BOYS MEETS WHATS


[11-Jun-16] |Humor-Romance|Monkey D Luffy|Potgras D Ace|Sabo|belong to Oda-sensei


Hujan mengguyur dengan kejamnya sejak dinihari, dan itupula yang membuat Luffy tampak tidak bersemangat sama sekali. Dengan lesu memandangi rintik hujan dibalik jendela kamarnya dengan bola karet yang berada dipelukan.

"Kenapa Luffy, tidak seperti biasanya?" Sabo—Kakaknya yang berambut pirang mendekati Luffy, lalu duduk dimeja belajar adiknya.

"Hujan tidak berhenti, aku bosan. Sungguh bosan, Kau tau!?" balas Luffy dengan lemah, tanpa melihat wajah Kakaknya yang kini dipenuhi raut wajah prihatin.

"Melihatmu begini aku ingin bercerita…" Sabo tersenyum dengan gaya kebapak-annya lalu mengayunkan tangan diudara.

"Pada zaman dahulu…" dan cepat-cepat Luffy memotong, "Sabo! Ada upil dijidatmu!"

"Mana-mana!?"

Luffy melempar bola karetnya kearah Sabo lalu melotot memandangi jendela lagi, wajahnya nelongso karena menyadari hujan semakin deras, entah apa yang ada dipikirannya tetapi lelaki tanggung 19 tahun dengan luka berbentuk X itu hanya diam sembari menatap kearah jendela.

"Ayolah, Luffy. Itu cuma hujan, kau belum mendengar tentang kancil yang..."

"ADA UPIL DIJIDATMU!" dan Luffy kembali berteriak dengan tangan menunjuk jidat Sabo. Lelaki pirang itu tampak menyerah dengan menarik bahu lalu melambaikan tangan ketika melihat bayangan Ace yang sekilas melewati kamar Luffy.

Seperti mengundang Jelangkung, Ace masuk tanpa permisi dengan botol susu yang dipengangnya, "Ada apa, Ace kecil sedang membutuhkanku, kalian jangan menggangguku!" katanya dengan raut serius.

"ACE KECIL? LAWAKAN MACAM APA ITU!?" Sabo berteriak cukup keras sambil tertawa–dan berakhir dengan kekuatan Mera Mera Ace—gosong dipojokan kamar.

"Luffy tengah galau, kau sebagai kakak seharusnya bisa membuatnya berbahagia ditengah hujan gempita ini!" Sabo menjelaskan maksudnya setelah sembuh dari 'ketergosongan' nya.

"He, hujan gempita?" Ace berkacak pinggang sambil mengocok botol susu, lalu menatap Luffy yang masih acuh tak acuh. Ace terus menatap Luffy dalam diam dan memperhatikan adiknya dari belakang.

"Maaf, tapi Ace kecil sedang haus, aku mau memberinya susu dulu"

Lalu menghilang dibalik pintu kamar dengan alasan tidak logis.

Dia hanya bergurau. Mungkin. Sejak Makino melahirkan dan bercerai dari suaminya. Ace jadi sibuk bolak-balik dua rumah hanya untuk mengurus 'Ace kecil'. Jangan bercanda! Umur mereka saja selisih 10 tahun! Tapi apa mau dikata, sudah jadi rahasia umum, Ace adalah pengagum abadi Makino.

Sabo menarik nafas lelah, tiba-tiba terdengar suara sok imut serak dan horror dari smartphone adiknya. Karena Luffy terlihat tidak berniat melihat, Sabo jadi iseng dan membuka smartphone Luffy.

Yowahoshi : "Luffy-sama, hujan ditempatku sudah berhenti"

Sabo terkejut.

Dilihat dari namanya, artinya penakut, kemungkinan si pengirim adalah wanita—atau sudah pasti pengirim pesan ini adalah wanita. Tapi siapa ini?

"Luffy, ada yang mengirim pesan" Sabo bergumam lalu membuka foto profil Yowahoshi dan mempelototinya

"Siapa?" Luffy tidak berniat, tetapi ia memiliki janji dengan seseorang jikalau hujan telah berhenti, dengan segera berbalik dan merebut smartphonenya, tetapi apa daya sang Kakak tengah mempelototi smartphonenya seakan-akan benda itu telah tertangkap basah melakukan pencabulan.

"Yo-wa-h-shi, Si-S-SSI-Siapa ini!" jerit Sabo sembari menyingkir dari juluran tangan Luffy yang semakin kejam.

"Hah? Apa katanya!?"

"SIAPA INI LUFFY, JAWAB!"

"YOWAHOSHI!"

"HAH!?"

"OI, BERISIIKK!"

…..

Hujan berhenti dengan bertahap, dan tertinggal setitik air yang perlahan masih menjatuhi. Meski begitu, Luffy dengan semangat membara membawa bola karetnya dengan payung dan topi jeraminya yang tampak dekil, tapi anehnya banyak yang bilang Luffy semakin dewasa semakin keren dengan topinya.

"Aku berangkat,shishsishishi."

"Hati-hati, Luffy!" Makino melambaikan tangannya pada anak angkatnya satu itu, lalu tersenyum bahagia karena merasa bahwa anaknya tertuanya sudah bisa dilepas dengan perempuan.

Tetapi tidak dengan Sabo dan Ace, setelah insiden tadi. Sabo mengajak Ace untuk berdiskusi lebih intim—uhuk, maksudnya lebih serius di kamar Luffy dan membahas beberapa foto yang didapatnya setelah membajak smartphone Luffy.

