Tittle: I Hate You, Hyung chapter 1
Cast: Cho Kyuhyun(16 y.o), Lee Donghae as Cho Donghae(17 y.o), Park Jungsoo as Cho Jungsoo(20 y.o), and other.
Genre: Brothership, family, angst dll.
.
.
Warning: Typo bertebaran, cerita pasaran, jelek, alur membingungkan dan kekurangan lainnya.
.
This story is mine.
All cast milik tuhan dan diri mereka sendiri.
.
Note: I'm so sorry for too late update. And so sorry again I can't update the pass. Cerita itu punya konflik yang berat. Dan mood saya sedang buruk hingga tak ada satupun yang bisa saya tulis. Belum lagi minggu depan ulangan semester, sebagai gantinya ff baru yang judulnya apalah-apalah okay, saya tahu dengan ff ini hutang saya makin bertambah. Tapi saya udah ngebet sama cerita ini. Hope u'll like it. Saya lagi suka nyiksa si ikan cucut. Dan ff ini saya bikin kyukyu rada psyko ok chingudeul?!
.
Detik jam baru saja berdentang sebayak 12 kali. Suasana gelap ditemani temaram lampu menyapu seluruh ruangan besar nan luas itu. Pintu berderit serta suara ranting pohon yang mengetuk-ngetuk jendela menambah suasana mencekam malam ini. Malam dimana terjadi badai besar di Seoul, Korea Selatan.
Suara guntur besahut-sahutan dengan keras diluar san, bertanding dengan suara gemericik air hujan yang tumpah dengan derasnya dari atas langit. Tak lama disusul dengan kilatan petir yang membelah langit tergambar jelas dilangit yang kelam. Menyambar-nyambar membuat cahaya kilatan itu masuk, menembus melalui jendela kaca besar yang hanya tertutup gorden tipis disebuah kamar besar dengan gaya klasik modern dengan warna biru dan coklat yang dominan.
'Pyaarr'
Cahaya kilatan terang itu tanpa sengaja menyinari sebuah tubuh yang tengah berdiri. Menimbulkan siluet hitam dengan posisi mengerikan di permukaan dinding. Siluet berbentuk tubuh itu nampak bergetar, sebelah tangan memegang gunting besar diatas kepala, dengan posisi hendak menikam.
.
Suara guntur serta kilat yang bersahutan tak menghentikan sesosok namja berkulit pucat itu untuk melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar di lantai atas. Langkahnya begitu tenang memijak tangga serta lantai marmer itu hingga tak menimbulkan suara sedikitpun, seperti orang yang telah biasa mengendap-ngendap.
Langkah pelannya berhenti di depan pintu besar yang terbuat dari kayu jati dengan ornamen ikan di tengahnya. Salah satu hewan favorit si pemilik kamar sekaligus pemilik pintu tepat ia berdiri saat ini.
Lengan kirinya terulur memutar knop pintu dengan pelan. Membukanya hingga menimbulkan suara deritan gesekan pintu kayu itu dengan lantai.
Lagi, namja berkulit pucat itu melangkah pelan memasuki kamar. Raut wajahnya datar, tatapan matanya menatap kosong udara, sedang sebelah tangan kanannya bergetar, sebuah gunting besar ada disana, ia genggam begitu erat hingga menimbulkan segaris luka lecet di telapak tangannya.
Suara samar desisan tabung oksigen menyapa indra pendengarnya kala ia memasuki kamar. Tatapan mata kosongnya kini beralih menajam, menatap sesosok namja yang tengah lelap tertidur di kasur ukuran king size miliknya.
Tubuh ringkih nan kurus yang tengah tertidur dalam balutan selimut tebal yang melindunginya dari hawa dingin udara luar. Nampak begitu lemah dengan sebuah selang oksigen tertambat di hidung bangirnya, mengalirkan tambahan udara untuk kebutuhan pernapasan sang namja.
Mata tajam itu menelisik ke setiap jengkal tubuh berbalut selimut itu. Dalam sekejap fokusnya terpaku, memperhatikan napas lemah sang namja, membuat dada itu naik turun perlahan dengan teratur.
Seketika itu juga emosi namja berwajah datar itu melunjak. Napasnya memburu menahan gejolak perasaan benci yang seakan memenuhi rongga dadanya. Mengapa namja berstatus hyungnya itu masih bernapas, bolehkah ia membuat dada itu berhenti bergerak, dengan kata lain...
Membuat sang hyung...
MATI!
Dengan langkah cepat diiring kilatan petir menggelegar namja berwajah datar itu menghampiri sang hyung, mengangkat gunting besar yang ia bawa tinggi-tinggi, kemudian bersiap menghumuskan sisi tajam gunting itu tepat di dada kiri sang hyung.
'Krieet'
Suara derit pintu terdengar kembali. Membuat namja itu menarik gunting besar yang sudah mengambang diudara itu dengan cepat.
