"OEEEK…"

"Cup… Cup… Cup…" Seorang wanita tampak menenangkan bayi yang sedari tadi menangis di dalam gendongan lengannya.

"Cup… Cup… Tenang. Kaa-san ada di sini. Tenanglah." Hiburnya lagi.

Temannya yang sedang duduk di sebelah ranjang rumah sakit tersenyum geli. "Hm… Selamat atas kelahiran anakmu. Maaf kalau terlambat. Aku baru bisa berkunjung sekarang."

Sang Ibu yang sedari tadi sibuk menenangkan anaknya kini menolehkan pandangannya kearah sahabatnya tersebut.

"Ya. Arigatou gozaimasu. Tak apa. Aku sungguh bersyukur atas kelahirannya. Kau ingin coba menggendongnya?" Tanyanya sembari memberikan senyum tulusnya.

Temannya mengangguk. "Ya. Apa tak apa?"

Yang ditanya hanya mengangguk. Ia lalu memberikan bayi yang sudah tenang tersebut kepada sahabatnya.

"Hmm… Anakmu sangat mirip denganmu. Wajahnya… Ah… Benar-benar mirip. Yang berbeda hanya rambutnya saja." Gumam sahabatnya sembari terus memandang kearah sang bayi yang sedang tertidur pulas. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum tipis.

Sang Ibu tersenyum. "Ya. Rambutnya mirip dengan ayahnya."

Hening sejenak. Mereka saling bertatapan sejenak.

"Kau tahu?" Sang wanita yang sedang menggendong bayi tesebut memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan yang membuat sahabatnya, Ibu dari bayi yang sedang ia gendong menatapnya dengan raut bingung.

"Tahu apa?"

Sang wanita, sahabatnya mengambil nafas sejenak lalu menghembuskannya. "Ada sesuatu yang kuharapakan. Tentang anakmu dan anakku."

"Yang kau harapkan?"

"Ya."

"Apakah yang kau harapkan?"

"Aku berharap…" Sahabatnya mengambil jeda sejenak lalu tersenyum. "… Aku berharap anakmu dan anakku bisa menjadi sahabat yang baik. Akrab. Aku ingin mereka bersama. Kalau boleh, aku ingin mereka selalu bersama. Bagaimana denganmu? Apakah aku boleh berharap seperti itu?" Jelas sahabatnya dan diakhiri dengan pertanyaan.

Yang ditanya terdiam sejenak. "Ya. Aku juga berharap begitu. Bisa tolong kau kemarikan ia dulu? Ada sesuatu yang harus kukatakan padanya."

Sahabatnya mengembalikan bayi yang tadi ia gendong kepada Ibu dari bayi tersebut.

"Ne… Kamu anak kaa-san yang pintar. Kaa-san berpesan padamu. Dengarkan ya." Ucap sang Ibu.

Sang bayi hanya tersenyum. Entah mengerti atau hanya merasa senang karena sedang digendong oleh Ibunya.

"Mulai sekarang dan seterusnya, kaa-san ingin kamu berteman dangan anak Bibi Miko. Ya. Kaa-san ingin kamu akrab dan selalu bersama. Patuhi dan ingat selalu ya." Lanjutnya dan berikutnya sang bayi tersenyum labih lebar dibandingkan yang tadi.

Sang Ibu dengan sahabatnya, yang dipanggil Bibi Miko tadi tersenyum.

Mereka berharap…

Ya…

Mereka berharap…

Sangat berharap…

Kedua anak mereka dapat bersahabat…

… dan selalu bersama…

.

.

.

Fanfiction

Naruto © Masashi Kishimoto

You and Me...

By Hazu

(Ini hanya imajinasi Author. Hanya beberapa saja yang mirip dengan yang asli. Selebihnya karangan Author)

.

.

.

.

.

Chapter 1

10 Tahun Kemudian…

Konoha, 25 Maret, pukul 06.20

Pagi yang cerah di musim semi kali ini. Burung-burung berkicau merdu. Bunga-bunga bermekaran. Embun-embun yang membasahi rerumputan. Menambah kesan indahnya pagi ini.

"Tunggu dooong!" Seru seorang anak perempuan kepada seorang anak lelaki yang berlari tepat 10 langkah di depannya.