Setelah menidurkan Ace kecilnya dikasur, Ace dibawa kepojokan oleh Sabo dan disodorkan sebuah foto yang sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka berdua.

Kalau dideskripsikan foto tersebut adalah adegan Luffy dengan gadis berambut pink yang sedang memakan es krim berdua di taman dengan bantuan pihak ketiga—sebagai tukang foto, tentunya, dan perempuan itu mencium pipi Luffy dengan manis—oh,astaga. Adengan ini membuat Ace panas karena tidak bisa menirukannya dengan Makino— uhuk, lalu saling berpandangan dengan mata melotot nyaris keluar.

"A-Apa-apaan ini!?" Ace menyerobot smartphone Sabo dan membuka foto Luffy yang lain. Sedangkan Sabo mengangkat bahu, "Well, ternyata adik kita lebih laku dari yang kita kira. Awalan yang bagus…" Sabo tersenyum kuda.

"...dan berakhir dengan hamilnya si perempuan! Aku tidak ingin dia harus bolak balik dua rumah sepertiku!" Ace menjambak rambutnya sendiri. 'Tidak ada yang mau berakhir sepertimu, bodoh' batin Sabo dengan mata yang dipicingkan.

Lalu foto Luffy dengan dua orang gadis, yang satu berambut oranye dan hitam. Memakai kimono dengan posisi saling mencium Luffy.

"Apa tidak ada adengan yang bagus selain ini!?" Ace mencoba mengetuk pilihan 'delete' tetapi Sabo menahannya. "Ini bagus, kita menyadari bahwa integritas adik kita jauh dibanding kita sendiri yang mengaku dewasa, bayangkan kita sudah berumur 23 tahun tapi masih setia dengan kesendirian!" Sabo memejamkan mata apalagi menyebut kata 'kesendirian'.

"Maaf Kyodai, aku sudah memiliki Ace kecil, dan seorang bidadari didapur" tungkas Ace sambil tersenyum meremehkan.

Lalu mereka melihat foto yang lainnya, muncul foto Luffy dengan gadis yang nampak lebih dewasa dengan duduk disamping Luffy. Wajahnya merah, dan nampak malu-malu.

Foto terakhir seorang gadis berambut biru muda merangkul dan mencium Luffy dari belakang.

"OH SHIT, Luffy benar-benar beruntung!" Ace mengigit bibir bawahnya.

"YEAH MAN, KILL HIM!" Sabo ikut-ikutan mengigit bibir bawahnya sendiri.

…..

"Tadaima!" Sebuah suara mengelegar membuat kedua lelaki itu terkejut dan mengucap salam.

"Okaeri!"

Terlihat tiga sosok, yang pertama dengan perawakan big muscle dengan rambut putih dan suara benar-benar power full. Monkey D Garp— kakek mereka tercinta.

Kedua, Luffy sendiri yang pulang dengan bola karet dipelukannya, bajunya telah ganti. Rambutnya basah, dengan penuh kebingungan mendapatkan deathglare dari kedua kakaknya.

Ketiga, gadis berambut pink yang tersenyum malu-malu sambil menenteng tas sedang. Lalu menggandeng tangan Luffy dengan ekspresi takut.

"Ace, Sabo! Lihat apa yang kalian ajarkan kepada Luffy!" Kakek kece itu menjitak cucunya dengan penuh sayang, "Lihat, pulang-pulang membawa seorang gadis, kapan kalian berdua bisa begitu!? Bwahahahaha!"

Jleb.

Setidaknya, Ace tidak merasa sejatuh Kyodainya yang sudah menyentuh lantai.

"Shishishishi, Kak perkenalkan ini Yowahoshi…" sambil membelai rambut gadis yang lebih tinggi darinya, Luffy tersenyum selebar biasanya.

"A-Ano, Nama saya Shirahoshi…"

Ace yang niatnya ingin berbalik jadi terkejut dan berhenti lalu berbalik, "Hah? Shirazu?" panggilnya sambil memandang gadis itu bingung.

"Budeg, Shirahoshi…" Sabo menginterupsi dengan emosi yang sedikit menjadi. Lalu menarik Ace meninggalkan mereka, tetapi Luffy berteriak di ruang tengah untuk mengumpulkan anggota keluarga mereka sesegera mungkin, sehingga Sabo akhirnya terduduk lemas di sofa.

"Ada apa Luffy?" Makino dengan apron hijau lumut datang pertama kali, Ibu angkat Luffy satu itu sepertinya baru selesai memasak sesuatu. Sedangkan Garp juga datang dengan segelas susu di tangannya dan cucunya yang paling kecil—baca: Ace kecil— menempel dibahu akibat kemalasan kakek satu itu untuk menggendongnya.

Sabo duduk disofa dengan kedua tangan memangku kepalanya dan Ace duduk disebelahnya untuk menenangkan emosi Kyodainya. Sungguh anugerah bagi Sabo memiliki saudara yang pengertian seperti Ace, lalu memandangnya dengan penuh nestapa. Sayangnya, Ace berdiri dan menjauhinya, selanjutnya ia mendekati Makino dengan senyuman lebar untuk sekedar bertanya apa yang dimasaknya.

"Makino, Kakek, Sabo dan Ace, namanya adalah Yowahoshi, dia ingin menginap tujuh hari disini!" Luffy berteriak, lalu diakhiri dengan tawa khasnya 'Shishishishi' dan memboyong gadis merah muda itu kekamarnya sendiri tanpa mendengar lenguhan (atau tarikan nafas lelah) Sabo.

