RE-MAKE STORY

ORIGINAL STORY BY OtsuTaka-chan Amadeus Matsumoto

Cerita ini bukan asli milik saya, cerita ini aslinya milik Otchuu. Aku cuma remake dengan beberapa cerita yang aku ganti nyesuaiin sama Chara disini karena asli ceritanya milik Otchuu tuh OC alias Ori Chara. www aku beraniin diri buat minta izin sama Ochuu tuh pas dengerin lagunya Luhan – Our Tomorrow. Rasanya pas dengerin lagu itu langsung kepikiran sama Flo. Karena dulu pas Otchuu bikin cerita ini tuh kita sering banget gosipin teman aku yang namanya dipake sama Otchuu buat nama di FF ini dan ya..

Dan yang pasti aku udah dapat izin dari Otchuu ya~ :3

Kalau mau cerita aslinya silakan PM nanti akan aku kasih linknya .

Happy read and review ? Heheheh

Let Me Be The One

Original Story by Otsu and Re-Make by me, DeathSugar

HunHan

.

.

.

Happy Reading and review please~

.

.

][ DeathSugar ][

Chapter 1

Let Me be the ONE

Present and Enjoy reading, guys ..

Malam minggu, malam yang berlalu sangat cepat untuk sebagian orang. Terlebih bagi mereka yang memiliki jadwal kencan dengan sang kekasih hati, menanti melalui kegiatan yang menyenangkan bersama-sama dan akan berakhir manis di ingatan. Sejauh manusia dapat mengingat, menyimpan kenangan dalam otak canggihnya yang tidak di miliki makhluk hidup lainnya.

Gerimis mewarnai malam minggu pada minggu ke dua pada bulan Oktober ini. Jalan raya masih sangat ramai, mobil, motor, taxi, dan berbagai jenis kendaraan lainnya masih meramaikan jalan yang seolah tidak ada hentinya.

Menghiraukan air hujan yang turun ke Bumi. Bukanlah sebuah hambatan, selagi gerimisnya tidak berubah menjadi hujan. Dan hal itu akan sangat menyebalkan bagi pejalan kaki dan pengendara motor yang berada di jalan. Gerimis begini saja para pengendara motor sudah saling adu cepat, tak ingin berlama-lama di jalan dan membuat tubuh mereka semakin basah.

Sayangnya lampu lalu lintas berubah merah saat motor sport hitam berplat nomor cantik itu akan berbelok. Sang pengendara mengerem laju motornya dengan mendadak, desisan sebal keluar dari mulutnya.

Ia menilik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Helaan nafas pelan meluncur dari sela-sela bibirnya saat mengetahui jam tangannya sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Sosok tegap itu mendongak, menatap monitor penghitung mundur lampu setopan. Ke dua tangannya telah siap berada di kemudi begitu lampu berubah hijau ia tancap gas tanpa membuang-buang waktu lagi.

Motor sport tersebut melaju cepat tanpa hambatan. Meliuk-liuk membalap kendaraan-kendaraan di depannya. Helm dan jaket kulit hitamnya tak banyak membantu hawa dingin yang menerpa tubuhnya, namun hal itu tidak membuatnya mengurungkan niat untuk menunda perjalanan singkatnya menuju Gedung Serba Guna.

Motor hitam itu menikuk pada belokan ke dua, meninggalkan jalan raya yang ramai dan memasuki kompleks perkantoran. Sepasang mata berwarna cokelat gelap dengan tatapan tajam bak elang yang tertutupi kaca helm itu menatap tajam pada jalanan di depannya.

Dari jarak 10 meter ia dapat melihat keramaian di depan gedung yang menjadi tujuannya. Dengan mudah motor sport tersebut berbelok masuk ke area Gedung Serba Guna yang saat ini sangat ramai.

Mobil-mobil mewah terparkir rapi di sepanjang halaman Gedung, terdapat banyak karangan bunga yang terjejer di lobi, serta beberapa stand lukisan yang berjajar rapi di depan pintu masuk.