Anak lelaki tersebut kemudian menghentikan larinya dan menoleh kepada anak perempuan tersebut. "Hmm… Ayo cepetan! Aku tinggal niih…" Ujarnya sembari tesenyum tipis.

"Ah! Jangan dong! Ini udah cepet." Sahut anak perempuan tersebut sembari berlari menghampiri anak lelaki tadi.

GREP

"Dapat! Jangan lari ninggalin aku dong!" Serunya kembali setelah berhasil menangkap lengan sang anak lelaki, sahabatnya.

Anak lelaki tersebut kembali tersenyum tipis lalu mengacak-acak rambut di puncak kepala anak perempuan tersebut.

"Cepet? Bagi kamu iya. Bagi aku enggak. Kamu lelet banget sih." Ejeknya. Ia menyunggingkan seringai mengejeknya.

Anak perempuan tersebut menggembungkan pipinya kesal. "Huuh! Sasuke-nii jahat!" Ia memukul lengan anak lelaki yang ia panggil Sasuke tesebut.

Sasuke meringis. "IIttai… Berhenti… Berhenti, Sakura. Aku hanya bercanda." Ucapnya.

"Bohong!" Tuding anak perempuan yang ternyata bernama Sakura tersebut.

"Gak bohong kok. Peace aja!" Ia membuat huruf "V" dengan kedua jarinya. "Sakura, berhenti menggembungkan pipimu dong! Aku jadi ingin mencubitnya nih!" Lanjutnya semberi mulai mencubiti pipi Chubby Sakura.

"I… Ittai! Berhenti Sasuke-nii!" Ringis Sakura.

"Makanya. Percaya denganku dan hentikan gembungan pipimu. Nanti aku lepaskan." Ucap Sasuke. Sakura langsung menghentikan gembungan pipinya. Daripada terus dicubiti toh… mendingan udahan aja.

"Nah gitu dong. Ayo." Ajak Sasuke sembari mulai melangkahkan kakinya mendahului Sakura.

Sakura tak bergeming. Ia masih diam pada tempatnya. Merasa Sakura tak mengikutinya, Sasuke kembali menolah ke belakang.

"Ada apa Sakura?" Tanyanya.

"…"

"Sakura?" Sasuke kembali memanggilnya.

Sakura hanya menatap Sasuke tanda ia merespon panggilannya.

"Ada apa Sakura? Kau masih marah?"

Sakura hanya merespon dengan tundukan kepala. Karena sudah sering bersama, Ia tahu dari gelagat Sakura kalau apa yang ia tanyakan memang benar.

Sasuke menghela nafas.

"Haah… Ternyata begitu. Baiklah. Bisakah kau berhenti marah jika aku mentraktirmu Cherry Blossom bento?" Tanya Sasuke.

Sakura langsung mengangkat kepalanya. Ia segera berjalan cepat menuju Sasuke. "Benarkah itu, Sasuke-nii?" Tanya Sakura dengan semangat seolah ia sudah lupa akan kemarahannya tadi.

Sasuke mengangguk. "Ya. Sakura, sudah berapa kali kubilang tak usah memanggilku dengan embel-embel nii. Kita seumuran."

"Ya… Ya… Ya…" Ucapnya asal. "Ya sudah. Aku mau Cherry Blossom bento 1. Belikan ya." Ucap Sakura sembari menjalankan jurus puppy eyes-nya.

"Hn. Ya. Ayo." Ajak Sasuke. Mereka berjalan beriringan. Sakura tampak begitu semangat. Sasuke yang melihatnya hanya tersenyum tipis.

Hn. Seperti biasa. Kalau ditraktir itu pasti langsung ceria.

.

.

.

"Arigatou… Sasuke-nii! Eh… Sasuke!" Seru Sakura gembira. Ia kemudian memeluk Sasuke.

Yang dipeluk hanya tersenyum tipis. Ia kembali mengacak-acak rambut di puncak kepala Sakura.

"Hn." Gumam Sasuke. "Ayo pulang." Ajaknya.

Mereka kembali berjalan beriringan menuju rumah masing-masing. Mereka selalu pulang bersama karena memang rumah mereka searah.

.

.

.

TOK… TOK… TOK…

CKLEK

"Ya?"