"BWAHAHAHAHAA! TERSERAH PADAMU, TAPI JANGAN SAMPAI HAMIL DULUAN, LUFFY!" Garp tertawa lalu pergi dengan cucu kecilnya menuju dapur.

"EHH, Kakek, tunggu dulu, Luffy membawa wanita, bagaimana kau begitu? Kakek!?" Makino membuntuti Garp dari belakang karena tidak menerima keputusan Garp memperbolehkan Luffy membawa wanita.

Ace hanya diam, tapi ia memberikan jempolnya, '…good job, Ototou…' batinnya.

Sabo berbusa.

….

Luffy menutup pintu kamarnya lalu tersenyum kepada Shirahoshi dengan lebar, duduk ditepi ranjangnya dengan tertawa dan melepas topi jeraminya.

"Shishishishi…"

"Luffy-sama, bagaimana ini?" Shirahoshi bertanya dengan wajah panik, tentunya. Apa yang terjadi jika ia tinggal dengan seorang lelaki selama tujuh hari dalam satu kamar!? Oh, kepala Shirahoshi berputar dan pipinya panas.

"Kau ingin jalan-jalan kan? Neptune dan Fukaboshi sudah mengijinkan, besok kita jalan-jalan!" Luffy menjawab dengan senyuman lebar andalannya lalu ambruk dikasur sambil tiduran. "Kita jalan-jalan dengan Mugiwara crew besok!" lanjutnya sambil tersenyum.

"B-bagaimana dengan Kakek Garp?"

"Dia pasti mengijinkan, asal kau tidak hamil…"

"Eh!?"

"Oh ya, hamil itu apa sih?"

"HEEH!?"

"Penyakit ya?"

Belum sempat Shirahoshi menjawab, pintu kamar Luffy sudah dijebol dengan kekuatan monster.

BRAK!

Makino membuka kamar Luffy dengan mata terbakar semangat, lalu merebut Shirahoshi dan memeluknya erat-erat. "JADI INI CALON MENANTUKU!?" Makino memandang Luffy bahagia.

"Menantu? Makanan macam apa itu, Makino?"

"EEHH…!"

Makino tersenyum, "… itu bukan makanan, Sayang. Bersenang-senanglah, aku akan menyiapkan bajumu untuk nanti malam, apa kau muat dengan bajuku, kau bisa tidur denganku. Aha! Luffy dia bisa tidur denganmu!" Makino berbicara dengan cepat, mengeluarkan aura ke-ibuannya sebagai ibu angkat Luffy dan mengeluarkan semua perhatiannya yang tertahan, bahagianya ia karena sebentar lagi Luffy akan menapaki tangga kedewasaan.

Diluar, Sabo menyandarkan jidatnya di tembok dengan punggung yang dielus Ace sampai panas. Menerima bahwa ia lelaki dengan perawakan tinggi, merasa sempurna bahkan memiliki pekerjaan tetap dengan gaji lumayan. Berumur 22 tahun— MASIH jomblo— bahkan kalah dengan adiknya yang dibilang tinggi malah cebol, dibilang ganteng malah gak karu-karuan dengan codet dan juga sifat egoisnya yang setinggi langit.

"DEMI DEWA!" batin Sabo mengenaskan.

Makino keluar sambil menutup pintu, memandang kedua lelaki yang dianggapnya anak sendiri. "Apa yang kalian lakukan, Sabo-kun, Ace-kun?" tanya wanita hijau daun itu lalu mendekati keduanya.

"Kenapa namaku disebut paling akhir?" Ace menginterupsi dan seketika lupa dengan Sabo. Ia lebih memilih meladeni calon istri—sepihaknya—ketimbang mengurusi Sabo dengan semua kejombloanya.

"Ace-kun, itu tidak penting…" Makino tampak tidak memperdulikannya dan memilih melihat Sabo yang nampak mengenaskan. "Sabo-kun?"

"Ah, Makino. Hatiku sangat sakit…" jawab Sabo lalu berjalan gontai menuju kamarnya yang letaknya tepat didepan kamar Luffy. "Akan ada suara aneh didepan kamarku, nanti malam…" lanjutnya lalu menutup pintu kamar.

Mereka hanya memandang Sabo keheranan, lalu Ace melancarkan jurusnya. "Makino, bagaimana denganku?" tanya ia tidak logis lalu dijawab senyuman manis Makino. "Memangnya kamu kenapa, Ace-kun?"

"Aku kepadamu, selamanya!"

"Gombal, sudah sana!"

Percakapan mereka berakhir dengan dorongan Makino yang terkesan lembut tapi terasa seperti bantingan kakeknya.

….

Makan malam bukanlah hal yang 'cetar membahana' terkhususnya bagi Sabo. Melihat Ace yang manja dengan ibu tiri mereka (siapa lagi kalau bukan Makino) dan melihat Luffy asyik suap menyuap dengan Shirahoshi.

Garp— Kakek mereka malah suap-suapan dengan cucu terkecilnya. Nampaknya syaraf sensitifnya sudah putus. Melihat seperti ini, Sabo memutar mutar sendoknya.

"Kak, kami besok akan jalan-jalan dengan kru Mugiwara, mau ikut?" Luffy tiba-tiba nyeletuk ketika menyadari perubahan sifat Sabo yang tidak seperti biasanya,"Kau tidak seperti biasanya, Sabo. Apa kau bosan dengan kancil?" lanjut Luffy lagi to the point.

