NARUTO PUMYA MASASHI KISHIMOTO

TWO MONTH

SHINO.A X TENTEN (Hhibin)

Rating : T

NOTE : TYPO DIMANA-MANA, EYDNYA JUGA KAGA TAU BENER APA KAGA.

.

.

.

.

.

"Tenten-chan aku juga akan push up seperti mu. Neji kau tidak ikut push up lagi? kita hanya mengikuti sisanya saja yaitu 234X lagi. Ayo Neji," ajak Lee semangat.

"Sudah kau saja, jujur aku lelah. Gomen Tenten aku tidak bisa ikut push up lagi," ucap Neji dan mulai menyeder kepohon yang ada disampingnya.

"Iya tidak apa Neji. Arigato gozaimasu ya Lee."

"Iya, ayo kita lakukan lagi agar bisa cepat-cepat makan dikedai ichiraku," ucap Lee semangat. Tenten yang mendengar nada semangat Lee itu langsung ikut bersemangat.

Baru ada 5X push up, Kakasih-sensei tiba-tiba datang lagi ketempat latihan tim Gai. Mereka bertiga langsung menampakan raut wajah bingung, pertanyaan pertama dikepala mereka adalah kenapa Kakasih-sensei datang lagi kesini? Bukannya tadi ia sudah pergi bersama Gai-sensei karena memang Gai-sensei dipanggil Hokage-sama.

"Hai. Kalian semua tidak termasuk Tenten dipanggil Tsunade-sama, ikut aku," ucap Kakasih. Setelah mengatakan itu, Kakasih-sensei langsung pergi diikuti Lee dan Neji.

"Tenten kami menunggumu di kedai ichiraku. Tapi kalau kami tidak ada disana, kami berarti mendapat misi. Ayo Lee," ucap Neji pada Lee.

"Iya, sampai nanti Tenten-chan."

"Iya, jangan pergi sebelum aku datang ya Lee Neji," teriak Tenten pada 2 orang teman satu timnya itu. 2 orang yang berbeda karakternya itu hanya mengangguk kemudian ia pergi meninggalkan Tenten yang masih harus melakukan push up. Tenten mendapat latihan paling keras dari Gai-sensei karena ia banyak mengeluh ketika latihan. Maka dari itu Gai ingin muridnya ini tidak banyak mengeluh seperti Lee dan Neji. Tapi setidaknya Gai-sensei tau lah kalau muridnya yang satu ini seorang perempuan, stamina dan tenaganya pun sudah pasti berbeda dengan Lee dan juga Neji yang seorang laki-laki. Itu adalah faktor utama penyebab Tenten menjadi sering mengeluh ketika latihan.

"Menyebalkan sekalih. Kenapa hanya aku saja yang latihannya lebih berat. Dasar kejam kau Gai-sensei."

Kata-kata itulah yang selalu keluar dari mulut Tenten ketika mendapatkan perlakuan yang berbeda. Tenten tau kalau gurunya itu melakukan ini semua untuknya, tapi setidaknya ia harus mengerti kondisi muridnya sendiri.

"1.234, huft... Akhirnya aku selesai," ucap Tenten lemas. Ia langsung terkapar di rerumputan kemudian mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

"AAAAA...menyebalkan," teriak Tenten. Ia kesal dan sedikit dendam dengan Gai-sensei yang selalu memperlakukannya seperti ini. Ingin rasanya ia berteriak didepan gurunya itu dan mengeluarkan segala uneg-unegnya pada gurunya itu.

"Baiklah, mulai besok aku akan berubah. Aku tidak akan mengeluh lagi, lihat saja Gai-sensei," ucap Tenten dan tersenyum aneh. Itu adalah senyuman aneh yang sangat jarang ia keluarkan. Kalau Ino yang melihatnya pasti akan bilang 'senyum mu itu aneh, dan itu membuat kami takut'. Gara-gara ada pikiran itu dikepalanya, Tenten langsung mengubah senyum anehnya menjadi senyum yang biasa ia keluarkan.

