Title : Jumping The Gun — chapter 1: As Right As Wrong

Author: aalterna

Fandom: NARUTO

Rating: T+

Disclaimer: NARUTO isn't mine

Begin

writeln('-');

"Jadilah milikku dan aku akan memberimu segalanya,"

"Ini nomor ponselku,"

"Segera hubungi aku ketika kau berubah pikiran."

writeln('-');
2 Juli
07:06 AM
Koridor sekolah

Tempat itu terlihat sepi, dan meskipun pemuda itu tahu alasannya, dia tidak sedang ingin memikirkannya. Jadi dia hanya melanjutkan langkahnya. Sejak dia berjalan melewati pintu masuk, yang terdengar disekitarnya hanyalah suara langkah kakinya yang bergerak dengan teratur. Dan itu adalah suara yang cukup menyenangkan untuk didengar.

Hari ini, di hari pertamanya masuk sebagai kelas 2, pemuda bernama Sasuke itu memilih untuk datang sedikit lebih terlambat dari biasanya dan sengaja tidak mengikuti Upacara Pembukaan Tahun Ajaran Baru yang telah berlangsung sejak lima menit yang lalu di aula sekolah. Sasuke tidak mengikuti acara itu karena alasan sederhana: Sasuke tidak menyukai tempat yang terlalu ramai. Dia lebih menyukai keadaan yang seperti sekarang ini, keadaan yang lebih lengang.

Di tengah kegiatan berjalan santai-nya, tiba-tiba sesuatu menarik perhatian Sasuke. Sebuah papan pengumuman yang di atasnya tertempel kertas berisi pembagian kelas bagi murid kelas dua itu, kini menjadi pusat perhatiannya. Sasuke jadi ingat jika mulai sekarang dia tidak lagi berada di kelasnya yang lama.

Mendekatkan dirinya ke papan pengumuman, Sasuke mulai mencari namanya di antara daftar nama yang ada dan menemukan namanya di daftar nama penghuni kelas 2-2. Namun, seolah-olah Tuhan ingin merusak harinya yang tenang dan damai, Tuhan meletakkan nama Naruto Uzumaki di kelas yang sama dengan Sasuke.

Kemudian saat itu juga, Sasuke Uchiha, pemuda berumur 17 tahun yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA Akatsuki Gakuen itu berpikir jika hidupnya bisa lebih buruk dari sekarang. Bukan hanya karena papan pengumuman di depannya yang secara nyata memberitahu bahwa tahun ini dia akan sekelas lagi dengan Naruto, tapi semuanya lebih karena... yah, Sasuke akan sekelas lagi dengan Naruto.

Mengalihkan pikirannya, Sasuke memilih untuk memperhatikan kertas pengumuman yang lain selain kertas pembagian kelas. Tak butuh waktu lama sampai bola mata beriris onyx-nya terpaku pada selembar kertas yang berjudul "Bye Bye The Jinchuuriki"

The Jinchuriki adalah band sekolah yang baru kemarin seluruh anggotanya lulus dari Akatsuki Gakuen. Sekedar informasi, setiap tiga tahun sekali Akatsuki Gakuen selalu membuat sebuah band sekolah. Band-band itu tak sedikit yang menjadi sangat terkenal. Mereka tidak hanya terkenal dalam lingkungan sekolah, mereka bahkan mampu bersaing di luar kota dan tidak sedikit yang berhasil menembus pabrik rekaman terkenal. Namun, tidak banyak orang yang tahu alasan sebenarnya kenapa Akatsuki Gakuen selalu memiliki agenda untuk membuat band sekolah. Di luar semua itu, yang jelas tahun ini pun pihak sekolah pasti akan membuat satu band sekolah lagi.

Pemuda berambut raven itu hanya menghela nafas panjang, Kenapa dia harus peduli pada band sekolah itu? pikirnya yang kemudian memutuskan untuk berjalan melewati lorong itu menuju kelas barunya.

Dua langkah setelah beranjak dari tempatnya tadi, seseorang menabrak Sasuke dari belakang. Sasuke menghentikan langkah kakinya, menengok ke balik punggungnya dan melemparkan tatapan membunuhnya pada siapapun yang berani menabraknya.

Sedetik kemudian si raven mendapati seorang pemuda berambut pirang-lah yang berdiri di belakangnya dengan wajah menunduk.

Sasuke mengernyit. Seperti hari-hari biasanya, si pemuda berambut pirang di belakangnya itu masih memiliki tiga garis horisontal di masing-masing pipinya, masih memiliki rambut pirang acak-acakan, masih memakai seragam sekolahnya dengan tidak rapi, dan (ini yang paling aneh), si rambut pirang masih membawa dua buah stick drum kemanapun dia pergi. Memang pemuda beriris safir itu adalah seorang drummer, semua orang tahu itu, tapi dia tidak perlu membawa stick drum kemanapun dia pergi bukan?

Sasuke mengerutkan dahinya, "Dobe, apa-apaan?"