"Kancil jomblo sedang tidak mood, Luffy" sindir Ace cepat, disambut tawa Makino. "Kalian ini…" gumamnya sembari mengambil piring bekas makan mereka.

"Jomblo? apa kau setua itu, Sabo?"

"Itu jompo, Luffy!"

Sabo menarik nafas panjang lalu mengembuskannya kuat-kuat, ia melirik Luffy ( dan mencuri-curi pandang pada gadis merah muda disamping adiknya) lalu memicing kearah lain.

'Oke, setelah dia mengolokku, dia mengolok dirinya sendiri, dari mana sisi kerennya sicodet ini?' Sabo semakin memicingkan matanya ketika Shirahoshi tertawa dengan Luffy. "Kau anggap apa teman-temanmu itu? Memangnya bajak laut, kok dipanggil kru!" Ace menginterupsi, selalu mengambil peran 'smart guy' didepan adik laki-lakinya.

"Yah, mereka adalah Nakamaku!" Luffy melanjutkan makannya, lalu tertawa, "Shishishishi…"

Sabo mengigit udang teriyaki dan menunjuk Luffy dengan sumpit, "Aku ikut, lagian besok aku off" jawabnya dengan santai—dan agak bete. Ace berpikir keras, jujur. Lebih baik dirumah, ia bisa memandangi Makino sepuas-puasnya atau mengurus Ace kecil, tapi Kyodainya sedang dalam masa-masa sulit. Apa yang harus ia lakukan?

"Kau pasti ikut-kan Ace?"

Sabo telah melancarkan serangan.

"M-Maksudmu? Ace kecil, bagaimana?" tungkasnya sembari memandang Sabo jengkel, sedangkan wajah Sabo berubah horror.

"Kakek Garp sedang bebas tugas, ia akan menemani adik kita tercinta!" jawab Sabo dengan tawa kemenangannya. "Oke!?"

'Shit, scary manipulator…' batin Ace menyerah.

….

Luffy adalah mahasiswa dengan jurusan kelautan, dalam satu kampus Universitas New World ada banyak jurusan kelautan yang dipadukan dengan gaya mengajar militer, tetapi itu pula alasan Unversitas ini selalu menghasilkan mahasiswa dengan kualitas top markotop.

Mugiwara adalah salah satu organisasi di universitas ini, awalnya dipanggil Straw Hates Pirates untuk para pendatang dan mahasiswa baru. Tetapi sejak era pergantian Rektor Akainu, lama kelamaan mereka dipanggil Mugiwara. Dengan liburan musim semi seperti ini, organisasi harus melakukan wisata ke beberapa tempat dan kembali dengan bertumpuk laporan perjalanan, keuangan, pengeluaran, pengumpulan bunga, dan pinjaman.

Mungiwara memiliki sembilan kru, dengan semua keunikan mereka, ;

Roronoa Zoro, dikenal baik dalam klub kijutsu (atau segala jenis olahraga pedang) dan olahraga angkat berat. Selalu lolos di olimpiade dan selalu ketiduran ketika gilirannya dipanggil— kenyataannya begitu tetapi pelatih tidak pernah kapok memasukkannya dalam daftar atlet berprestasi.

Nami, gadis dengan kemampuan klimatologi dan kartografi yang luar biasa. Menjadi anggota tetap Departemen Geografi Grand Line Tokyo sejak umur 17 tahun. Tetapi juga renternir sekelas dunia dan menjadi pemberi hutang terkenal ,mengalahkan artis Hollywood dalam hal menghitung uang.

Sanji, Koki dan perayu tingkat dewa. Berasal dari Prancis, pernah membantu meruntuhkan gedung setebal 10 meter dengan sekali tendang. Sejak itu dipanggil Kuro Ashi oleh Rektor Universitas New World dan mendapat penghargaan menendang bokong setiap orang yang mencoba mencium bunga dahlia ditaman Universitas.

Nico Robin, Arkeolog jenius yang dikenal pemerintah dunia dari umur 12 tahun sebagai anak emas. Menterjemahkan sasekerta dan poneygliph. Berasal dari Ohara, dan memiliki kependudukan Russia. Robin memiliki hobi membaca buku dan minum kopi pahit, serta memiliki hidung paling mancung di dalam organisani Mugiwara.

Franky, cyborg, mahasiswa dengan jurusan elektronik paling jenius dan terdepan. Impiannya menjadi pengrajin dan perakit membuatnya mengalahkan Estein dalam bidang elektronika dan sains, isu selanjutnya ia ingin membuat sebuah armor raksasa berbahan alumunium anti gores bernama Amored Ore : Iron Pirates.

Tony Tony Chopper, rusa, tidak dapat dideksripsikan, tetapi murid yang selalu dibanggakan oleh mantan Rektor Sengoku Universitas New World dan diisukan menjadi anak yang diramalkan. Selalu berkutat di laboratorium kimia dan fisika, berita terakhir Chopper berhasil membuat bulunya menjadi halus dengan rekayasa cairan raksa.

Ussop, Mahasiswa dengan hobi panahan dan tembak, pernah menjuarai olimpiade panahan enam kali berturut-turut. Berkeinginan membuat lubang di bulan dengan menggunakan ketapel biasa, hingga akhir-akhir ini sering menghitung perbedaan gaya di bulan dan bumi serta hubungannya dengan pasang surut air laut.