"Kenapa aku jadi aneh begini. Huft.. aku rasa ini karena aku lelah," ucap Tenten yang biacara pada dirinya sendiri. Perlahan ia mulai memejamkan matanya.

"Oh iya, aku lupa. Neji dan Lee sudah menungguku."

Tenten langsung bangun dan menepuk-nepuk celananya kemudian ia pergi meninggalkan tempat latihan timnya itu.

"Huaaa...Hiks...Hikss.."

Baru beberapa langkah ia berjalan meninggalkan tempat latihan, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang berteriak bercampur tangis. Semakin lama tangisan dan teriakan itu semakin kencang.

Dengan perasaan penasaran, Tenten balik lagi ketempat latihannya dan berjalan mengikuti suara itu.

"Ternyata dari sana."

Tenten mulai berjalan lebih dalam sampai melewati tempat latihannya, tanpa sadar ia sudah ada di perbatasan Konoha dan Suna. Dengan rasa penasaran yang lebih dari sebelumnya ia tetap mencari tau siapa yang menangis hinggah seperti itu dan disaat yang tepat ia melihat seorang pria yang berjongkok dihadapan seorang anak yang kira-kira berumur 3 tahun. Anak itu menangis dengan sesegukkan, sedangkan pria itu sedang mencoba mendiamkannya. Karena masih penasaran dengan hal didepannya ini, Tenten langsung bersembunyi dibalik semak-semak dan mulai memperhatikannya.

"Sudahlah kau berhenti menangis dan berteriak. Itu semua membuat telinga ku sakit anak kecil," ucap pelan pria itu dan dengan gerakan tiba-tiba ia langsung melemparkan banyak kunainya kearah Tenten. Tenten yang tidak menyadarinya dan tidak sempat menghindar hanya bisa meneguk ludahnya sendiri. Sekarang Dewi fortuna sedang berpihak padanya karena kunai-kunai itu meleset dan hanya satu kunai yang berhasil menggores pipi kanannya. Tenten masih bisa bersyukur.

"Keluar kau, aku sudah menyadarinya," ucap pria yang membelakangi Tenten. Tenten pun keluar dari semak-semak itu dan berjalan kearah pria yang masih memblakanginya.

"Oh rupanya kau sudah tau ya. Aku kira kau tidak tau," ucap Tenten canggung. Sebenarnya ia masih sedikit kaget akibat kunai yang dilemparkan orang ini tapi ia berusaha menyembunyikannya agar orang yang memblakanginya itu tidak tau. Dengan tatapan ingin tau,Tenten mulai memperhatikan pria dan anak kecil dididepannya dengan serius.

Ciri pertama yang ia lihat dari pria dan anak kecil didepannya itu Rambut jabrik berwarna Coklat. Sepertinya ia kenal dengan pria yang memblakanginya itu, tapi masalah terbesarnya ia sama sekalih tidak mengenal anak kecil yang sekarang juga memerhatikannya. Tenten juga baru sadar kalau anak kecil yang menangis didepannya itu tau-tau sudah berhenti menangis ketika Tenten memperhatikannya.

"Cepat katakan urusanmu," tanya pria itu dingin dan berbalik badan kearah Tenten.

Tenten langsung memblalakan matanya dan mulutnya terbuka lebar ketika tau siapa orang yang melemparkan kunai kearahnya tadi.

"SHINO."

"Tenten."

Ucap mereka berbarengan dengan nada yang jauh berbeda. Tenten kaget sedangkan Shino datar seperti wajahnya.

"Ini kau, kenapa kau melemparkan kunai kearah ku. Kau ingin membunuh teman mu sendiri apa hah? dasar aneh," ucap Tenten menunjuk-nunjuk wajah Shino. Ia kesal dengan orang yang dihadapannya ini, gara-gara dia pipi kananya tergores. Shino yang ditunjuk-tunjuk hanya diam tidak menghiraukan pertanyaan Tenten tadi.