Seketika pintu kamar terbuka lebih lebar. Seseorang dari luarlah yang membukanya. Menampakan seorang namja dengan lesung pipit indah diwajahnya.
"Kyu...sedang apa kau disini?" Tanya namja bernama Jungsoo itu, dahinya, sedikit mengernyit mendapati sang adik kedua atau adik bungsunya berada di kamar adik pertama.
Kyuhyun menghela nafas. Perlahan wajah datar itu memasang senyuman manis meski sorot matanya tetap datar, ia berbalik menatap Jungsoo hyungnya yang entah sejak kapan berada di belakangnya, posisnya memang membelakangi Jungsoo.
"Tidak ada apa-apa hyungie" panggilan itu terdengar manis, namun nada suara itu begitu datar. Tak tersirat emosi sedikitpun pada nada bicaranya, seolah emosi yang baru saja menghampirinya menguap begitu saja.
"Lalu...gunting itu?" Jungsoo menatap horor pada sebuah gunting besar yang berada di tangan kanan maknaenya.
"Itu..." matanya memutar, mencari alasan. Senyuman yang lebih lebar terulas dibibir merahnya kala ia menemukan sebuah alasan tepat.
"Aku hendak memotong ranting itu hyung" Kyuhyun menunjuk ranting pohon besar yang masih senantiasa mengetuk-ngetuk kaca jendela kamar akibat angin kencang. "Aku tak mau tidur Hae hyung terganggu dengan suara itu..."
Alasan yang cukup masuk akal. Membuat Jungsoo menghilangkan tatapan curiga yang ia alamatkan pada sang maknae.
"Sebaiknya tidak perlu Kyuhyunie. Hujan diluar sangat deras, kau bisa basah jika membuka jendela untuk memotong ranting itu"
Kyuhyun mengangguk pelan menyetujui perkataan sang hyung. Sejak awal, memang bukan itu niatnya bukan.
Jungsoo mendudukan diri di sisi ranjang tepat di samping Donghae yang nampaknya sama sekali tak terganggu dengan pembicaraan kedua saudaranya itu. Tangan hangatnya menyibak anak rambut milik saudaranya yang paling lemah itu. Menyingkirkan rambut lepek yang menjuntai menutupi kening yang nampak basah berkeringat.
"Kau mau tidur disini Kyu? Menemani Donghae bersama hyung?" Tawar Jungsoo pada Kyuhyun yang hendak beranjak keluar.
"Ne hyungie"
Jungsoo mulai mengatur posisi, ia merebahkan dirinya ditengah, disamping Donghae yang berada di pinggir dengan hati-hati agar tak menyenggol maupun menggeser selang oksigen itu.
"Kemarilah Kyu!" Pintanya pada Kyuhyun seraya menepuk kasur kosong disisinya. Ranjang ini lebih dari cukup untuk ditiduri 3 orang bersamaan.
Kyuhyun menurut dan merebahkan dirinya diatas kasur yang sudah dihuni kedua hyungnya itu. Jungsoo segera menarik selimut untuk menutupi tubuh ketiganya. Namun ia lebih fokus menyelimuti Donghae hingga tak menyadari sepasang mata hitam menatap objek yang tengah ia selimuti dengan tatapan membunuh.
Ketika Jungsoo berbalik, Kyuhyun langsung menghambur ke arah sang hyung. Menyamankan dirinya dengan merapatkan tubuhnya pada tubuh hangat sang hyung pertama.
"Jaljayo Kyuhyunie...jaljayo Hae-ya, cepat sembuh saengie..." Jungsoo mengecup kening Donghae ketika mengucapkan kalimat itu, ia melakukan itu pada Donghae namun tidak pada Kyuhyun. Hanya kalimat singkat tanpa kecupan hangat yang ia dapatkan.
"Jaljayo hyungie..." Kyuhyun membalas ucapan sang hyung dengan senyuman manis. Tanpa ada yang tahu tangannya terkepal erat dibawah selimut menahan emosi.
Beberapa jam berlalu. Namun Kyuhyun masih saja membuka matanya. Bukannya tak ingin tidur, hanya saja ia tak bisa tidur sekamar dengan orang yang dibencinya.
"Hyung..." panggilnya pelan. Tak berharap hyung tertuanya menjawab karena ia yakin sang hyung telah jatuh dalam tidur lelapnya. Namun ia salah, sebuah gumaman menjadi respon atas panggilannya.
"Hmm..?"
Kyuhyun mendongak, menatap Jungsoo yang bergumam dengan mata tertutup.
"Hyung belum tidur?"
"Belum. Mataku berat, tapi aku tak kunjung tertidur, haha mungkin naluriku untuk menemani adikku yang sama-sama tak bisa tidur" candanya .