Bermacam-macam orang, dari berbagai macam penampilan masuk silih berganti. Beberapa gadis yang berdiri berkelompok di dekat pintu masuk mendadak bungkam saat tanpa sengaja mata mereka melihat sosok pemuda tinggi berambut cokelat terang, berjalan masuk dengan santainya.

Pemuda yang tidak lain adalah pengendara motor sport hitam yang baru saja datang―melangkahkan kakinya masuk. Ia berdiri tepat di depan pintu, menoleh ke kanan-kirinya nampak tengah mencari seseorang.

Deretan foto berukuran besar menyambutnya di depan pintu. Senyuman tipis tergurat di bibirnya melihat pemandangan itu. Pemuda berambut pendek ala member boyband korea itu menepuk-nepuk blazer hitamnya yang berline merah gelap di bagian pinggirnya―memeriksa jika ada bagian yang basah.

Sosok jangkung tersebut tampak sempurna di dalam balutan pakaian semi formal serba hitam. Blazernya di biarkan terbuka memperlihatkan t-shir putih V neck-nya. Penampilan fisik yang sangat menunjang untuk membuat para wanita yang berjalan melewatinya menoleh memperhatikannya.

Pemuda jangkung itu menilik jam tangannya. Entah apa yang membuatnya terlihat lebih sering melihat jam tangan mewahnya itu.

"Hun-ah! Sehun-ah!"

Pemuda berambut cokelat itu mengangkat wajahnya, mencari asal suara yang memanggilnya. Hingga mata elangnya merekam sosok pria dengan lesung pipit berambut hitam dengan senyum manis yang tengah berjalan kearahnya.

"Baru datang kau?" tanya pria tersebut begitu tiba.

"Iya, maaf Hyung aku telat" kata Sehun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Santailah, mana Hyung mu?" pria itu melihat ke sekitar.

"Dia datang telat katanya"

"Benar-benar orang itu. Ya sudah, aku tinggal dulu ya, ada tamu yang harus aku temui, masuk dan lihat-lihatlah karyaku" ujar pria itu menepuk pundak Sehun.

"Baik, Hyung"

"Beritahu aku kalau Suho datang"

"Ok" Sehun mengangkat jempolnya. "Lay-hyung!" panggilnya, membuat pria tersebut menoleh padanya.

"Selamat untuk pameran tunggal mu!"

Lay tersenyum lebar, menampilkan lesung pipitnya yang membuatnya terlihat begitu manis—dan tampan diwaktu yang sama—dan mengangkat jempolnya tinggi-tinggi. Sehun mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Sadar jika berdiri di depan pintu gedung, ia buru-buru melangkahkan kakinya masuk.

Menjajaki sisi kanan gedung. Menyusuri deratan foto berbingkai dari berbagai macam ukuran yang tertata rapi. Banyak orang berdiri di depan foto-foto tersebut, membicarakan tentang foto tersebut dan tak sedikit pula yang mendiskusikannya.

Pemuda bermata tajam itu berjalan di pinggir dekat dinding, sekedar melihat-lihat foto dalam ukuran besar yang tergantung di dinding. Mimik wajahnya tetap datar memperhatikan foto-foto tersebut satu persatu, tanpa ekspresi khusus seperti kebanyakan orang yang datang ke pameran foto tersebut.

Ia tidak tahu apapun mengenai foto, ia buta akan dunia fotografi. Tapi meskipun ia tidak mengerti dimana indahnya foto-foto tersebut, Sehun mengakui jika foto-foto jepretan Lay memiliki daya tarik tersendiri, tapi ia tidak tahu apa itu.

Sehun menghentikan kakinya tepat di sebuah foto super besar. Ia memutar kepalanya, melihat ke arah pintu masuk, lalu menatap berkeliling menilik satu persatu wajah tamu pameran di sana―sejauh matanya dapat melihat.