"Jika tidak ada urusan pergilah, aku juga minta maaf karna tidak mengenali chakramu itu," ucap Shino dengan nada yang biasa ia keluarkan. Kalian tau sendiri kan bagaimana nada bicara Shino itu?

Kedua rahang Tenten langsung mengeras ketika ia mendengar perkataan Shino tadi. 'Jika tidak ada urusan pergilah'. Kedua tangannya mulai mengepal, kuku jarinya juga sudah mulai memutih perlahan. Jika tidak memandang orang ini temannya, sudah pasti Tenten akan melemparkan tinjunya ke arah wajah manusia yang memasang tampang tanpa dosa ini.

"Oh kau mengusirku, baiklah aku akan pergi Aburame-sama," ucap Tenten kesal. Ia berusaha menahan amarahnya dan tersenyum palsu kearah Shino.

"Kenapa banyak orang yang menyebalkan hari ini," ucap Tenten pelan. Ia kesal dengan semua orang karena semua orang yang ia temui hari ini sangat menyebalkan. Dengan suasana hati yang masih kesal, ia langsung berbalik badan berniat pergi dari hadapan pria yang kalau bicara itu langsung membuat sakit hati. Contohnya seperti tadi lah.

Baru beberapa langkah Tenten melangkah, sebuah tangan kecil menahan tangannya. Tenten yang menyadarinya pun menatap tangan kecil yang menahannya dan berhenti dengan wajah yang masih kesal.

"Ada apa?" tanya Tenten dengan nada kesal. Ia masih kesal dengan Shino dan Gai-sensei yang merusak mood nya hari ini.

"Kaasan," panggil anak itu dengan suara yang sangat kecil.

"Hah? Aku tidak mendengar apa yang kau ucapkan tadi. Coba bicara lagi."

Tenten langsung berjongkok dihadapan anak laki-laki disebelahnya itu dan mendekatkan telinganya di depan anak itu.

"Kaasan," panggil anak itu sekalih lagi. Anak itu mulai mengambil sesuatu di kantong celana yang sedang ia pakai ini. Tenten hanya memperhatikan gerak-gerik anak ini tanpa mendengar ucapan yang keluar dari mulut mungil anak ini.

TENTEN POV

Apa yang dilakukan anak ini? gerak geriknya sangat aneh. Benda apa yang akan dikeluarkan anak ini? senjatakah? kalau memang iya aku sedikit tidak percaya jika anak sekecil ini sudah memegang hal yang mengerikan seperti itu.

"Ini berdarah," ucap anak ini. Anak ini ternyata mengeluarkan semacam kain bersih dan mengusap darah dipipi kanan ku. Sejujurnya aku terharu dengan apa yang dilakukan anak ini padaku. Kalau tidak ada Shino disini, sudah pasti aku akan meneteskan air mata ala Ino ketika proses pemburuan Sasuke yang tiba-tiba masuk akatsuki. Sejujurnya aku bingung kenapa Ino menangisi seorang laki-laki yang tidak jelas hidupnya itu. Kalau aku jadi dia, aku tidak akan membuang-buang air mataku untuk seorang yang bentuknya seperti Sasuke itulah. Hey, kenapa jadi membahas pria tidak jelas seperti Sasuke?...

TENTEN POV END

Tenten langsung tersadar ketika anak laki-laki ini masih mengusap darah dipipi kanannya dengan lembut. Tenten yang terharu dengan sikap perhatian anak itu masih belum sadar dengan ucapan anak ini dan pikiran tentang menangis ala Ino langsung hilang dalam sekejap.

"Tadi kau bilang aku ini apa? Kaasan?," tanya Tenten setelah ia sadar apa yang dikatakan anak itu tadi. Anak laki-laki itu mengangguk ketika ditanya Tenten.

1

2

3

"Hahhh!? Aku ini bukan Kaasan mu anak kecil," ucap Tenten syok. Ia reflek jatuh kebelakang saking syoknya dengan apa yang dikatakan anak itu. Memang wajahnya Tenten itu tua, sampai-sampai anak ini memanggilnya Kaasan.

