Kris membenarkan letak rambut palsunya yang kali ini berwarna platinum di depan cermin super besar yang menggantung di salah satu dinding kamar tidurnya.
Suara dentuman lagu karyanya sendiri terdengar menghentak dari corong speaker yang terpasang di atas meja. Mendendangkan lagu hip hop semi rapp yang khusus dia ciptakan untuk para cewek-cewek di luar sana yang sudah acap kali menyakiti hatinya—mungkin hal itulah yang ngebuat Kris jadi belok sekarang ini.
Rambut palsu sudah terpasang rapi di kepala. Musik intro sudah hampir habis. Dan ketika bagian pertama dari lagunya nyaris dimulai, Kris segera pasang pose layaknya diva dan memegang stand-up mic yang berdiri menjulang di depannya.
Jengjengjengjengjengjeng
1..
2..
3..
"U R so bad girl!"
Kris kontan menjerit seriosa. Menyamakan nada suaranya dengan lantunan musik yang dia dengar.
"Wŏ cái fāxiàn. Bùshì nĭ duìshŏu. Wŏ bèi dă liăn!"
Tapi kemudian..
Pets!
Musik yang dia dengar mendadak mati tanpa sebab.
Kris yang kaget, sontak menolehkan kepalanya. Menatap sosok sang mama yang sudah menampilkan muka galak. Terlihat jelas jika nyonya Wu itu merasa terganggu dengan suara sang anak yang mengusik istirahat siangnya.
"Berisik." ketus mamanya sebal. Jemarinya menenteng kabel panjang yang menjadi penghubung speaker Kris dengan colokan listrik di dinding.
"Bikin lagu selalu ga jelas, liriknya galau terus. Gitu ngetop aja enggak, udah bikin the best of! Ga enak lagi lagu-lagunya."
Jleb
Kris melongo. Lalu mukanya berubah cemberut ketika denger komentar pedes mamanya.
"Kamu itu udah gede. Udah bisa cari duit sendiri. Mukamu juga ganteng. Keluar sana kek, cari pacar gitu kek."
Jleb jleb
"Kamu ga sedih apa jomblo terus? Tiap malam mingguan sukanya berdoa minta hujan deres. Single bertahun-tahun. Ga sekalian aja kamu bikin album, hah!?" lanjut mama Wu ganas.
Memulai ajang ceramahnya di siang hari ini teruntuk anak yang dicinta.
"Jangan bisanya diem di kamar terus dong. Suka bikin lagu soal cinta-cintaan tapi prakteknya di kehidupan nol besar. Kamu tuh umur berapa sekaran Fan? Kaki doang yang panjang tapi nyali buat bikin anak orang jatuh cinta cetek kaya got di depan rumah."
Kris tersenyum miris. Sedangkan batinnya mulai menangis sedih.
'Bunuh aja gue maaak..'
"Yaaah, mama kok jahat banget sih sama Kris." kata Kris mulai ngambek, dia lalu megangin tangan mamanya sambil monyong-monyongin bibir.
"Udah ya. Mama mau tidur dan ga mau dengerin kamu nyanyi lagi. Mending kalo suara kamu enak, suara udah mirip kaya kentut naga aja bangga pake dipamerin segala."
Kris dobel ngambek. Protes gegara suara serak-serak seksinya disamain kaya kentut naga.
'Dafuq punya emak kok suka banget sih nistain anaknya?'
Dan setelah berkata seperti itu, nyonya Wu langsung membalikkan badannya. Meninggalkan sang anak yang sukses pundung di pojok kamar sambil jedukin kepalanya di tembok.
.
.
.