Yang dipanggil Dobe, pemuda yang bernama asli Naruto itu mendongak menatap Sasuke sekilas, kemudian menundukkan kepala lagi, tangan kirinya menggenggam kedua stick drum-nya sementara tangannya yang lain memegang dagu, "Sebentar, aku sedang berpikir,"

Sasuke tidak mungkin bisa lebih kesal daripada sekarang saat si Dobe tidak menghiraukannya. Paling tidak seharusnya si pirang bisa meminta maaf atau apa dan bukan malah menganggap seolah-olah Sasuke hanyalah sebuah batu yang kebetulan menghalangi jalannya.

Dengan nada menyindir yang kentara Sasuke berujar, "Oh, kau bisa 'berpikir' ternyata. Aku cukup terkejut, ternyata kau punya otak juga."

Sasuke tahu jika saat itu tubuh Naruto sedikit menegang. Namun si dobe terlihat masih menundukkan kepalanya seolah-olah memang sedang sibuk memikirkan sesuatu dan tidak peduli pada apa yang Sasuke ucapkan. Tapi Sasuke tahu jika Naruto mendengarkannya.

Sebuah seringai kecil mengembang di bibir sang Uchiha, "Jangan memaksakan dirimu, Dobe. Karena sepertinya tubuhmu tidak bisa bekerja di saat yang bersamaan ketika kau berpikir."

Naruto masih menunduk, poni pirangnya menutupi mata Naruto sehingga ekspresinya tidak terbaca oleh Sasuke. Kemudian Sasuke bicara lagi, kali ini dengan nada datar yang menyebalkan, "Dasar bodoh."

"Tidak bisakah kau berhenti menyebutku bodoh setiap kali kita bertemu?" akhirnya Naruto angkat bicara juga, Naruto menatap mata Sasuke sebentar, kemudian segera menghindar dari tatapan Sasuke dengan melihat ke arah lain sambil memegang dagunya untuk berpikir.

"Jika kebodohanmu tidak semakin bertambah setiap kali kita bertemu, tentu saja."

"Aku tidak bodoh!" bentak Naruto yang mulai kehilangan kesabaran.

"Tapi kau juga tidak pintar Dobe,"

"Berhenti memanggilku Dobe! Aku punya nama tahu!"

"Ya ya terserah apa katamu, Do-be,"

Naruto menggeram kemudian mendengus dan bicara dengan nada sinis, "Setidaknya bukan aku, orang yang tidak tahu nama orang yang sudah dikenalnya sejak kelas satu,"

"Aku tahu namamu,"

"Oh benarkah? Bisakah kau menyebutkannya untukku?"

"Kenapa? Kau lupa namamu sendiri?"

"Tentu saja tidak! Berhentilah memutar-mutar pembicaraan, Sasuke! Ah iya, aku tahu masalahnya, otakmu itu memang sudah terlalu sempit jadi tidak ada cukup tempat untuk mengingat sebuah nama,"

Jeda sesaat sebelum Sasuke mengangkat bahu sambil menghela nafas, "Mungkin kau benar,"

Jika saat ini Naruto percaya bahwa Sasuke telah menyerah dengan mudah, maka dia harus segera menyingkirkan pikirannya itu karena Sasuke tidak akan menyerah dengan mudah.

Sasuke membuktikannya dengan melanjutkan kata-katanya, "Otak-ku memang sulit mengingat nama orang bodoh,"

Naruto tidak sempat membalas karena ponsel seseorang terdengar menginterupsi dengan memainkan nada empat not. Baik Sasuke maupun Naruto langsung tahu darimana suara itu berasal.

Meskipun masih melemparkan pandangan sebal ke arah Sasuke, Naruto toh mengeluarkan ponselnya juga dan menekan sebuah tombol yang membuat nada itu berhenti. Kemudian pandangan si pirang teralih pada ponsel di tangannya untuk membaca sebuah pesan yang baru saja masuk.

Setelah selesai membaca pesannya, Naruto bicara pada pemuda yang berdiri di depannya sambil mengacungkan stick drum-nya, "Kita belum selesai Teme," Naruto memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.

"Aku tidak ingat kita pernah memulai sesuatu,"

"Hah..." Naruto mengusap rambutnya ke belakang, "Terserah kau," setelah bicara begitu Naruto langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi entah kemana sambil mengayun-ayunkan stick di tangan seperti tengah memainkan drum imajiner.

Sasuke tidak bermaksud untuk menjadi seseorang yang 'terlalu banyak berfikir' (terutama tidak, jika hal yang dipikirkannya berhubungan dengan si Dobe pirang itu). Tapi melihat tingkah laku Naruto yang agak berbeda (bertingkah aneh dengan menghindari kontak mata dengannya seolah-olah dia tidak ingin Sasuke mengetahui sesuatu) itu mau tak mau membuat Sasuke menjadi sedikit penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya Naruto lebih mudah marah, jika Sasuke memprovokasinya atau meledeknya sedikit saja, Naruto akan langsung mengamuk. Tak jarang keduanya akan berakhir di UKS sekolah karena berkelahi. Tidak seperti yang terjadi tadi. Dimana Naruto lebih memilih untuk menahan emosinya. Dimana si pirang bodoh itu lebih memilih untuk mendesah panjang saat Sasuke melontarkan ejekan padanya. Dimana si pirang bersikap seolah-olah dia tengah bicara dengan anak kecil setiap kali Sasuke mengajaknya bicara.

