Alunan melodi yang dihasilkan biola itu mengalun lembut. menghanyutkan para pendengarnya ke dalam pusaran nada. mengombang-ambingkan perasaaan dalam alunannya yang memabukkan.

.

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

This Fic © Shiori Kurotsu

Rate: T for safe~

Genre: Drama, Romance, Angst, dll

Warning! Gaje, OOC, Typos, Yaoi bertebaran di mana-mana, alur gaje, dan sebagainya.

If you don't like it, it's okay you can click 'back' button. Okay? Because If you don't like don't read.

.

Seorang pemuda bersurai kemerahan tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya seinchipun. Ia merasa terpaku di tempat. Membatu dalam balutan melodi yang memabukkan.

Hingga permainan mencapai klimaksnya, bergetarlah seluruh tubuh si Surai Merah. Ia merasakkan perasaan yang menusuk tepat di pusat kehidupannya. Namun, itu pulalah yang membuatnya mengingat sesuatu yang seharusnya sudah ia lupakan.

Dalam ingantannya, ia manyadari apa sebenarnya perasaan yang sedari tadi menusuk-nusuk jantungnya.

Perasaan rindu dan juga penyesalan yang mengakar dalam ingatannya.

Dan ia dapat mengetahui dengan pasti, melodi ini ialah yang menciptakannya... beberapa ratus tahun yang lalu.

Mati-matia ia menahan kristal-kristal bening yang telah menggenang di sudut matanya. Rasa rindu yang membuncah tak terhankan mencekiknya dalam diam.

Tanpa ia sadari, untaian melodi itu telah berakhir. dengan susah payah, ia menelan butiran-butiran bening yang sedari tadi mendesak keluar.

Kini, ia menatap seorang pemuda bersurai kebiruan yang juga tengah mengamati dirinya dari tempatnya berdiri tanpa berkedip sekalipun. Seperti berusaha meyakinkan dirinya akan sesuatu. Dan keheningan mengisi ruang-ruang kosong yang ada.

semakin ia perhatikan, semakin yakinlah ia baywa ia tidak sedang berhalusinasi semata. orang yang sedang berdiri di depannya adalah orang itu. Dan ia masih yakin, kalau ia selalu benar dalam hal apapun.

Si Surai Biru menatapnya seperti sedang menelanjanginya. Berusaha melihat si Surai Merah luar dalam. Dan tatapan yang pemuda bersuraii biru itu berikan tak bisa dijabarkan dengan kata-kata yang tepat. Bingung, kaget, heran, senang, bahagia, sedih, dan juga terlihat sebuah kerinduan yang amat dalam melebur jadi satu.

Tak ada satupun di antara mereka yang berniat membuka suara. Hingga si Surai Biru berucap sembari melengkungkan bibirnya ke atas dan merentangkan tangannya,

"Selamat datang, Sei-kun..."

Si Surai merah terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia menghambur ke pelukan si Surai Biru dan berbisik pelan tepat di telinga si Surai Biru.

"...aku pulang, Tetsuya..."

.

.

.

"Aku tidak tau judulnya. Kau mau menamainya?" si Surai Merah menyandarkan kepala si Surai Biru ke dadanya yang bidang.

"Sei-kun kan tau, sense namaku kan tidak bisa dipercaya. lagi pula, aku tidak punya ide. Lagu ini-"

"Maaf menyela, Tetsuya. Tapi ini bukan lagu. Tidak ada lirik di dalamnya, kau tau?"

"..baiklah. Melodi ini... membangkitkan nostalgia. Memaksa kita mengingat semua kenangan yang pernah tercipta. Baik yang manis, indah, menyenangkan, dan segala sesuatu yang baik. Juga kenangan yang menyedihkan, mengerikan, dan yang membuat kita marah dan dendam. Maka dari itu, aku bingung," si Surai biru menutup matanya, menilmati kehangatan yang diberikan si Surai Merah.

"Bagaimana kalau diberi nama... 'Our Story'? Bukankah segala pengalaman dan kenangan adalah bagian dari kehidupan kita yang penuh liku ini?" si Surai Merah mengelus rambut si Surai Biru yang sedang berada dalam dekapannya lembut.

"Terserah apa kata Akashi-kun," si Surai Biru hanya mengiyakan si Surai Merah. Karena ia yakin, si Surai Merah tidak akan pernah mencelakakannya. Walau dalam hal ini, tentu saja ia tidak akan celaka.

Dan mereka terlarut dalam kehangatan masing-masing yang hanya disaksikan oleh rembulan yang bersinar dengan indah malam itu.

.

To be continued

.

.

AAAAH! APA INI YANG AKU BIKIIIIN? DX ANEH BANGEEET! EPIC FAIIIL DX

oke, berhubung lagi stress, kita sudahi dulu saja prologue yang gila ini /nangis/

APAKAH INI AKAN DIHAPUS? ATAU LANJUT?

SEMOGA ENGGAK ANCUR-ANCUR AMAAAT /teriak pake toa menjid trus kabur/

~Shiori Kurotsu~