Ia tidak melihat sosok Suho―kakaknya di sana. Pemuda tampan itu menilik jam tangannya lagi, sudah pukul delapan lewat lima belas menit, tapi kakaknya tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Sehun mengangkat kepalanya, menatap foto super besar yang menyuguhkan seorang anak laki-laki bertubuh kecil, memakai hoodie―berjongkok di antara Burung Dara yang tengah makan―menatap burung-burung itu dengan kedua tangan terlipat di atas lutut, dengan background pohon besar yang rindang dan matahari senja memunggunginya. Senyuman tipis terukir di bibirnya, menatap burung-burung yang makan di depannya.

Tidak ada yang special dari foto itu, terkecuali burung-burung yang terbang di sekitarnya. Tapi entah kenapa Sehun tak mengedipkan matanya menatap foto tersebut. Menatap lurus pada anak laki-laki berhoodie tersebut. Hingga beberapa detik kemudian mata Sehun bergerak, membaca keterangan yang ada di bawah foto.

Missing Memory

Apa artinya? Sehun mengerutkan kening samar. Ia beranjak berdiri di foto selanjutnya. Yang ini berukuran lebih kecil dari yang sebelumnya. Namun masih dengan objek yang sama. Anak laki-laki yang memakai jumper yang sama, bedanya ia tak memakai hoodie yang menutupi kepalanya.

Berdiri seperti di sebuah taman, dengan background lampu warna-warni, menikmati ice cream dan matanya menatap ke arah lain. Ia yakin jika foto itu dan yang sebelumnya di ambil secara candid. Dan sama seperti yang sebelumnya, tidak ada yang special, kecuali wajah polos anak laki-laki itu.

Sehun menoleh ke samping kirinya saat merasakan kehadiran orang lain di dekatnya.

"Aku suka anak ini" kata Lay yang kini berdiri di sebelah Sehun.

"Kenapa Hyung?" Sehun menatap pria itu.

"Dia sangat natural, aku banyak memotretnya secara candid tapi memang wajahnya sangat cocok di depan kamera"

"Model baru 'kah, Hyung?"

"Bukan, aku sering melihatnya di taman kota"

"Malam-malam?" kening Sehun berkerut dalam. Karena ke dua foto tersebut di ambil saat hari beranjak malam dan malam hari.

Lay mengangguk kecil.

"Ada lagi, yang ini kesukaanku. Ayo" ajak Suho melangkahkan kakinya mengisyaratkan Sehun untuk mengikutinya. Pemuda jangkung itu pun berjalan di belakang mengikuti Suho, karena ramai dan tidak mungkin mereka berjalan beriringan yang tentu akan memakan tempat. Mereka melewati beberapa foto, dan berhenti di depan sebuah foto berukuran sedang yang berjudul 'Fallen Angel'.

Sehun termenung di tempat, matanya menatap lurus pada foto itu.

"Keren 'kan?" desis Lay.

"..."

Sehun seolah terpaku dengan foto yang di tatapnya itu. Anak laki-laki yang sama. Duduk di lantai, merebahkan kepalanya ke tekukkan tangannya di atas sofa berwarna putih, menatap datar tanpa ekspresi yang khusus, kulitnya yang putih terpadu dengan baju serba putihnya dan sayap putih membentang di punggungnya.

Malaikat yang rapuh dan dingin. Namun bukan itu yang di lihat Sehun, melainkan wajah pucat tanpa harapan menatap dengan tatapan yang menyimpan luka di dalamnya. Itu bukan raut datar, namun wajah putus asa. Wajah manis yang menyimpan duka di dalamnya.

Sehun tersentak kecil ketika ponsel di saku celananya berbunyi. Ia cepat-cepat merogoh sakunya dan mengangkat panggilan masuk itu. "Hallo?"

["...?"]

"Hyung dimana? Aku sudah di tempat Pameran"

["..."]

"Ok, aku mengerti. Nih, ada di sebelahku"

["..."]

"Suho-Hyung ingin bicaya denganmu, Hyung" ujarnya menyodorkan ponselnya pada Lay yang berdiri disampingnya.

"Oh" Lay mengambil benda kecil itu. Perhatian Sehun kembali pada foto di depannya, selagi Lay sedang bicara dengan Suho di telepon. Ada sesuatu yang membuatnya ingin terus menatap foto tersebut.

