Smile TO Sakura

Naruto punya Kishimoto-sensei

Ada baiknya jika saya mengingatkan, fic ini mengandung AU, OOC

Authour : Mia muyohri

Pair : SasoSaku

.

.


Summary : Sakura terlahir tanpa seorang Ayah, di jauhi teman dan sanak saudaranya. Hidup sendiri tanpa ada yang peduli. Hanya ada segelintir orang yang peduli padanya. Salah satunya Sasori, yang dengan senang hati menerima dirinya. Menghiburnya saat kesepian menyelimuti dirinya./ di persembahkan untuk event "Black and White Remembrance"dengan prompt: Sun/Moon. RnR ya Minna.


.

.

Siang yang hujan. Sepasang mata tajam emerald itu memandangi air yang tumpah, membuat garis tak berputus dari balik jendela kelasnya. Jarang sekali saat siang seperti ini hujan. Seperti air mata pemilik mata itu. tak seperti dulu, kini air mata itu sudah menjadi sebuah kekuatan. Membantu menjadi daya ... ya, kekuatan lahir batin bagi pemiliknya, Sakura. Gadis berambut unik, pink dengan bola matanya yang sewarna dengan batu emerald hijau cemerlang itu.

"Seperti hujan yang Engkau turunkan untuk para mahluk hidupmu, aku yakin apa yang Engkau berikan padaku pun tak akan sia-sia ..."

Bibir mungil Sakura bergerak tenang. Mengucapkan sebuah doa. Sakura selalu seperti itu. menyakini dengan apa yang terjadi ini. Dia tidak pernah menyesali apa yang telah diberikan Kami-sama padanya, dia selalu menysukurinya, tak pernah sekali pun dia mengeluh atau apa pun.

Sakura memang tampak seperti gadis belasan tahun lainya. Seperti teman sebayanya. Tidak ada yang berbeda dengannya yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun ini. Dia seorang gadis ceria yang sedang tumbuh. Layaknya teman-teman sekelasnya.

.

.

Hujan masih saja terus turun, sampai waktunya menjelang jam pulang sekolah. Sakura, gadis itu. Masih menunggu di ujung koridor kelas, menunggu hujan mereda untuk jalan pulang. Sebagian besar murid-murid sudah pulang kerumah mereka masing-masing.

Ada yang dijemput orang tuanya dan ada juga yang pulang berlari menebus hujan deras diluar sana. Tapi Sakura, dia tidak bisa melakukan itu, kondisi tubuhnya akan melemah jika dia tetap berjalan menembus hujan. Tidak ada seorangpun dirumahnya yang bisa menjemputnya. Dia tidak memiliki siapapun, dia hidup sendiri. Tidak memiliki orang tua maupun sanak saudara.

Sakura terlahir tampa sosok seorang ayah, ibunya melahirkannya diluar nikah, dan juga sudah empat bulan yang lalu ibunya meninggal. Sanak saudara ibunya juga, tidak mau menerima dirinya. Karena mereka menganggap Sakura adalah anak haram, yang seharusnya tidak ada. Hanya beberapa orang saja yang masih mau menerima dirinya, yang terlahir tanpa ayah itu.

Dan penderitaanya pun masih harus berlanjut dengan penyakit yang dideritanya ini sejak setahun yang lalu, dia menderita HIV. Dia memiliki penyakit keturunan dari ibunya yang sudah dideritanya sejak ibunya mengandung. Ibunya pun meninggal karena penyakit ini yang terus menggerogoti tubuh ibunya itu.

"Untunglah kau masih di sini, kukira kau sudah pulang," ucap seorang pemuda berambut merah dengan wajah tampan baby pacenya itu. Berjalan mendekati Sakura.

"Hm ... Kenapa kau menjemputku?" tanya Sakura bingung melihat kehadiran Sasori, nama pemuda itu. Di sekolahnya ini.

"Aku tahu, kau akan tetap menunggu hujan reda baru akan pulang," jawab Sasori dengan tenang. "Lagi pula, nenek dirumah merindukanmu."

Dia pemuda itu, adalah segelintir orang yang masih perduli padanya, pemuda itu Sasori adalah dokter khusus yang menangani penyakit Sakura. Merawat dan menjaganya agar tetap bertahan hidup didunia ini.

"Nenek? Aku tak bisa ke sana. Malam ini aku harus belajar, lusa aku sudah ujian nasional!" ucap Sakura datar.

"Aku akan membawakan buku-bukumu kerumah, lagi pula esok kau harus Cek Up, kerumah sakit, kan?"

Sakura menganggukkan kepalanya, tanpa bersuara.

"Sudah malam ini, kau tidur di rumahku saja, ya."

"Mmm ... baiklah! Tapi kau harus janji, jangan menggangguku belajar nanti," ucap Sakura memperingakkan Sasori, sambil mengancungkan jari telunjuknya di depan wajah Sasori.

.

.

.

Malamnya saat Sakura sedang membaca buku pelajarannya, penyakitnya kambuh. Sakura terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah. Dengan segera dia menyeka darah itu, lalu mengambil sebuah botol yang berisi tablet-tablet obat didalamnya. Sakura mengambilnya satu, lalu segera meminumnya. Tak lama kemudian batuknya mereda.