Brook, Musician, sering mengadakan konser yang berakhir kericuhan besar. Bahkan digosipkan kericuhan Libya didalangi oleh konsernya yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Namun pemerintah dunia tidak mampu menangkapnya karena kurangnya bukti. Secara alamiah Brook masih memiliki rasa lapar dan benjol ketika merasakan sepatu hak tinggi milik Nami tetapi faktanya ia hanya tengkorak.

Dan anggota terakhir, Monkey D. Luffy, penyandang inisial D yang kekuatan dan kepintarannya masih diliputi misteri, tetapi berita yang dilaporkan wartawan terakhir kali, Luffy terlihat berdiri ketika penerimaan komandan bintang pertama dan diyakini ia memiliki pangkat Jendral Komandan tertinggi. Setidaknya bukti konkretnya adalah sikap Monkey D. Garp yang akhir-akhir ini melunak padanya.

Atau yang menjadi perdebatan diantara dosen jurusan Fisika dengan jurusan Kelautan adalah foto Luffy yang berdiri didepan menggantikan Dosen Doflamingo ketika diketahui lelaki berkacamata itu absen selama sebulan. Sehingga membuat Doflamingo meminta Luffy melakukan lintas jurusan yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh Dosen Shanks—pengajar Luffy.

Intinya isu sensitif itu membuat Universitas ini dinilai sangat unggul dalam bidang apapun.

Setelah membaca tulisan author, Sabo membanting smartphonenya di kasur.

"APA-APAAN INI!" jeritnya, "Apa ini edisi Luffy yang tersembunyi?" lanjutnya mengacak-acak rambutnya.

'Setidaknya, di anime dan manga Luffy keliatan kakkoi banget kok' Author menjawab sambil ngupil. Sabo berusaha mengacak-acak wajah Author, tetapi dengan jurus 'fly with tut' Author berhasil terbang dengan kekuatan kentut Author—yang tentunya sama sekali tidak berbau.

'Ayolah Sabo, dalam tulisan diatas kamu pasti menyadari satu atau dua hal yang bagus' kata Author (masih) ngupil.

"Yeah, good news, ada parempuan yang cukup menggoda!" katanya dengan wajah penuh cinta. Author memicingkan mata kearah lain.

Luffy memintanya bersiap, setelah memakai jeans dengan kemeja biru dan rompi hitam Sabo keluar dengan wangi musk yang membuat siapapun mengira rumah ini didatangi hantu siang bolong. Termasuk Garp— yang terbangun karena mencium wangi tersebut.

Luffy memakai kemeja merah maroon dengan dasi hitam, topi jerami dekilnya menempel setia di kepala. Shirahoshi dengan dress pink senada dengan rambutnya, ada riasan rambut yang cocok membuatnya semakin imut. Ace hanya memakai jeans dengan kaus oblong tanpa niat bergaya sedikitpun, halah, lelaki satu itu –bahkan kalau Makino yang memintanya rapi, hanya akan ditanggapi dengan lenguhan malas.

"Siapa yang memakaikan riasan ini?" Ace bingung, karena setahu Ace Luffy itu cebol. Selama dua tahun cuma bertambah 4 sentimeter, sedangkan Shirahoshi memiliki body model—montok dan tinggi— Luffy mengangkat tangannya sambil berjinjit.

"Bohongkan!"

"Beneran!"

Sabo specheels, apakah gadis polos ini rela menundukkan kepalanya demi lelaki bercodet yang pendek dengan keegoisan tinggi, bagaimana mereka tadi malam?

…. [Flashback Night]

Sabo melompat kearah sofa setelah makan, ia tidak berniat untuk kembali pada peraduannya dikarenakan takut mendengar suara yang aneh dibalik pintu yang bertuliskan 'Aku the next King Pirates!' atau ia akan bermalam minggu dengan kutukan.

Jadi menghabiskan malam dengan menonton pertandingan bola ditemani Garp –yang sudah ngorok duluan dengan cucu di pangkuannya (juga tidur dengan posisi sama persis) membuat Sabo sangsi kalau anak itu cucunya.

Berbeda dengan Luffy yang langsung ngacir menuju kamarnya—diikuti Shirahoshi setelah membantu Makino mencuci piring.

Lain lagi dengan Ace, lelaki itu sudah tewas dikamarnya.

Sabo masih mempelototi televisi, ia tak ingin beranjak hingga jam tiga dinihari. Dijam segitu siapa yang masih rela 'melek'? pasti itu manusia kurang kerjaan, ketika jam menunjukkan pukul 4 pagi barulah Sabo memasuki kamarnya. Garp sih sudah tidur dikamarnya setelah dibangunkan Makino.

….(Sebenarnya di kamar Luffy)…

"L-Luffy-sama…"

"Mh, ngh?"

Shirahoshi baru kembali dari dapur, Ia sudah menemukan mayat—eh, sosok Luffy terlentang tanpa menyembunyikan irama gergajinya. Kamar dalam keadaan berantakan, padahal baru saja Shirahoshi merapikannya. Ada kaus dalam dikasur, bola karet, sepatu, cokelat, tulang daging, kaos kaki, celana, boxer, dan topi dalam satu kasur.

"Bangun, ayo bangun…"

Luffy bangkit dengan berat, ilernya sudah lari kemana-mana. Sembari mengucek-ucek mata ia menatap Shirahoshi dengan penuh tanda tanya. "Kau harus membereskan kapal pe—maksudku, kamarmu sebelum tidur,Luffy-sama…" nasihat Shirahoshi dengan lembut disambut anggukan Luffy.