12 cm
parody story from 5 cm masterpiece by abang Donny Dhirgantoro
warnings: cerita jadi belok dengan kontens maho mahoan. humornya garing. bahasa ga baku. alurnya dibikin asal sama penulis. penistaan karakter. banyak yang ooc. eyd ambyar. rated naik turun tergantung situasi dan kondisi.
yang jelas kalo ga suka ga usah baca. ketimbang elo banyakan protes di kotak review dan bikin gue sebel. kalo suka langsung review aja, jangan jadi sider. yang masih suka jadi sider gue santet biar punya bisul segede tetek onta di lubang idungnya masing-masing. amin.. wkwkwk
*bercanda gaeees. why so serious. bhaks*
yang jelas happy reading ajadeeh
.
.
.
[PDKT IS REAL—PERCAYA DEH KRIS TAO IS REAL]
Sungguh judul chapter yang terlalu memaksa.
.
.
.
Kris yang bosen karena ga tau mau ngapain cuma bisa liatin layar ponsel canggihnya tanpa minat. Sejak tadi pagi ponsel pintarnya itu ga pernah ada bunyi-bunyi notif dari siapapun, mungkin karena dia udah ambil libur kali ya, makanya hapenya sepi notif. Biasanya sih hapenya selalu berbunyi tangtingtung tiap lima menit sekali. Delapan persen notif dari manajer pribadinya yang ngasih tau jadwal pemotretan—inget kan kalo doi itu foto model?. Dua belas persen dari geng pandhawa sableng-nya—aahh, kangen berat kalo udah inget mereka yasalam, mereka lagi ngapain yaa, mereka kangen ama gue juga ga yaa, pikir Kris penuh kerinduan. Dan delapan puluh persen sisanya sms dari mbak-mbak operator kartu perdana—efek terlalu lama jomblo, sampe nomer telpon operator aja dia namain 'Kesayangan Paling Setia'. Emang anjay banget ini cowok.
CENTUNG!
Kris mengernyit heran. Saat logo kotak-kotak kecil di pojok kiri atas layar hapenya timbul satu bintang warna merah. Tanda ada pemberitahuan baru.
Lelaki yang ngakunya anggota paling ganteng se geng ini kontan membuka aplikasi chating miliknya. Dan begitu terkejut saat ada notif yang berbunyi.
sekarang menjadi kontak.
Kris melotot. Ga begitu percaya dengan apa yang dia lihat. Karena masih sangsi, doi pun mengucek matanya berulang kali. Tapi tulisan yang terpampang di layar hapenya tetap aja sama kaya yang tadi.
sekarang menjadi kontak.
Masih kurang jelas?
sekarang menjadi kontak.
SEKARANG. MENJADI. KONTAK.
MENJADI. KONTAK!
"PUJA SAUS TAR-TAR! WHUUUUUUUU!"
Kris seketika itu juga langsung sujud di atas kasur. Lalu menciumi layar ponselnya penuh nafsu. Akhirnya... akhirnya saudara-saudara.. setelah penantiannya yang panjang selama hampir dua minggu meng-invite adik sepupu Luhan itu. Akhirnya dia diterima juga!
Kris buru-buru membukan obrolan dengan kontak yang namanya dia rubah menjadi 'Yayang Taozi'.
"PING!" kata Kris. Memanggil kontak Tao.
Pesan yang dikirim barusan bertanda centang. Tapi lima detik setelahnya berubah jadi pemberitahuan sudah terkirim, namun belum terbaca.
Tiktoktiktoktiktok
Sepuluh menit kemudian...
Read.
Pesan yang dikirim Kris sudah terbaca. Tinggal menunggu balasan.
Tiktoktiktoktiktoktiktok
'Kok ga dibales sih?'
Kris mulai gusar, karena merasa terlalu lama menunggu. Ia pun mengawali percakapan.
["Taozi?"]
Centung!
["Halo bang Kris."]
Senyum Kris kontan merekah. Hatinya begitu berbunga-bunga kala Tao membalas percakapannya.
["Ciee, yang sekarang udah mau nerima invite orang."] balas Kris kemudian.