"Baa-san, Sasuke ada?" Tanya Sakura begitu pintu rumah kediaman Uchiha tersebut dibuka.

"Ada kok, Sakura. Masuk saja. Sasuke ada di kamarnya." Jawab Bibi yang ditanyai oleh Sakura.

"Makasih, Baa-san." Sakura kemudian masuk ke rumah kediaman Uchiha tersebut kemudian menuju kamar Sasuke.

.

.

.

CKLEK

Pintu kamar Sasuke dibuka sangat pelan oleh Sakura. Sakura kemudian berjalan mengendap-endap kearah Sasuke.

"Ada apa Sakura? Tak usah mengendap-endap begitu." Ucap Sasuke sembari menutup buku yang sedang dibacanya dan menolehkan wajahnya kearah Sakura.

Sakura terkejut sebentar. "Eh… Hehehe… Gomenne Sasuke." Ucap Sakura sembari mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Sasuke hanya menatap Sakura dengan wajah datarnya. Sakura segera menuju kasur yang sedang ditempati Sasuke.

"Sasuke~~"

"Hn." Respon Sasuke sekenanya. Ia malas menanggapi.

Kalau sudah manggilnya gitu pasti bakalan ada maunya.

"Sasuke. Hari ini hari apa?" Tanya Sakura yang beringsut menuju sebelah Sasuke.

"Hn? Hari aku bersantai." Sahut Sasuke asal.

Sakura menggembungkan pipinya kesal.

"Huuh… Masa kau tak tahu. Ayolah. Kau tak ingat?" Rujuk Sakura.

"Hn. Tidak."

"Sasukeeeee!" Ucap Sakura sembari menduduki kaki Sasuke.

"I… Ittai Sakura. Jangan duduk di atas kakiku. Berat." Ringis Sasuke.

"Uuuuh! Sasuke jahat!" Sakura menyingkir lalu turun dari kasur.

"Masa kau tak ingat hari ini hari apa?!" Ucapnya sembari berlari keluar dari kamar Sasuke.

Sasuke yang melihat tingkah Sakura yang sudah ngambek tersebut hanya tersenyum tipis kemudian melanjutkan kembali kegiatan membacanya.

Tentu aku ingat ini hari apa, Sakura. Aku tak pernah melupakannya.

.

.

.

Huuh! Sasuke payah! Masa tak ingat?!

Sakura terus menerus ngedumel dari ia keluar rumah Sasuke. Setiap ada batu di depannya, ia tendang begitu saja. Ia tak peduli. Ia kesal. Ya, kesal! Bagaimana tidak? Orang yang Sakura harap ingat malah tidak ingat hari spesial dalam hidupnya. Jadi wajar jikalau ia kesal.

"Sakura?"

Sakura mendangar suara seseorang memanggilnya. Ia melirik ke sekitarnya dan…

"Sa… Sasori-nii? Sedang apa di sini?" Sakura bertanya sembari menghampiri seseorang yang ia panggil Sasori tadi.

"Ya. Seperti biasa. Kau pasti tahu. Kau mau ikut, Sakura?" Tanya Sasori. Sakura menganggukkan kepalanya.

"Aku mau." Sakura melirik seseorang yang tepat berada di sebelah Sasori. "Dia siapa Sasori-nii?" Tanya Sakura sembari menunjuk dengan jari telunjuknya tepat kearah orang berambut pirang di sebelah Sasori.

"Ah. Perkenalkan, ia Deidara. Temanku. Deidara, ini Sakura." Sasori saling memperkenalkan Sakura dan Deidara.

"Salam kenal Sakura. Kau manis, un. Adikmu Sasori?" Tanya Deidara. Sasori mengangguk. "Ya. Kami saudara. Aku tinggal di rumah Baa-san, Ibu Sakura."

"Cowok baby face ternyata punya saudara yang manis juga ya, un." Sahut Deidara.

"Yah… Terserah katamu lah. Ayo. Semakin cepat semakin baik." Balas Sasori.

"Ya. Ayo, un. Aku juga perlu sesuatu. Ada yang kurang, un." Ajak Deidara. Mereka bertiga kemudian pergi bersama menuju sebuah toko.

.

.

.

"Sakura."

"Ya? Ada apa Sasori-nii?" Tanya Sakura.