"Tapi aku ngantuk…"

"Aku juga, tapi aku tidur dimana?"

Luffy akhirnya bangkit sambil menjumputi barang-barangnya, gadis itu kebingungan karena Luffy yang tiba-tiba OOC. "Luffy-sama?"

"Kau mau tidur kan?" kata Luffy diselingi merem-melek, gadis itu tersenyum prihatin lalu mengangguk.

"Luffy-sama, tidak usah repot-repot…" belum lagi menyelesaikan perkataannya, Luffy mengambil semua barang-barangnya di kasur dan menerbangkannya (baca : melempar) kearah lain, ia mengambil seprai baru bergambar ikan koi di almari dan mengganti seprai lamanya. "Kau mau aku membiarkanmu tidur diluar?" katanya sembari mengucek mata, "Hora, pakailah ini, belum pernah kupakai…"

Shirahoshi terdiam, sosok yang egois didepannya rela bangun, membersihkan kamarnya, mengganti seprai dan merelakan selimut –yang katanya tidak pernah dipakainya sekali pun—membuat gadis itu terharu.

"Luffy-sama yakin, engga kedinginan?"

"Aku tidur gak pernah pake selimut kok, shishishishi…"

Mereka tertawa bersama, dengan cekatan gadis pink itu mengambil baju tidur lalu berjalan menuju toilet untuk ganti baju, saat ia keluar sambil tersenyum. Keringat segede drum membanjiri keningnya, "Astaga Luffy-sama!"

Mayat itu sudah guling-guling di tumpukan barang-barangnya sendiri.

Sebenarnya tidak ada yang terjadi, Luffy tidur di bawah sementara Shirahoshi tidur dikasur. Masih terlalu dini baginya untuk melakukan hal-hal yang 'madafaka' seperti itu. Sayangnya, otak Sabo terlalu reaktif untuk hal semacam ini.

[Flashback off]….

….

Sabo menginjakkan kakinya ke pasir setelah berganti baju, rautnya senang (banget, kaya anak kecil) karena sebagai seorang lelaki yang memiliki sifat pekerja keras, ia sangat jarang refreshing ke pantai. Ace sendiri cuma ganti celana pantai, bahkan sosoknya sudah terlihat mengapung di air dengan ban karet, lalu Luffy masih ketawa-ketiwi didepan kamar ganti wanita dan herannya tidak ada yang protes sama sekali—Sabo bahkan mendeathglarenya penuh dengki—sampai Shirahosi membuka pintu kamar ganti.

"B-Bagaimana penampilanku, Lu,Luffy-sama?" Shirahoshi bergaya sedikit, bikini pink miliknya imut walaupun ditutup dengan baju pantai yang trasparan.

"Hm, bagus kok!" Luffy celingukan, lalu menggandeng Shirahoshi menuju kearah Sabo. Sedangkan sang Jones satu itu langsung mimisan dan seketika hilang kesadaran. Luffy meninggalkan mereka berdua dengan alasan mencari teman-temannya, dan Ace tidak tertarik kalau tidak ada sang Bidadarinya—siapalagi kalau bukan Makino—hanya tidur mengapung di ban karet.

"Pakaian yang bagus…" Sabo melancarkan jurusnya, walaupun matanya masih lari keatas karena takut mimisan lagi. Sedangkan Shirahoshi hanya tersenyum malu, "T-terimakasih…"

'Ugh, sialan Luffy…'Geram Sabo penuh amarah, matanya lari kesana-kemari, antara awang-awang dan awing-awing sedangkan Shirahoshi, ia tampak tenang tetapi sebenarnya ia panik melihat ekspresi Sabo yang mengerikan.

Setengah jam mereka hanya duduk, Sabo masih tidak bisa mengendalikan diri dan masih melarikan pandangannya kesana-kemari. Shirahoshi menunduk, gadis itu dengan setia menunggu Luffy. Lalu Ace, ia masih mengapung dengan ban karet—bahkan ditempat yang sama— tanpa peduli kalau gerakan air membawanya semakin jauh dari bibir pantai.

"Halo, Minna!"

Pandangan kedua mahluk berbeda gender itu refleks menoleh, ada sembilan orang disana. Luffy memimpin, dibelakangnya ada dua gadis dan satu rusa, dibelakangnya lagi ada 4 laki-laki dan paling terakhir, tengkorak?

"Kenapa kau lama sekali, Luffy!?" Sabo menyemprotnya walaupun masih menjaga image didepan wanita-wanita. Luffy hanya membalasnya dengan cengiran kuda, ia mendekati Shirahoshi lalu menariknya sambil berteriak,"Yosh, Minna, semua sudah lengkap. Aku dan Yowahoshi akan bermain, kalian bisa melakukan apapun..."

"Ha'i, Sencho!" Serempak mereka berteriak.

…..

…...

Sabo melotot, misinya ikut bersama Luffy tidak lain dan tidak bukan adalah ; mencari jodoh! Jadi kita lihat apa ada yang cocok dengannya?

Nami ada di pinggirnya, duduk dengan santai. Gadis yang satu itu memang tidak ragu untuk memamerkan keindahan sensual, Sabo menarik ludah.

Robin bermain dengan Chopper, setidaknya mereka cuma berjalan jalan. Sesekali anak rusa itu menunjuk benda-benda aneh dan Robin akan menjelaskannya, mereka lebih mirip sebagai ibu dan anak.