"Kau sendiri kenapa belum tidur Kyunie?"
Kyuhyun tak berniat menjawab. Membuat suasana menghening, membiarkan suara detik jam serta deru napas halus dari Donghae mendominasi.
"Jangan pernah membenciku hyungie..."
"Apa maksudmu Kyu?"
"Apapun yang kulakuakan, jangan pernah membenciku. Aku sangat sangat menyayangimu hyungie"
.
.
.
"Sshh..." Donghae mendesis ngilu saat merasakan sensasi nyeri yang tajam di dadanya. Tak terlalu sakit memang, namun tetap saja hal itu cukup untuk membuatnya terjaga dari tidur lelapnya.
Diedarkan pandangnya ke sekeliling. Hari telah pagi rupanya, jendela-jendela di kamarnya terbuka dengan lebar membiarkan udara segar dari luar masuk, meski ia sendiri tak dapat menghirup udara itu untuk saat ini.
'Pluk'
Sebuah lengan terjatuh di dadanya. Membuatnya meringis seketika karena lengan itu jatuh lumayan keras dan mengenai bagian jantungnya yang tengah sakit.
Donghae mengalihkan pandangnya dari jendela serta ranting dengan dedaunan basah itu. Menatap seseorang disampingnya, si pemilik lengan.
Kyuhyun, adik bungsu yang teramat ia sayangi. Maknae kesayangannya ini tertidur miring menghadap ke arahnya.
Sebuah kekehan geli sekaligus gemas nampak di wajah pias Donghae kala melihat raut wajah sang adik yang begitu lucu kala tertidur. Sangat berbanding terbalik ketika Kyuhyun terbangun, Kyuhyun hanya akan menampakan raut wajah datar padanya, membuatnya begitu iri dengan Jungsoo hyungnya yang sering sekali mendapatkan senyum manis dari sang maknae.
Meski begitu, Donghae sangat yakin jika adik satu-satunya ini sangat menyayanginya. Buktinya dia selalu menuruti apapun yang ia pinta.
Susah payah Donghae menggerakkan tangannya yang masih terasa lemas luar biasa untuk menepuk pipi Kyuhyun pelan "Kyuhyunie..." suara lirih serta serak dari Donghae nyatanya mampu membangunkan Kyuhyun.
Ia mengerjap-ngerjap mencoba mengumpulkan kesadarannya. Seketika ia beringsut ketika ia menyadari posisinya begitu dekat dengan hyung keduanya, bahkan memeluknya.
Donghae tersenyum melihat kelakuan adiknya "Sudah pagi Kyunie...kau harus siap-siap berangkat sekolah. Berhati-hatilah, maaf, karena hyung sakit, hyung tak bisa berangkat sekolah bersamamu ne..." ujar Donghae penuh perhatian.
"Arra" Kyuhyun menjawab dengan jawaban singkat nan datar.
Kyuhyun dan Donghae memang bersekolah di SMA yang sama dan juga mereka berada di kelas yang sama. Ini merupakan inisiatif sang appa agar Kyuhyun bisa menjaga Donghae ketika di sekolah. Sehingga Kyuhyun masuk sekolah setahun lebih cepat dari pada umumnya.
.
Kyuhyun menuruni tangga dengan tenang seperti biasa. Seragam kebanggaan SMA Kyunghee telah melekat di tubuh tingginya. Membuat paras manisnya semakin terlihat.
Tujuannya adalah dapur, bisa ia lihat sang hyung yang tengah kuliah di semester ke-5 jurusan kedokteran itu memasak sarapan dengan lincah disana. Jangan tanya alasan mengapa Jungsoo memilih jurusan itu, ya tentu saja Donghae.
Jungsoo memang terbiasa memasak untuk ke dua adiknya. Appa dan umma mereka jarang berada di rumah dan sibuk dengan rumah sakit yang mereka dirikan di luar negeri. Yah, bisa dibilang jika keluarga Cho adalah keluarga yang isinya orang-orang berprofesi sebagai dokter.
"Ini sarapanmu Kyuhyunie..." Jungsoo tersenyum lembut seraya menyerahkan sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asap di hadapan maknaenya.
"Hyung tak makan?" Tanya Kyuhyun saat melihat sang hyung malah beranjak dengan sebuah nampan di tangannya. Berisi semangkuk bubur, susu, serta beberapa butir obat. Kalau ia boleh menebak...
"Hyung akan menemani Donghae makan. Kau tahu sendiri hyungmu itu baru kambuh semalam. Ah iya, jangan lupa katakan pada saemmu jika Donghae tak masuk arra!"
Jemarinya meremat sendok dalam genggamnya. Lihat, lagi-lagi ia di nomor duakan.
"Arraseo hyung"
.
.
.
SMA Kyunghee...