Perlahan raut wajah anak ini mulai berubah, lekuk bibirnya mulai turun kebawah, air matanya yang masih tersisah tadi perlahan mulai mengenang lagi dipelupuk matanya.

Tess.

Anak itu menangis lagi.

"Hiks...Hiks... Huaaa..."

Tangis anak ini semakin pecah ketika mendengar perkataan Tenten yang bilang ia bukan ibunya.

Shino yang memperhatikannya mulai menghampiri Tenten dan anak itu.

"Kaasan mu ini hanya bercanda. Jadi jangan menangis lagi ya, benarkan Kaasan?" ucap Shino lembut. 360 derajat berbeda sekalih dengan nada ketika berbicara dengan orang yang seumuran ataupun lebih tua darinya. Tenten yang melihat pemandangan didepannya bingung dan ingin cepat-cepat pergi dari 2 orang laki-laki berbeda usia yang aneh ini.

"Kaasan?" panggil Shino sekali lagi.

"Yakkk! Kenapa kau memanggilku Kaasan juga. Kau jangan aneh-aneh Shino," ucap Tenten kesal bercampur marah dan nada bicara Tenten mulai meninggi. Bagaimana mungkin teman yang seumuran dengannya memanggil dirinya dengan sebutan Kaasan juga? Garis bawahi Kaasan.

"Huaaa...Hiks..Hiks...Huaa...Hiks.."

Tangisan anak ini semakin pecah dan keras daripada sebelumnya setelah mendengar nada bicara Tenten yang tinggi.

"Harusnya kau jawab saja Tenten. Kau membuat anak ini tambah menangis," ucap Shino tidak mau kalah dengan nada tinggi Tenten itu. Terjadilah adu mulut antara Tenten dan Shino yang sangat jarang sekalih kalian lihat. Ini adalah hal paling jarang, paling, dan paling yak.

"Dasar kau aaaaaneh."

Diakhir kalimat tadi Tenten menurunkan nada tingginya itu karena melihat tatapan dingin yang Shino berikan padanya tiba-tiba.

"Jangan menatap ku seperti itu, memangnya kau pikir aku akan takut hah," ucap Tenten berusaha melawan tatapan mata dari balik kacamata hitam milik Shino itu. Shino yang tidak menghiraukan perkataan Tenten tetap saja fokus menatap Tenten dengan dingin.

Perlahan-lahan sikap berani Tenten tadi mulai menciut.

"Iya-iya, maafkan Kaasan. Jadi jangan menangis lagi anak manis," ucap Tenten dengan senyum palsu yang ia keluarkan dan mengusap rambut jabrik kecoklatan anak ini. Setelah mendengar ucapan Tenten, anak ini langsung berhenti menangis. Tenten perlahan gantian mengusap air mata anak ini dengan lembut.

"Shino aku pergi," ucap Tenten dengan nada lemas. Ia lemas karena ditatap dingin oleh Shino. Gairah hidupnya tiba-tiba mulai menurun.

"Iya."

Baru Tenten ingin bangun, anak kecil ini menarik tangan Tenten lagi.

"Shino lakukan sesuatu, ini semua adalah masalah mu. Bawa anak ini padamu, aku harus segera pergi menemui Neji dan juga Lee," ucap Tenten dengan nada yang masih sama yaitu lemas dan tidak bergairah.

"Aku rasa itu tidak bisa. Anak ini ingin bersama mu, jadi ikutlah dengan ku dulu ketempat Hokage. Aku ingin memberi tahukan tentang anak ini karena aku tidak tau apa-apa tentang anak ini dan dari desa mana ia berasal, setelah itu baru kau boleh pergi," ucap Shino menjelaskan. Ia langsung berjalan meninggalkan Tenten yang bingung bercampur marah. 'Dari mana ia berasal?' Tenten kira anak ini salah seorang anak dari klan Aburame, dan ternyata apa? anak ini bukan berasal dari klan Aburame. Terus kenapa anak ini bisa ada pada Shino?...