"Bisa kau tutup matamu sebentar? Kau menghadap kearah sana dulu deh." Pinta Sasori.

Sakura menuruti permintaan Sasori. Sasori kemudian merogoh tas selempangnya. Ia mengeluarkan sesuatu lalu menyembunyikan di balik punggungnya.

"Sudah. Sekarang, hadap kemari dan buka matamu." Ucapnya.

Sakura bingung. "Ha? Tadi Sasori-nii ngapain? Kenapa aku harus tutup mata?"

Sasori mengulum senyum. Ia menarik tangan Sakura agar ia lebih dekat dengannya.

"Sakura, selamat ulang tahun ya. Ini hadiah dariku." Ucap Sasori sembari memberikan Sakura sebuah bingkisan.

Sakura terkejut. Ternyata Sasori ingat ulang tahunnya. Ia pun menerima bingkisan dari Sasori.

"Boleh aku membukanya sekarang?" Tanya Sakura penuh harap. Ia merasa sangat senang.

Sasori hanya mengangguk tanda mengizinkan. Sakura membuka bingkisan tersebut. Dan…

"Waaah… Bagus sekali Sasori-nii. Aku suka." Ucap Sakura terkagum kagum. Ia tak menyangka jika Sasori akan memberikan hadiah sebagus ini di hari ulang tahunnya. 2 buah boneka. Boneka pertama boneka yang berpenampilan perempuan. Rambutnya berwarna soft pink sebahu dengan anak rambut yang membingkai wajahnya. Bermata hijau emerald. Persis dengan Sakura, namun terlihat lebih dewasa. Boneka yang kedua berpenampilan laki-laki. Berambut dark blue mencuat dengan anak rambut yang membingkai wajahnya. Bermata Onyx. Pesis pula dengan Sasuke, tetapi terlihat lebih dewasa. Ditambah pula baju boneka tersebut sepasang. Ya, boneka tersebut bagaikan mereka saat sudah beranjak dewasa kelak.

"Sasori-nii. Arigato gozaimasu! Aku senang sekali! Arigatou! Ini kado terbaik di ulang tahunku sekarang. Arigatou." Sakura berucap demikian sembari memeluk Sasori.

Sasori tersenyum senang. Ia senang lantaran Sakura menyukai boneka, hadiah darinya.

"Um… Sasori-nii bikin sendiri?" Tanya Sakura.

Sasori hanya menjawab dengan anggukkan kepala.

"Waaah! Sasori-nii hebaaaat! Aku suka sekali boneka ini! Sasori-nii memang kakakku yang paaaaliiiing hebaaat! Arigatou gozaimasu, Sasori-nii!" Ucap Sakura terkagum-kagum.

"Ya. Ya sudah. Ayo kita pulang, Sakura. Nanti Baa-san mencarimu. Ayo."

Mereka berdua pun melangkahkan kaki mereka menuju rumah. Selama perjalanan, Sakura terus menerus tersenyum. Bukan gila lho! Ia hanya senang karena menerima hadiah yang bagus dari Sasori.

.

.

.

"Sakura."

"Ya?" Sakura melangkah mendekati seseorang yang memanggilnya. "Ada apa Kaa-san?"

"Tadi, Sasuke datang kemari. Ia mencarimu. Entahlah. Terus Kaa-san bilang, Sakura sedang keluar. Terus dia titip pesan kalau Sakura sudah balik, ia ingin Sakura datang ke rumahnya." Ucap Ibu Sakura.

Sakura mengangguk mengerti. "Ya sudah. Aku ke rumah Sasuke dulu ya. Ittekimasu Kaa-san… Sasori-nii." Sakura langsung pergi keluar rumah menuju rumah Sasuke setelah pamit kepada Ibunya dan Sasori.

"Itterashai, Sakura."

Ibunya hanya mengulum senyum. Sasori menatap bibinya.

"Kenapa Baa-san tersenyum begitu?"

Bibinya, Ibu Sakura menoleh, "Hmmm… Baa-san hanya merasa senang saja. Harapan Baa-san sedikit demi sedikit terkabul. Baa-san tahu kenapa tadi Sasuke mencari Sakura. Kau juga mengerti kan?" Bibinya tersenyum penuh arti.