Dia pernah diberi tahu sama Luhan soal sifat aneh Tao yang selektif banget buat milih-milih teman. Tao emang agak introvert gitu anaknya. Ga suka berada di keramaian. Kalo ngampus juga sukanya sendirian mulu. Jadi mirip sosiopat gitu deh.
["Iya."] bales Tao, datar dan sekenanya.
["Tao sibuk ga ini?"]
["Enggak kok."]
["Bang Kris telfon aja deh. Boleh?"] kata Kris, yang asli mulai bete kalo kudu chat sama orang yang cuma balesin pesannya pake kata-kata seupil.
...
...
Tiktoktiktoktiktoktiktok
Lima belas menit kemudian.
Centung!
["Boleh kok. Telfon aja."]
"YESS!"
Setelah mendapat ijin. Kris joget sambalado di tempat. Sementara itu jemarinya mulai mencetin sederetan nomer yang udah doi hafal di luar kepala. Namanya juga nomer orang yang disayang, tanpa disuruh pun udah doi hafalin begitu dikasih sama si empunya.
Tuut tuut
Cklek
"Halo, Huang Zi Tao's speaking. Dengan siapa saya berbicara? Apa ada yang bisa dibantu?" Tao mengangkat telepon.
Kris tersenyum geli. Seneng aja gitu bisa dengerin suara Tao secara langsung. Soalnya jarang banget dia bisa teleponan sama Tao kalo ga ada yang penting. Itu juga ujung-ujungnya dia bakalan ngobrol ama Luhan. Yang awal cuma modus doang gegara kena penyakit malarindu sama si panda Qingdao ini.
"Tao kan tahu kalo gege yang bakal telpon. Seharusnya ga perlu tanya begitu dong.." kata Kris, setengah bercanda.
"Ah, Kris gege ya. Maaf, habis udah kebiasaan sih."
Kris memejamkan kedua matanya saat mendengarkan suara mendayu Tao. Suara itu. Suara yang Kris pikir adalah milik sesosok malaikat dari surga yang turun ke bumi demi menjumpai hati Kris yang kering dan tandus. Suara yang mampu mengubah dunia Kris yang awalnya abu-abu menjadi berwarna-warni.
Mulai deh, tiap ngebicarain hal yang berhubungan ama Zitao. Kris ga bakal bisa bedain dia sedang ada dimana dan sama siapa. Batas antara langit ama bumi ga bakalan terlihat kalo Kris udah kebebelan sama Tao.
"Tao lagi ngapain?"
"Lagi telepon."
Dzig
Kris manyun. Kecewa sama jawaban Tao yang sebenernya sangat masuk di akal.
'Ya kali gue juga tau kalo itu mah. Bahkan lebih jeniusnya lagi gue juga tau kalo elo lagi telpon ama cowok ganteng bernama Kris!' batin Kris senewen. Secuek-cueknya orang, basa-basi dikit kan bisa Taozi!
"Luhan kemana nih, Zi?"
"Lagi duduk di depan rumah, nungguin mamang tukang bakso lewat."
"Oh, mau beli bakso buat makan siang ya?"
"Engga kok. Mau bayar utang. Udah seminggu beli bakso tapi lupa belom dibayar."
Kris cengo. Kebiasaan Luhan yang satu ini masih aja belom ilang-ilang. Bukan masalah yang suka utangnya lho ya. Tapi sifat pelupanya itu. Kayanya dia ketularan sama temen kerjanya yang asli Changsha itu deh.
...
...
"Kenapa? Mau ngomong sama Luhan gege?"
"Enggak! Jangan. Kita lagi lost kontak ini. Ga boleh ngomong dulu."
Di seberang sambungan teleponnya, Kris bisa mendengar kalo Tao sedang menghela nafas panjang.
"Emang kenapa sih? Pada berantem yah? Kok jarang kumpul bareng lagi?"
"Engga kok.. Ga lagi berantem. Cuma kita lagi ada rencana besar gitu deh, biar surprise kitanya diem-dieman.. Gini loh awal ceritanya..."