TWO MONTH

"Hokage-sama aku ingin melaporkan sesuatu. Aku menemukan anak ini diperbatasan, dan aku rasa aku harus melaporkannya padamu," ucap Shino menjelaskan pada Tsunade ketika mereka bertiga sampai di ruangan Hokage ini.

"Kenapa ada Tenten disini? Aku hanya menugaskanmu saja kan Shino?," tanya Tsunade dengan raut wajah bingung.

Tsunade mulai memperhatikan Tenten dan anak yang dibawa Shino. Anak yang dibawa Shino ini menggenggam tangan Tenten dengan erat, Tenten yang digenggam hanya balas menggenggam.

"Anak ini tidak ingin lepas dari Tenten ketika aku bertemu dengan Tenten tadi, maka dari itu aku juga membawanya. Jadi apa yang harus kami lakukan?," tanya Shino.

KAMI? Tenten hanya tersenyum tipis, sejak kapan ia menjalankan misi ini dengan Shino. Ingin rasanya ia bisa mempunyai kemampuan meleleh dengan mudah seperti teman Sasuke yaitu Suigetsu dan pergi dengan mudahnya entah kemana lah yang penting tidak berurusan dengan Shino Aburame.

"Kau sudah mengintrogasi anak ini?"

"Sudah. Anak ini tidak mau bicara sama sekalih, kata yang pertama ia keluarkan padaku dan Tenten adalah Tousan, Kaasan," jawab Shino menjelaskan.

Tsunade tampak berfikir dan menahan tawa setelah mendengar pernyataan Shino barusan, Tenten yang menyadari kalau Tsunade itu menahan tawa mulai kesal.

"Tertawa saja jika tidak kuat menahannya Tsunade-sama," ucap Tenten pelan hampir tidak ada yang mendengarnya. Tiba-tiba Pikiran negatif mulai bermunculan. Bagaimana kalau ia dan Shino ditugaskan untuk mengintrogasi anak ini? Ia tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi nanti padanya.

"Baiklah, aku beri misi pada kalian berdua. Shino, Tenten kalian akan aku tugaskan mengintrogasi anak ini selama 2 bulan. Jadi aku harap kalian bersedia, dan anak ini harus kalian bawa kerumah kalian masing-masing karena mengingat anak ini menganggap kalian berdua ini orang tuanya. Jika tidak berhasil aku akan menyerahkannya pada tim Ibiki," ucap Tsunade.

Tenten langsung menampakan ekpresi orang yang sedang depresi berat ketika pikiran negatif itu terjadi padanya. Sedangkan Tsunade mulai memperhatikan Tenten, Shino, dan anak yang dibawanya itu bergantian. Rambut jabrik seperti Shino, warna matanya sama seperti Tenten. Dan wajahnya mirip gabungan Tenten dan Shino.

"Lagi pula kalau dilihat-lihat anak ini mirip dengan kalian berdua," ucap Tsunade asal.

Shino langsung mengangguk mengerti dengan perkataan Tsunade, sedangkan ekpresi yang dikeluarkan Tenten tambah parah daripada sebelumnya setelah mendengar ucapan Tsunade tadi.

"2 bulan dengan Shino...2 bulan ya..2 bulan ya...mirip ya... mirip ya.."

Ucapan Tenten terhenti ketika tau 2 bulan harus bersama Shino dan juga Hokage bilang anak ini mirip dengan mereka berdua. Kepalanya mulai terasa pening dan pusing. 2 kalimat itu mulai terngiang-ngiang dikepala Tenten.

"Aku bisa gila," ucap Tenten lemas dan kemudian pingsan ditempat.

#TBC

Ff ini saya buat karena waktu itu ada yang pengen fict Shino-Tenten dan juga dipencarian fict Shino-Ten bahasa indo kaga ada. Disitu kadang saya merasa sedih jiahahaha...

Jadinya saya bikin aja yak kan hahaha.

RnR?