Lalu, Shirahoshi. Yah, bisa dilihat dengan jelas ia sedang bermain balon dengan Luffy. 'Cih, kenapa sih gadis itu mau dengan Luffy?' pikir Sabo sambil mengeram, beranjak lalu mendekati Ace.

"Bagaimana?" Ace berteanya tiba-tiba, bahkan karena 'tiba-tiba'nya Sabo terjerungkang kaget. "Jangan tiba-tiba bertanya begitu dong!" balas Sabo sambil menendang wajah Ace, meskipun meleset.

"Ayolah, Bro. Tidak mungkin kau kalah dengan Luffy, kau bisa lihat-kan?"

"Apanya!?"

"Banyak 'balutan sensual musim semi' disini, kau bisa mempelototi banyak hal."

"Bodoh, lalu bagaimana denganmu?"

Ace menjentikkan jarinya dan tersenyum sok keren, "Maaf, Bro, aku tipe orang yang setia…"

Sabo menendang wajahnya (meskipun meleset) dan menyemprotnya keras, "SIALAN!"

Sabo kembali dengan jengkel lalu duduk diatas hamparan pasir yang panas. Angin semilir menerbangkan helaian rambutnya dengan pelan, matanya memandang hamparan air laut yang begitu luas. Mengembangkan segala pikiran yang selalu dibendungnya, ada perasan irasional di kepalanya, tetang sebuah impian ; untuk memiliki seorang pacar.

Oke, sepertinya itu sedikit sulit dilakukan.

"Sabo-san, apa yang anda lakukan dibawah sinar matahari seperti ini?"

Sabo tekejut hingga salah tingkah, ia berdiri dengan kaku dan menjawab dengan setengah gagap. "Ugh, Anu, A-A-aku sedang DUDUK!"

Robin terkejut, gadis itu menggandeng Chopper. "Fufufu, sepertinya anda harus berteduh…" jawabnya sambil tersenyum. "Aw, Pria Lautan sejati(?)" Franky ikut menjawab. Eh, tunggu, Sabo melotot. Jadi mereka bergandengan!? Robin menggandeng tangan kanan Chopper dan Franky menggandeng tangan kiri Chopper!? Apa-apan itu!? Mereka terang-terangan menunjukkan status mereka!?

"Kalian co-cocok sekali…" Sabo sedikit berkomentar, walaupun dengan nada memaksa. "Eh, masa sih!?" Chopper angkat bicara—dengan tubuh terangkat. Franky tersenyum lalu berteriak, "Sudah pasti, AW!" Robin tersenyum.

"Sebenarnya kami menggunakan jurus Nami, Robin jadi Ibu, Franky jadi ayah, Brook jadi kakek, Aku, Hige Mayuge, Ussop, Nami, Chopper jadi anak-anaknya…" Zoro angkat bicara, walau kedatangannya hampir menyerupai misdirection. "Berterimakasihlah Muarimo, dengan jurus Nami-san kita bisa mengurangi biaya pengeluaran…" Sanji berujar sambil menendang kepala belakang Zoro, "…dengan setengah harga…" sambungnya kemudian.

"Wow, dahsyat sekali…" komentar Robin melihat tendangan Sanji yang berhasil melemparkan Zoro ke air laut.

"Bukankah itu keren, kita satu keluarga, Yoho-yohohohoho…!"

Sabo hanya tersenyum prihatin, ia akui kreatifitas mereka cukup tinggi bahkan modal sebagai manusia tak tahu diri juga sudah mencukupi sebagaian dari mereka. Sabo akhirnya bermain air dengan Chopper ketika anak rusa itu ditinggal Robin dan Franky, alasannya? Mereka ingin membelikan makan siang untuk semuanya—walau Sabo tahu itu hanya trik pengalihan agar bisa berdua, tapi Chopper sangat lugu.

Sabo menciptratkan air laut kearah Chopper dan dibalas lemparan bola pasir(?) yang membuat Sabo terpental jauh, "Gwaah, Sabo-san!" Chopper berteriak, Sabo terlentang sambil menangis—apa dirinya tidak cocok bahkan untuk menjadi seorang ayah?

"Chopper, kau salah bukan pasir tapi airnya. Ayo ikut aku," Zoro berteriak, lalu menggandeng Chopper dan bermain bersamanya, "Cih, bahkan anak pertama yang punya kerjaan tidur terus bisa dapat ship bareng banyak cewek…" gumam Sabo masih menangis.

Sudah dulu untuk Sabo, mari kita lihat apa yang Luffy lakukan (dilempar karang oleh Sabo).

"Yowahoshi, inilah pantai!"

"Hwaaa, indah sekali Luffy-sama!"

Luffy tersenyum lebar, "Yah, kau tidak pernah keluar dari kamarmu selama sepuluh tahun, wajar saja." Sambungnya sambil menarik lengan Shirahoshi.

Mereka memasuki air lalu berebut bola—mungkin terlihat mengasyikan, tetapi dari sudut orang yang melihat mereka ini lebih mirip seperti anak-anak yang bermain dogeball, hanya berebut tanpa melempar, tidak seru.

Baru beberapa menit bermain, datanglah sesosok lelaki. Shirahoshi terlihat takut campur kaget, Luffy heran. Ada apa dengan ekspresinya, dengan slow motion mengalihkan pandangannya kebelakang. "Apa yang kau lakukan, Mugiwara-ya?"

JEDEERRR

Bagaikan sambaran petir sebesar Perfektur Tokyo, Lelaki itu tidak lain dan tidak bukan adalah orang bertato DEATH yang setiap hari selalu mengajak Luffy makan siang walaupun Shirahoshi dengan tegas melarangnya.