"...blablabla..."
Kris kemudian mulai cerita masalah perjanjian yang dibuatnya bersama dengan Luhan, Suho, Sehun dan Chanyeol. Nyaris seperempat jam mulut Kris berbusa gegara ngomong panjang lebar meskipun hanya ditimpali dengan dua-tiga-empat huruf dari Tao; Oh, Iya, Gitu, Hm, Oke, Ooh.
"Nah, jadi gitu ceritanya Zi.."
"Iya.."
'Iya? Kan gue ga tanya apa-apa.. yasalam ini bocah.'
Kris mulai stres. Dia mulai muter otak nyari bahan obrolan biar bisa dengerin suara Tao lebih lama.
"Taozi kuliahnya gimana?"
"Standar sih. Tugas. Ulangan. Tugas. Ulangan."
"Masih suka latihan wushu?"
"Masih kok. Kemarin abis menang telak dari Xiumin sunbae sama Baekhyun hyung."
"Waaaah. Keren.. Sering nongkrong bareng mereka dong?"
"Enggak kok."
"Loh, kok enggak? Bukannya kamu akrab ya sama Baekhyun sama Minseok?"
"Tao kalo ngumpul sama mereka duduk kok. Ga nongkrong."
Plak
Kris tepokin jidatnya. Keras banget saking gemesnya dia sama Tao.
"Yasalam.."
"Loh? Udah mau ditutup nih? Yaudah wa'alaikumsalam."
"YANG MAU TUTUP TELPON ITU SIAPA SIH TAOOO! NJIIIRRR!"
"Ehehehehe.."
Tao cuma ketawa di seberang sana. Sementara Kris mukanya udah kaya orang nahan boker.
"Ya udah deh kalo Tao sibuk. Abang Kris mau bikin lirik lagu nih.."
"Eh? Lagi ada kerjaan ya ge?"
Kris mengernyit, tumben nih buntelan siomay mau kepoin gue?
"Enggak kok. Cuma mau bikin lagu aja, mumpung dapet inspirasi."
"Iya, lagi ada pesenan buat bikin lagu. Kata Luhan gege, Kris gege tuh seniman yang banyak tendernya."
"Yaelah Taozi.. mana ada sih orang mau bikin lirik lagu pake nunggu ada pesenan? Nunggu ada tender? Kalo lagi ngalir idenya, mau bikin kapanpun kan bisa."
"Emang bang Kris mau bikin lagu apa?"
"Lagu buat Taozi."
"Loh, Tao kan ga mesen bang."
'EEEEH EMBUH KAREPMU..'
"Hmmmmmhhh." Kris mengacak rambut palsunya sampe nyaris copot. "Udah ya Taozi, abang Kris mau bobo ciang dulu nih."
"Katanya mau bikin lagu? Kok malah mau tidur?"
"Ya nanti bikinnya kalo udah bangun.."
"Oooh, gitu." gumam Tao, "Oke deh, selamat tidur kalo gitu."
"Iya iya.."
"Terima kasih sudah telepon. Nanti kalo tidur jangan lupa mimpiin Tao ya abang ganteng. Dadaah.."
Pik!
Sambungan sontak terputus. Tapi Kris rupanya ga begitu konek sama obrolan Tao. Apalagi yang paling akhir.
Tapi setelah syaraf di otak Kris mulai berfungsi lumayan baik. Kontan saja satu-satunya organ yang memberikan suplai darah di dada Kris itu berdegup kencang. Semakin kencang dan kencang.
Hingga akhirnya muka Kris boleh disamakan dengan merahnya gagang besi yang membara.
Bluuusshhhh
"YANG TADI TUH MAKSUDNYA APAAAAAAA!?"
PDKT END
ayo buruan revieewwwww gaes! nantikan kelanjutannya segera! calanghae muah :*
