Hope you like this fiction :)
24 Desember 2013
Rumah besar itu sangat sepi. Sehingga hanya terdengar suara dua orang lelaki yang berusaha berjalan sambil berpegangan pada dinding lorong, menopang satu sama lain. Sehari sebelum natal biasanya mereka habiskan bersama teman atau berdua saja. Karena pada hari natal mereka harus merayakannya dengan keluarga Jongin. Tradisi.
"Jongin, kau berat!" Sehun berkata. Jelas dia lebih sadar dibanding kekasihnya.
"Aku bahagia!" Jongin membalas dengan keceriaan yang berlebihan. "Sebulan tidak bertemu. Ini waktunya kita bersenang-senang."
Walaupun Sehun juga mabuk, fakta Jongin melepas semua topengnya di depan Sehun membuat Sehun ikut tersenyum. Mereka bertemu diawali dengan pertengkaran, mencoba berteman. Berawal dari "Hai." Lalu bertanya, "Bagaimana harimu?", berlanjut dengan makan bersama dan membantu dengan pekerjaan satu sama lain.
"Kita sampai!" Kata Sehun begitu sampai di depan kamarnya.
"Akhirnyaaa.." Jongin tersenyum lebar.
24 Desember 2014
"Ayolah Jongiiiin!" Sehun memohon, "Kau pasti akan suka, aku janji. Disana pemandangannya bagus."
Kenyataannya Jongin memang tidak bisa menolak permintaan Sehun, "Baiklah!" Kata Jongin akhirnya, "Tapi kalau aku tidak suka, aku akan turun!"
Sehun langsung tersenyum dan menarik Jongin menaiki kereta kuda. Setelah duduk, Sehun menyamankan dirinya di pelukan Jongin, membungkus badan mereka dengan selimut dan meminta kusirnya untuk menjalankan kereta kuda tersebut.
Saat mereka mulai melewati taman yang ditutupi salju, Jongin akhirnya menyandarkan badannya dengan santai pada sofa lembut yang jadi tempat duduk mereka.
"I love you Jongin." Sehun mengatakan kata itu duluan sebelum Jongin kali ini.
Terkejut, Jongin melihat Sehun tersenyum ke arahnya. "I love you too, Sehun. Kau benar, pemandangan disini bagus." Dan Jongin membalas senyuman Sehun dengan kecupan di ujung bibirnya.
24 Desember 2015
"Tapi ini dingin sekali, aku bisa beku Jongiin!" Sehun terlihat menggerutu saat Jongin membawanya ke taman dekat tempat tinggal mereka.
"Untungnya kau punya kekasih yang sangat peka seperti aku." Dengan segera Jongin mengeluarkan mantel tambahan dari dalam tasnya dan memakaikannya pada Sehun.
Pipi Sehun memerah, entah karena malu atau karena kedinginan. Dengan cepat Sehun mengeluarkan selimut piknik mereka dan duduk di atasnya. "Bintangnya malam ini cantik sekali." Sehun mencoba menghilangkan malunya dengan memulai pembicaraan.
Jongin tersenyum melihat pipi Sehun yang memerah dan mengeluarkan isi tas yang sedari tadi dibawanya.
"Champagne dan cranberry? Kita merayakan apa?" Sehun menghadap ke Jongin tapi berhenti saat melihat Jongin berlutut. "Somewhere between the laughs, long talks, stupid fights, and all our lame jokes," Jongin mengambil jeda. "I fell in love with you so hard." Sehun memaksa dirinya untuk bernafas saat dia merasa kesulitan memproses kata-kata Jongin. "Aku tidak sempat mengambil cincinnya, but you know me Sehun." Yang dibalas Sehun dengan dengusan. "Will you do me the honor of becoming my husband, Oh Sehun?"
Sehun hanya membalas Jongin dengan ciuman di bibirnya.
24 Desember 2016
"Terima kasih sudah datang semuanya!" Sehun mengantar tamu terakhir ke depan pintu rumah mereka, "Sampai jumpa saat makan malam besok!"
Sehun merasakan tangan seseorang memeluk pinggangnya, seseorang itu Jongin yang menumpukan dagunya pada bahu Sehun, orang yang baru saja menjadi suaminya.
"What a day! Badanku remuk rasanya." Jongin menekankan perkataannya dengan menguap lebar.
Sehun berbalik ke pelukan Jongin dan mencium ringan bibir Jongin. "Aku berharap kau tidak terlalu lelah, aku menunggu sepanjang hari untuk malam ini. Ada orang yang bilang kalau malam di hari pernikahan adalah bagian terbaik dari hari pernikahan."
"Mmmm, iya." Jongin tercekat saat Sehun menggigit leher kanannya, "Aku juga mendengar hal yang sama. Kita harus mencari tahu apakah pernyataan itu benar." Jadi Jongin menyelipkan tangannya di belakang lutut Sehun, mengangkatnya dan menggendong Sehun sampai ke kamar mereka.
Setelah menjatuhkan Sehun di atas kasur, Jongin berkata, "Happy wedding night, Sehun."
24 Desember 2017
"Rudolph, the red nosed reindeer. Had a very shiny nose." Suara nyanyian yang tidak bernada itu berasal dari ruang keluarga, membuat Jongin berhenti dan melihat apa yang ada di dalam sana. Jongin tersenyum melihat pemandangan di depannya. Sehun sedang memanjangkan kakinya di sofa dengan memangku buah hati mereka yang baru berumur tiga bulan, Taeoh.
"Poor baby," Ledek Jongin. "Apa Papa mencoba menghancurkan gendang telingamu lagi?"
"Shush you!" Tawa Sehun. "We're just getting into the festive spirit." Sehun melipat kakinya agar Jongin bisa duduk di depannya dan memberikannya ciuman.
"Dia baru tiga bulan. Dia tidak tahu apa-apa tentang natal, Santa dan rusanya." Jongin tersenyum dan mengambil Taeoh yang sudah tertidur dari tangan Sehun.
"Aku tidak sabar menunggu besok, natal pertama kita sebagai keluarga yang utuh!" Antusiasme Sehun itu menular. Jongin sangat tahu kalau Sehun menginginkan ini dari dulu dan tidak sabar untuk melihat keinginan Sehun tercapai. Tentu natal mereka sebelumnya sangat menyenangkan, tapi sekarang mereka punya Taeoh, segalanya jadi sempurna.
"Aku akan membawa Taeoh ke kamarnya. After that, I'll show you festive spirit." Jongin berbisik dengan suara beratnya sambil berdiri.
Beberapa menit kemudian Jongin kembali pada Sehun di sofa, "Merry Christmas," Bisik Jongin pada Sehun sebelum menciumnya, "and many more to come."
Thank you again for reading this story :)