Sasori yang akhirnya mengerti kemudian mengangguk lalu tersenyum.

.

.

.

TOK… TOK… TOK…

CKLEK

"Hn."

"Permisi. Sasuke tadi kata Kaa-san kau mencariku. Apa benar?" Tanya Sakura.

Sasuke mengangguk. "Ya. Ayo masuk. Kita ke kamarku."

Sasuke mempersilahkan Sakura masuk kemudian menggandengnya menuju kamarnya.

.

.

"Ada apa kau mencariku?" Tanya Sakura lagi begitu sampai di kamar Sasuke. Ia duduk di tepi kasur Sasuke.

Sasuke naik ke atas kasur. "Hn. Aku ada perlu denganmu."

"Perlu apa?" Sakura memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Hn. Aku perlu-" Sebelah tangan Sasuke menarik tangan Sakura. Sebelah tangannya lagi mengambil sesuatu di balik bantalnya.

Sasuke mengarahkan bibirnya tepat di dekat telinga Sakura. "Happy Birthday, Sakura." Bisiknya pelan. "Aku tak melupakan hari spesialmu. Aku selalu mengingatnya. Jadi, jangan marah ya."

Sakura terbelalak. Ternyata Sasuke ingat! Bukan Sasuke yang salah, justru ialah yang salah karena telah marah duluan!

Sa… Sasuke ternyata ingat. Gomenne Sasuke… Aku telah marah-marah padamu. Gomenne…

"K… Kau ingat, Sasuke? Gomenne… Aku sudah marah duluan. Gomenne." Ucap Sakura. Ia tampak menahan tangis. Liquid bening mulai membanjiri pelupuk matanya.

Sasuke menjauhkan jaraknya dengan Sakura. Kemudian memberikan sebuah bingkisan pada Sakura.

"Sakura. Aku memanggilmu bukan untuk membuatmu menangis. Aku ingin kau senang. Sudah. Berhenti menangis." Ucap Sasuke menenangkan Sakura sembari menyeka air mata Sakura dengan ibu jarinya.

"Y… Ya. Arigatou, Sasuke. Arigatou gozaimasu." Sakura menghapus air matanya kemudian tersenyum. Senyum kelegaan.

"Hn. Bukalah."

Sakura kemudian membuka bingkisan tersebut. Ia kembali tercengang.

"Sa… Sasuke. Bagus sekali! Aku suka! Arigatou ! Arigatou, Sasuke!" Seru Sakura. Ia memeluk Sasuke erat sebagai rasa terima kasihnya. Hari ini ia menerima kejutan spesial yang membuat hatinya kian berbunga-bunga.

"Hn. Sekarang kau pulanglah. Jaga hadiah dariku baik-baik ya." Pesan Sasuke. Sakura mengangguk.

"Ya. Aku punya sesuatu juga untukmu. Nanti ya!" Seru Sakura sembari melangkah keluar kamar Sasuke.

"Hn."

Sasuke mengantar Sakura sampai pintu rumah.

"Hn. Pulanglah. Besok kita harus sekolah. Hm… Besok ada pelajaran jutsu. Sudah ya." Ucap Sasuke.

Sakura mengangguk. "Ya. Oyasumi Sasuke. Jaa…" Serunya sembari melambaikan tangan kearah Sasuke.

Sakura melangkah menuju rumahnya yang hanya terpaut beberapa rumah dari rumah Sasuke.

Sasuke menatap punggung Sakura yang semaki lama semakin tak terlihat tatkala Sakura semakin jauh dari tempatnya berdiri. Begitu sosoknya sudah tak nampak, Sasuke tersenyum tipis.

Hn. Oyasumi, Sakura.

Sasuke pun masuk kembali ke dalam rumahnya.

.

.

.

.

~*~ To Be Continued~*~

Hai, Minna-san! Arigatou bagi yang sudah membaca Fict Hazu terutama yang ini dan pertemuan kecil awal segalanya. Arigatou… Gozaimasu! Apalagi buat yang RnR! Plus plus lah… ^^

Jangan lupa abis baca ini review. Ya… ya… ya… :3

Gomenne jika banyak salah. Maklumin yee… :P

Jadi… RnR ya…. Sebanyak-banyaknya boleeehhh! X3

Wanna Review?