"Torao!" Luffy hanya terkejut, "Trafalagar D Water Law!" lain lagi dengan Shirahoshi yang benar-benar terkejut sampai menjerit. Tidak mungkin kan!? Lelaki itu adalah keluarga jauh Luffy, karena inisal D-nya tetapi, Shirahoshi sangat melarang keduanya berhubungan.

"Aku tanya sekali lagi, apa yang kau lakukan Mugiwara-ya?" Law bertanya meskipun tahu mereka hanya melakukan lempar tangkap bola pantai, tapi urat cemburu Law bisa memutuskan syaraf berpikir logisnya.

"Ma, hanya lempar tangkap." Luffy mengangkat bola tinggi-tinggi membuat Law kaget lalu berpaling sambil menutup mukanya, "Torao?" tanya Luffy kebingungan. Namun Shirahoshi mengenali ekspresi itu langsung menarik Luffy untuk berpindah tempat.

"Kenapa, Yowahoshi?"

"Luffy-sama, ayo berpindah tempat. Di sana panas," Luffy diam lalu cengar-cengir seperti biasanya, mereka terduduk di bawah pohon kelapa yang melengkung, Lucky karena mereka bisa mendapatkan tempat indah dan teduh. Baru beberapa menit Luffy tertidur dipangkuan Shirahoshi, gadis pink itu sudah mendapat deathglare dari Law hingga lelaki itu berasap dan hampir gosong.

Begitulah Luffy dan kekasihnya, bagaimana dengan Ace?

Masih dengan posisi yang sama, tidur mengapung di ban karet. Author menendang Ace, 'gerak dikitlah!' tetapi Ace berhasil menghindarinya dan melenguh malas, didalam otaknya hanya ada 90% Makino, Makino, dan Makino, 5% makan, makan dan makan, 5% untuk yang lainnya.

"Haah, mungkin kalau ada Makino semuanya menjadi tambah indah…" lenguhan Ace menjadi kenyataan, ada suara Makino memanggilnya dari kejauhan, awalnya Ace hanya menganggapnya mimpi. Tetapi, semakin jelas terdengar namanya disebut, Ace langsung berbalik dan menuju pantai dengan suka cita.

"Makino…!"

Sabo mendatangi Makino, "Kau kepantai juga, mana anakmu?" komentar Sabo sambil meihat baju renang Makino yang terlihat seksi dan dewasa, Sabo menarik ludah—lalu digaplok Ace dan dibuang ke laut. "Kau datang bersama siapa, Makino?" Ace tersenyum lebar dan salah tingkah, "Tadi Shanks-san datang mencari Luffy, karena tahu ia dipantai akupun diajak. Lihat, Kakek juga ikut kok…"

Ace mengikuti arah yang ditunjuk Makino, ada Shanks disana sambil menggendong 'Ace kecil' yang jelas membuat Ace mendidih. "Makino, dia akan membanting anakmu…" komentar Ace sambil mendeathglare mantan suami Makino itu.

"Ace-kun itu kan ayahnya…"

Ace menatap cemburu, ada asap yang keluar dari pucuk kepalanya. Musuh terbesarnya dalam mendapatkan hati Makino, mantan suaminya yang juga Dosen Pengajar-nya Luffy adiknya. Akagami no Shanks—entah itu namanya atau julukannya karena berambut merah.

Begitulah Ace, ia mati-matian bersaing dengan Shanks untuk merebut hati Makino.

Kesimpulannya, berlibur kepantai begitu menyenangkan.

Sabo menangis tersedu-sedu dipojokan—hanya duduk dibawah hamparan pasir sepanas bara api sambil memandangi air laut yang terus mengalir deras. Lalu menyesali hidupnya yang sunyi-sepi-senyap, sepertinya mencari seorang kekasih sangat sulit dilakukan. Baru saja mengambil nafas untuk berteriak, Sabo dikejutkan dengan tepukan pelan di pundaknya.

Untunglah Sabo sedang banyak pikiran, kalau saja tidak mungkin barang-barangnya (baca: celana renangnya ) raib dibawa pencuri. Ada seorang gadis berambut pendek berwarna coklat, wajahnya agak gelap karena membelakangi sinar matahari, Luffy menatapnya dengan memicingkan mata, silau.

"Anda sebaiknya berteduh, Sabo-san…" ujarnya dengan lembut, lalu pergi tanpa memberikan kesempatan bagi Sabo untuk membalas katanya.

Sabo terdiam membeku.

'Siapa gadis itu, kok tahu namaku?' batin Sabo sambil menari ala noodle, lalu berteduh disamping Garp. "Kau kenapa, Sabo?" Garp membuka sunglassnya lalu menoleh, sedangkan Sabo hanya cengar-cengir lalu tertawa keras. Munculah perempatan siku dijidat Garp lalu menciumkan kepalannya dengan kepala Sabo.

BRAAKK!

"Bwahahaha, kau boleh bahagia Sabo, tapi belum tentu ada arti khusus didalamnya!" komentar Garp yang ternyata mengetahui kegundahan hati pada cucunya, "Bisa saja kau terlihat sepeti dame no otoko, lelaki tidak berguna, BWAHAHAHAHA!"

Sabo meringis sakit sambil menangis, sakit dibadan dan dihati. Kakeknya memang paling suka menyiksa cucu-cucunya walaupun memang diakui kalau Garp-lah yang paling menyayangi mereka.


TBC