"Sakura kau baik-baik saja? Nenek dengar kau batuk-batuk," tanya sang nenek, atau lebih tepat nenek Chiyo. Nenek dokter Sasori. Dia juga adalah nenek yang baik pada Sakura, dan juga peduli padanya.

"Aku baik-baik saja nek, sudah redaan kok. Tadi aku sudah meminum obat yang diberika Sasori," ucap Sakura sopan sambil menunjukkan senyum hangatnya.

"Bagus lah, cepatlah tidur. Jangan terlalu larut, nanti tidak baik untuk kesehatanmu," ucap nenek chiyo khawatir.

"Baik nek, ini tanggung sedikit lagi aku selesai membaca buku ini," ucap Sakura tenang.

"Baiklah, jangan terlalu memaksakan dirimu. Kalau sudah mengantuk cepatlah tidur, ya!" ucap nenek Chiyo sambil mengelus rambut Sakura yang panjang tergerai indah itu. "Malam ini Sasori tidak pulang, dia masih harus mengurus operasi."

"Sasori pasti lelah. Suruh dia jangan terlalu giat bekerja nek, nanti dia bisa sakit," ujar Sakura memikirkan Sasori.

.

.

.

Keesokan paginya, saat Sakura cek up ke rumah sakit, dia mendatangi ruangan Sasori. Untuk mengambil hasil tes kesehatannya. Yang ada di Sasori.

"Permisi. Pak dokter .." ucap Sakura sebelum memasuki ruang Sasori.

Dan Sasorinya sendiri yang sedang membaca sebuah berkas yang baru di terimanya, terkaget melihat Sakura masuk. "Ah, Sakura. Masuklah, hasil tesmu sudah keluar. Hasilnya sungguh baik, kondisinya meningkat."

"Wah! Benarkah, pantas saja. Akhir-akhir ini aku jarang sekali mengalami pusing tidak seperti sebelumnya. Berarti obat yang kau bawa dari Konoha itu bekerja dengan baik. Kalau seperti itu, aku bisa menjalani ujian dengan tenang tanpa rasa pusing yang akan menderaku lagi."

"Kalau begitu bagus donk, hehe ..." ujar Sasori sambil beranjak bangun dan mengelus kepala Sakura lembut. "Apa hari ini kau akan pulang kerumah?"

"Tidak, hari ini nenek berpesan untuk makan malam di rumahmu. Kau juga diminta untuk makan malam bersama. Katanya nenek ingin membuat acara agar aku bisa menjalani ujian nanti dengan baik, begitu katanya," ujar Sakura. "Makanya kau nanti malam harus pulang ya."

"Memang aku berniat untuk pulang malam ini, lagi pula hari ini aku mengambil cuti tahunanku. Aku berniat mengajakmu ketaman bermain hari ini," ucap Sasori dengan menunjukkan senyum manisnya ke Sakura.

"Ke taman bermain? Bersamaku?" tanya Sakura bingung.

"Iya, aku ingin menikmati liburanku bersamamu. Sudah lama sekali rasanya aku tidak bisa bersantai dengan senang. Lagi pula, kita tidak hanya berdua saja, aku mengajak teman-temanmu juga, mereka pasti sudah menunggumu di sana. Ayo kita lekas pergi."

"Teman-temanku? Siapa?" tanya Sakura bingung.

"Ino dan Hinta. Dan mereka juga mengatakan akan mengajak pacar meraka. Jadi karena kau tidak punya pasangan maka aku bersedia menjadi pasanganmu hari ini."

Ino dan Hinata adalah sahabat Sakura yang bis menerima diri Sakura apa adanya, mereka juga mengetahui kondisi penyakit Sakura. Mereka berteman dengan Sakura tidak merasa jijik atau pun risih saat berdekatan dengan Sakura. Banyak anak yang merasa jijik pada Sakura, saat gadis itu mengatakan penyakitnya. Oleh karena itu hanya Ino dan Hinata sajalah teman Sakura di sekolah.

"Sasori ..." keluh Sakura saat Sasori menggodanya, Sakura merasa wajahnya merona.

"Ah ... wajahmu merona Sakura. pasti kau merasa senang sekali bisa menjadi pasanganku hari ini, iya kan?" tanya Sasori terus menggoda Sakura.

Pemuda itu merasa sangat senang saat-saat seperti ini, saat dirinya menggoda Sakura dan membuat Sakura tersenyum senang. Karena dia mempunyai tujuan yaitu membuat Sakura selalu tersenyum, dia tidak ingin lagi melihat Sakura bersedih dan menitikkan air matanya lagi.

"AHH! Aku membencimu Sasori!" teriak Sakura sambil menutupi wajahnya yang merona.

.

.

.


TBC

Bagaimana ceritanya menarik kah? Bagus kah? Ini fic pertamaku dengan pair SasoSaku. Jadi mohon untuk review kalian semua ya readrs ...

Ini fic aku ikut kan dalam Event Black and White Remembrance