"Maaf kalau aku selalu merepotkanmu, Mi-maaf, Ayah." Ucap Yuki sedih.
"Tidak kok. Justru karena dulu kamu melatihku aku bisa begini. Aku berterima kasih sekali." Bantah Minato dan ia mengelus kepala Yuki.
Tanpa aba-aba, Yuki kembali bertingkah gila. Dia mengelus selangkangan Minato yang belum 'turun'.
"Y-yuki. Hentikan." Perintah Minato kali ini agak tegas.
"Apa Ayah mau aku tolong menurunkannya?" tanya Yuki semakin menggoda.
"Tidak. Biarkan saja. Lebih baik kau istirahat." Ucap Minato.
Yuki cemberut dan berjalan kembali ke kamarnya. Namun sebelum itu, ia mengecup pipi Minato membuat si korban memerah padam. Lalu Yuki pun melakukan hal yang sama seperti semalam, hanya saja berbeda. Tahu lah maksudnya.
Dan sekarang ia berbaring di kasurnya tanpa pakaian. Dia meremas dadanya dan memainkan pentilnya.
"AAAHHHNN." Dia mendesah.
Dia juga memainkan jarinya di clitorisnya lalu di vaginanya. Dia terus mendesah keras.
"Ih-ni luar bias-ah biasaaa. Enak sekali. An, aaah, andai aku punya sesuatuuh untuk dimaahsukkaan ke vag-aaahhn-vaginaku. Ini adalah AAHHNN surgaAAAHNN." Ucapnya sambil terus mendesah.
Dan Yuki ketahui, Minato melakukan hal sama, yaitu masturbasi di kamarnya. Berhubung kamar Yuki ada di sebelah kamarnya, ia bisa mendengar jelas suara Yuki.
'Kau benar-benar beruntung, guru.'
Malam harinya, Yuki mencoba untuk menolong sang ibu angkat di dapur. Dan itu berjalan mulus karena ia memang selalu memasak sendiri. Lalu mereka makan malam. Dan setelah itu, Yuki masuk ke kamarnya dan tidur.
Keesokan harinya, Yuki bangun oleh guncangan Kushina. Kushina langsung menyuruh Yuki mandi. Setelah mandi, Yuki melihat sebuah kaos biru muda dengan lengan yang amat pendek. Lalu ada celana hotpants putih. Tentunya ada celana dalam dan bra, berwarna sama dengan bajunya.
Tak lama kemudian Kushina kembali masuk dan membantunya bersiap. Kini Yuki sudah rapi dengan bajunya, ada sebuah bando biru muda di kepalanya, dan rambutnya diatur oleh Kushina dengan hairclip miliknya sehingga model rambut mereka berdua sama. Setelah itu mereka keluar kamar. Tak lupa Yuki memakai sendal putih dengan hiasan bunga.
Minato sudah di mobil menunggu kedua perempuan itu. Ternyata mereka akan pergi piknik. Hari memang sudah cukup siang dan cuacanya sejuk. Mereka tiba di taman tak lama kemudian. Di sana mereka makan bersama, bercanda dan melakukan hal menyenangkan lainnya.
Yuki hanya bisa tersenyum.
'Kurasa, aku akan tetap di sini. Aku sudah bahagia hidup bersama mereka. Meningat aku akan mendapat adik bernama Naruto. Ternyata menjadi perempuan tidak buruk juga. Menyenangkan malah. Terima kasih, Tuhan.'