"Dimana Donghae, Kyu?" Sebuah pertanyaan langsung menginterupsi Kyuhyun kala memasuki kelasnya, pertanyaan dari seorang namja berwajah tampan. Orang yang Kyuhyun ketahui sebagi Siwon, sahabat dari hyungnya. Choi Siwon, si anak konglomerat terkaya di Korea Selatan.
"Dia sakit" Jawab Kyuhyun singkat.
"Mwo? Aish sudah kuduga ia memang sudah terlihat sakit sejak kemarin"
seorang lagi yang Kyuhyun tahu sebagai sahabat hyungnya bernama Eunghyuk ikut menimbrung. Seorang yang satu klub dengan hyungnya, entah apa yang membuat kedua orang itu begitu menggilai dance.
Donghae sangat keras kepala dengan kesukaannya yang satu ini. Apa bagusnya coba? hanya akan membuat Donghae lelah dan pada akhirnya rumah sakit adalah alamat yang ditujunya.
"Benarkah, aku tidak menyadarinya?"
"Kau tidak tahu karena kau tidak se-klub dengannya pabbo. Sudahlah urusi saja klub taekwondomu itu!"
"Hey kenapa bawa-bawa nama klub huh?"
"Sudahlah, bagaimana keadaannya sekarang?"
"Iya, bolehkah kami menjenguknya nanti?"
Kyuhyun adalah tipikal anak yang malas meladeni orang-orang yang berisik seperti mereka.
Maka dari itu ia lebih memilih berjalan ke arah bangkunya dan menghiraukan seruan protes kedua sahabat hyungnya itu.
"Yak jawab pertanyaanku Kyuhyun-ah!"
"Adik Donghae ini benar-benar tak tahu sopan-santun!"
Kyuhyun mendudukkan diri disamping sahabatnya yang tengah asyik menyelesaikan soal-soal fisika di sebuah buku dengan tebal lebih dari 10 cm itu, eoh pantas saja setebal itu, bank soal rupanya.
Kyuhyun tahu betul jika bagi Changmin mengerjakan soal fisika adalah makanan keduanya selain makanan asli tentunya. Dan ia tak mau ambil pusing soal itu.
Mata murid paling pintar seantero sekolah itu nampak menerawang, memikirkan mengapa banyak sekali yang peduli kepada hyungnya. Ia yakin para songsaemnim pun akan khawatir berlebihan jika tahu murid kesayangan mereka jatuh sakit. Meski adalah hal yang lumrah bagi Donghae jatuh sakit, tetap saja mereka mengkhawatirkan kondisi anak didik mereka yang selalu ramah, penurut serta manis pada semua orang.
Para murid serta guru disini memang mengetahui sakit yang diderita Donghae. Appa Donghae memang tak mau menutup-nutupi kondisi anaknya ketika mendaftar ke sekolah ini. Ia berharap teman serta guru Donghae yang mengetahui sakitnya akan membantunya menjaga Donghae.
Meski sering sakit, hyungnya itu memiliki banyak teman yang begitu menyayanginya. Berbeda dengan dirinya, mungkin hanya Changmin saja yang tahan dengan sifat serta kelakuannya. Dan mungkin saja sikap Changmin yang cenderung cerewet seolah saling melengkapi persahabatan mereka. Dan lagi mungkin juga karena mereka berdua murid termuda di kelas ini hingga menyebabkan mereka dekat.
"Kyuhyunie kau datang! Bagaimana pagimu? Baik bukan?! Ah ya, aku tak melihat Hae hyung, dimana dia? Apa dia sakit? Kyuhyunie jawab aku, aku bertanya padamu?!" Lihat, Kyuhyun baru datang saja ia sudah bertindak heboh sendiri.
.
.
.
Donghae berjalan dengan hati-hati menuju kotak tempat menyimpan P3K. Ia hendak mengobati luka di lengannya.
Awalnya sejak bangun tadi ia merasa ada sensasi perih di lengan kirinya. Namun ia hiraukan hingga ia memekik kaget kala kaos putih lengan panjang yang dikenakannya terdapat bercak noda darah yang lumayan banyak.
Donghae membawa kotak P3k itu kedalam kamarnya. Ia tak mau sang hyung yang belum berangkat kuliah itu ikut khawatir melihat lukanya.
Donghae melepas baju yang terdapat noda darah di sana. Ringisan pelan keluar dari bibir pucat miliknya saat merasakan perih pada lengannya kala kain baju itu bersinggungan dengan lukanya.
"Ini..." mata Donggae membulat melihat beberapa luka sayatan yang ada disana. Luka sayatan yang nampaknya dalam itu masih mengeluarkan darah dari dalamnya meski sedikit.
"Bagaimana aku bisa mendapatkan luka ini?" Lirih sambil menatap nanar lukanya.
'Mungkinkah...mungkinkah dia melakukannya lagi?' Batinnya berkata.
.
.
TBC...
