Disclaimer: Bleach – Tite Kubo

My Child and Death – Ruise (Yuki)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

10 tahun berlalu semenjak kami mengucap sumpah pernikahan.

Kami juga sudah memiliki sepasang anak kembar yang kini berusia 8 tahun.

Ichigo memberi mereka nama Reynard dan Ruina, aku sedikit terkejut juga mendengar usulanya saat memutuskan nama untuk keduanya.

Sampai saat ini keduanya belum ku beritahu mengenai Shinigami dan yang berhubungan dengan yang Soul Society, kami sepakat tidak akan memberitahu mereka dan melakukan pekerjaan Shinigami secara bergantian.

- - - - -

"Kaa-san..." rengek gadis kecil bermata violet milikku dan rambut orange panjang milik Ichigo. Ia tarik rok biru yang kukenakan.

"Ruina tidak main dengan kakak mu?" tanyaku lembut pada Ruina.

"Rui ingin main dengan kaa-san. Nii-san biar saja bermain dengan Seir-san" ucapnya manja. Aku tertawa kecil, Ruina memang manja padaku.

Berbeda dengan kakaknya yang hanya selisih 5 menit. Rey itu tipe anak yang mandiri.

Dibilang kembar juga mereka berdua sama sekali tidak memiliki kemiripan.

Ruina yang dekat padaku, sedangkan Rey dekat pada Ichigo.

"Boleh saja, tapi mau bantu kaa-san kan?" tanyaku padanya. Dengan mengangguk kecil dan mengambil alih pakaian yang baru saja selesai ku cuci. Walau manja dia pintar dalam urusan rumah tangga sih.

- - - - -

Saat malam tiba seperti biasa kami berkumpul di ruang tamu, berbicara mengenai hal-hal. Yah, hitung-hitung interaksi supaya suasana tidak hambar.

"Ichi-san, ajarkan pelajaran ini" pinta anak lelaki yang mewarisi rambut hitam milikku dan mata cokelat milik Ichigo, tentu saja hobinya berwajah seperti orang marah di warisinya juga.

"Heh!? Yang ini lagi? Kemarinkan sudah" ucap Ichigo.

"Ichi-san, aku masih tidak mengerti" ucap Rey polos.

Dengan berat hati Ichigo menuruti permintaan putranya yang memang sulit menerima pelajaran yang dijelaskan oleh ayahnya itu. Jelas saja susah, dia kan mengajarkan pelajaran anak SMA kepada anak kecil yang baru berusia 8 tahun.

"Kaa-san! Lihat lihat! Aku berhasil membuat sulaman kelimci pada sapu tangan kaa-san" ucap Ruina dengan pandangan berbinar. Kedua pipinya merone merah sambil memberikan saputangan milikku dengan sulaman yang mirip chappy.

Sama sepertiku, dia juga menyukai kelinci. Aku memeluknya penuh bahagia.

Suasana keluarga yang damai, aku berharap ini tak kan pernah berakhir. Tapi disudut hatiku, aku tahu suatu saat gadis kecil dalam pelukanku ini akan pergi menuju tempatku dulu tinggal, Soul Society akibat penyakit yang di deritanya semenjak lahir. Kanker.

- - - - -

Bel pintu berbunyi. Aku berjalan kesana untuk membuka pintu saat itu Rey dan Ruina tengah bermain dengan Seiru, putra dari Hitsugaya-taichou dan Hinamori-fukutaichou yang memutuskan tinggal di sebelah rumah kami.

Kuputar kenop pintu yang sebelumnya tidak terkunci itu dan mendapati Isshin-san berdiri disana dengan wajah serius. Padahal biasanya dia datang dengan wajah sumringah dan langsung memeluk siapa saja yang membuka pintu.

Tapi tidak untuk kali ini, dia hanya diam saat aku mempersilahkannya untuk masuk

Dia terus terdiam, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Dan aku terus diam menunggu sampai dia mengatakannya.

"Rukia..." panggilnya lirih saat aku meletakkan teh hijau yang ku suguhkan untuknya.

"Iya?"

"Ini mengenai penyakit Ruina... dia..." Isshin sama tertahan mengucapkan hal itu. Jantungku berdegup kencang saat menyadari pandangan ekspresi sedih yang tepaku di wajah mertua ku itu.

Dia terus terdiam, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Dan aku terus diam menunggu sampai dia mengatakannya.

"Usia Ruina tinggal 3 bulan lagi" ucapnya setelah terdiam cukup lama.

Aku tak tahu harus mengucapkan apa, hanya isak kan dan air mata yang ke luar.

Sementara Isshin hanya diam.

Aku memang Shinigami, kalau Ruina meninggal aku bisa saja menemuinya di Soul Society. Tapi tetap saja, aku tidak mungkin menemuinya setiap saat.

Dan aku tahu itu semua akan terasa berbeda dari sebelumnya, seperti saat ini.

Jarak antara aku dan Ruina saat dia pergi akan menjauh, sulit menjaga hubungan itu.

Lebih dari 1 jam aku menangis keras hingga akhirnya yang tersisa tinggal isakan kecil.

"Kaa-san, aku pulang" suara pintu tertutup berbarengan dengan berakhirnya isakanku.

Ku lihat Rey berdiri di pintu masuk sambil merapikan sepatunya.

"Ruina mana?" tanyaku berusaha seperti biasa.

"Rui masih bermain dengan Seir. Aku juga cuma pulang karena mau mengambil game yang lupa ku kem--- kaa-san menangis?" ucap Rey saat memandang wajahku. Aku agak terkejut karena anak ini menyadarinya.

"Ti--tidak kok-- haha" ucapku terbata. Rey terus memandangku dengan pandangan tajam seolah berkata Kaa-san-tidak-jujur.
"Rey-chan! Kakek kangen!" ucap Isshin-san sambil memeluk Rey. Mengalihkan perhatiannya.

"BWAH! KAKEK NYEBELIN!" teriak Rey memukul hidung kakeknya. Benar-benar keturunan Ichigo.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Yuki: Hum hum (senyum kalem)

Ruise: Yu---yuki… ini sequel dari Wedding kan?

Yuki: Iya. Lalu?

Ruise: kenapa jadi alur sad gini! Wedding g gini kan?

Yuki: Aku master untuk ini. Kalo mau kamu aja yang buat

Ruise: Makasih. Aku labih milih buat mengarang bebas

Rey: Bukan itu masalahnya!!!

Ruina: Kenapa kami berdua yang dijadikan OC!?

Seiront: Bertiga kali… main chara jadi OC Cuma nama!?

Ruise: Kalian di sewakan untuk pribadi Yuki

Rui + Rey + Seir: PENGARANG TEGA!!!

Ruise: Gpp kan? Toh novel kalian udah 2 tahun g ku garap. Dan lagi sesuai sama posisi kalian di novel tak berjudul itu

Princess: Please Review (anteng)