[ Sehun's Pov]

Aku berharap saat ini aku berada di tempat tidur kamarku, terlelap ke alam mimpi dan mengistirahatkan badanku yang rasanya mau remuk. Jadwalku hari ini amat sangat padat, dan sekarang sudah jam 7 malam tapi aku masih berada di Taman Kota bersama ke empat temanku untuk berlatih basket di lapangan kecil yang ada di Taman. Kami memang sudah kelas 3, tapi tidak ada salahnya 'kan berlatih? Minggu depan juga kita ada pertandingan terakhir sebelum benar-benar pensiun.

Mungkin sudah 5 menit aku duduk di pinggir lapangan, pada undakan paling atas, karena lapangan kecil ini di pagari oleh pembatas yang melingkupi lapangan, dan pada bagian dalam Taman terbuka sebagi jalan masuk ke lapangan.

Ku luruskan ke dua kakikku dengan memperhatikan Kai dan Chanyeol yang sedang berlomba memasukkan bola ke ring, Tao dan Chen sedang membeli minuman di bagian depan Taman.

Aku menghela nafas, bosan rasanya menunggu dua orang itu kembali, padahal jaraknya dekat tapi tidak juga muncul, aku 'kan haus. Ujung kakiku ku goyang-goyangkan pelan, mengusir bosan sambil memperhatikan ke sekitar lapangan ini. Tidak banyak orang di tempat ini, apalagi ini malam rabu, pasti tidak seramai minggu. Tapi tetap saja banyak pengunjung, Taman ini bagus dan bersih jadi banyak yang datang kemari. Lagipula kami sengaja berlatih malam hari di Taman ini juga suasananya yang kondusif dan tidak seramai siang hari, lagian kalau siang 'kan tidak bagus untuk kulit, hahaha

Tao dan Chen berjalan ke arahku dengan menenteng sebuah kantong plastik putih. Datang juga akhirnya mereka.

"Kai! Chan! Istirahat dulu nih!" seruku pada mereka.

"Nih" Tao melemparkan botol air mineralku padaku dan ku tangkap dengan sigap. Chen duduk di depanku di tanah dengan menekuk ke dua kakinya, dan Tao mengambil tempat di sebelah kiri ku. Chanyeol dan Kai yang baru merapat langsung duduk di sebelah kananku, Chanyeol menyambar botol air mineral dingin yang ada di dekat kakiku yang masih tersegel.

"Hei hei, kalian lihat anak berbaju garis-garis di sana?" Chanyeol membuka percakapan. Ia menatap ke arah yang di maksudnya.

"Yang mana?" Kai memperhatikan sekeliling, Tao ikut-ikutan mencari anak yang di maksud Chanyeol tadi.

"Itu itu yang itu" Chanyeol menunjuk sembunyi-sembunyi ke arah kursi kayu di luar lapangan, berdekatan dengan pohon.

Aku melihat ke arah yang dia maksud. Kami berlima menatap ke arah seorang anak berambut coklat caramel itu, memakai baju lengan panjang garis-garis hitam-putih yang pas di badan kecilnya, duduk di kursi kayu itu sambil mengusap-ngusap anjing berjenis Golden Retriver di depannya.

"Memangnya kenapa?" tanyaku bingung. Perasaan tidak ada yang aneh dengan anak itu.

"Sadar tidak anak itu hampir setiap hari di sini saat kita berlatih" kata Chanyeol.

"Lalu?" aku mengerutkan kening bingung.

"Apa tidak aneh, mengajak anjing peliharaan jalan-jalan pada malam hari?"

Benar juga sih, kebanyakan orang akan mengajak anjing jalan-jalan saat pagi atau sore hari.

"Jangan-jangan dia fans salah satu dari kita" Kai menyahut dengan sangat percaya dirinya dan langsung di sambut ejekan anak-anak.

"Tapi anak itu manis juga, kenalan yuk" ajak Chen. Kumat, tidak bisa melihat orang yang menarik sedikit saja.

"Yang ada anak itu bakal takut melihatmu" kataku. Tao dan Chanyeol tertawa terbahak.

"Dasar !" pingkal Chanyeol, tawa mereka semakin menjadi.

"Ketawa terus! Nih! Nih! Rasain!" Chen menyumpal mulut Chanyeol dengan tutup botol miliknya.

"Sial! Kalau aku tersedak bagaimana hah?!" Chanyeol melempar tutup botol itu tepat ke jidat Chen.

"Eh eh, tapi boleh juga, anaknya langsing, dan sepertinya manis. Mungkin bisa menjadi pelampiasanku ketika aku bosan dengan pacarku" Kai senyum-senyum mesum.

"Tapi sepertinya dia masih anak-anak, Kai. Kau tidak takut dituntut dengan tuduhan pelecehan anak dibawah umur 'kan?" kataku mengamati anak yang jadi bahan obrolan kami.

Dari jauh wajahnya cukup manis dan imut, memang. Aku akui.

"Kita belum tahu dia anak-anak atau bukan 'kan. Ayolah!" Kai berdiri seraya menarik lengan Chanyeol.

"Kalian serius?" aku menatap Kai dan Chanyeol bergantian.

"Kapan lagi ada anak manis dan imut, ayo" Kai menarik-narik jersey Chanyeol.

"Ayo Hun!" karena sepertinya Chanyeol tidak menanggapi ajakan Kai—mungkin karena Chanyeol terlalu setia kepada kekasihnya yang bernama Baekhyun itu atau mungkin juga Chanyeol takut Baekhyun tahu dia tengah menggoda gadis lain—Entahlah. Yang pasti terlihat jelas muka malas Chanyeol. Dan karena Chanyeol yang terlihat malas dengan ajakannya itu, Kai melirik kearahku. Menatapku dengan tatapan tengilnya.

Kai menarik t-shirtku paksa, Tao dan Chen mengikuti kami mendekati anak itu. Oh ya, Chanyeol mengikuti kami juga akhirnya walau wajahnya terlihat malas. Jujur saja aku agak malas untuk berkenalan dengan wanita saat ini. Dengan badan bau keringat seperti ini? Yang benar saja, Hey, bagaimana dengan image seorang Oh Sehun ini nanti !

"Hai" sapa Kai sok akrab. Aku merapikan kaosku yang tadi seenak udel di tarik oleh Kai.

"Boleh kenalan?"

Aku menahan tawaku, jelas-jelas anak di depan kami tidak menggubris ajakan Kai. Dia tidak melirik kearah kami sama sekali dan hanya memfokuskan tatapan pada anjing peliharaannya itu.

"Dia bukan orang jahat Nona, cuma memang dia agak menyeramkan. Kau bahkan bisa melihat kulit gelapnya itu" kataku, Kai melotot padaku.

Tao dan Chen terkekeh di sebelahku. Pipiku menggelembung menahan tawa pada gelagat Kai yang siap meledak gara-gara ledekanku.

Anak di depan kami akhirnya mengangkat wajahnya dari anjing yang sedang di elus-elusnya. Mata bak rusa itu tanpa sengaja menatap mataku, membuat kegelianku hilang seketika. Wajah manis -dan lebih mengarah ke definisi imut itu- pucat, agak tirus itu mengingatkanku pada foto yang kemarin ku lihat di pameran Lay Hyung. Mata bak rusa yang tersirat luka itu mengerjab, menatap kami dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. Ia miringkan sedikit kepala-masih dengan tatapan yang tidak bisa diartikan-mata bak rusanya kemudian berhenti menatapku.

Bukankah dia anak yang…

"Kau..." desisku melihat wajahnya sejelas ini.

To Be Continued~

Gimana ?

Adakah caci makinya untuk saya ?

Saya ada beberapa hal yang saya ganti dari cerita milik Otsu.. tapi ya ga banyak sih .. Cuma buat ngepasin sama keadaan Sehun sama Luhan aja. www

Nah .. ada yang baca kah ?

Jangan lupa review ya kaka.. ga baik jadi silent reader mulu~ *kedip najis*