Pikiran yang mengatakan jika Naruto mungkin menganggapnya sebagai anak kecil itu membuat Sasuke bertambah kesal jika mungkin.

Berusaha mengalihkan perhatiannya, Sasuke memutuskan untuk meraih ponselnya sendiri. Saat itulah Sasuke melihat sebuah pesan baru telah bertengger di layar ponselnya. Entah sejak kapan pesan itu berada disana, si raven tak tahu karena dia memang selalu mematikan nada deringnya. Tak butuh waktu lama sampai Sasuke membukanya lalu membaca isinya,

Kakashi-sensei memintamu pergi ke ruang musik sekarang.

Sai

Dan sekarang, kenapa pula guru musik itu ingin bertemu dengannya?

Terlebih lagi, sejak kapan Sai tahu nomor ponselnya? Seingat Sasuke, yang tahu nomor ponselnya hanya lima orang. Dan itu tidak termasuk Sai di dalamnya.

Menuruti isi pesan itu, Sasuke pun berjalan menuju ruang musik dalam diam.

writeln('-');
07:15 AM
Ruang musik

Sasuke dapat mendengar suara seorang wanita yang tengah bernyanyi diiringi dengan petikan gitar ketika Sasuke berada cukup dekat dengan ruang musik. Namun si raven tidak terlalu mempedulikannya. Dia membuka pintu ruang musik begitu saja dan membuat suara yang berada di dalam jadi terdengar lebih keras.

When you start the day, my friend

come on hold my hand

Start to sing and start to dance,

come on take a chance

Si pemuda berambut raven memperhatikan isi ruangan itu. Dia dapat melihat Sakura yang tengah bernyanyi dan Sai, pemuda yang mengiringinya dengan sebuah gitar, duduk di sebelahnya sambil sesekali mengalihkan pandangannya dari gitar ke selembar kertas yang diletakkan di atas meja-yang Sasuke yakini sebagai chord lagu itu.

You can run and catch the sun,

and your day has begun

Put a smile on your face, my friend

Praise the holy land

Tiba-tiba Sasuke memproses segala informasi yang ada di sekitarnya. Sakura, Sai, dan Sasuke yang dikumpulkan di satu tempat oleh seorang guru musik...

Sasuke langsung tahu hal apa yang akan dibicarakan mereka nanti, yang mana membuat Sasuke langsung berpikir untuk pergi jauh-jauh dari ruang musik detik itu juga dan tidak pernah kembali lagi.

When you feel so sad my friend,

come on hold my hand

Lift your life with a smile my friend,

forget the bitter end

Sakura masih asik bernyanyi, dan Sai masih sibuk dengan gitarnya. Namun sebelum Sasuke beranjak pergi dari ruangan itu, Kakashi sudah lebih dulu menyadari keberadaannya. Tatapan keduanya sempat bertemu sebelum si pria berambut perak memberi isyarat dengan tangannya agar Sasuke masuk. Tahu jika dia tidak bisa mengelak, dengan enggan Sasuke mengikuti perintah guru-nya itu dan mendudukkan dirinya di single sofa yang terletak di dekat drum.

You can be a better man,

the future is in your hand

Listen to your heart my friend

Praise the holy land

Kali ini Sakura menyadari keberadaan Sasuke. Kemudian masih sambil bernyanyi, Sakura tersenyum ke arahnya, tubuhnya bergoyang menikmati iringan gitar seolah mengajak Sasuke untuk ikut bernyanyi bersamanya. Jika saja orang yang saat itu berada di posisi Sasuke bukanlah Sasuke, orang itu pasti akan ikut bernyanyi. Tapi yang berada disana adalah Sasuke. Dan segala hal yang dilakukan Sasuke saat itu hanyalah diam.

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Seolah-olah tahu jika Sasuke minim reaksi, Sakura kembali tersenyum. Saat lagu itu sampai pada bagian bridge, Sasuke harus mengakui jika Sakura mampu mengisinya dengan cukup bagus, namun tentu saja dia tidak akan mengatakannya keras-keras. Bagian bridge selesai dan Sakura kembali menyanyikan liriknya,

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me ah

Sing and dance with me

Kakashi memberi tepuk tangan cukup lama sebelum memuji dengan senyum lebar mengembang di bibirnya, "Bagus sekali Sakura."

"Terima kasih sensei,"

"Dan Sai, kuharap lain kali kau tidak memakai gitar akustik untuk ini,"

Sai bergumam, "Tentu."

Sasuke hanya terdiam memperhatikan si rambut pink dan si rambut hitam. Sai dan Sakura adalah siswa dan siswi yang juga seangkatan dengan Sasuke, namun Sasuke tidak sekelas dengan mereka di kelas satu dan bisa dikatakan dia hampir tidak mengenal mereka. Meskipun mereka berdua sudah terkenal di Akatsuki Gakuen sebagai orang-orang yang ahli dalam bidang musik, sebatas yang Sasuke tahu, Sakura adalah seseorang yang pintar bernyanyi. Sementara Sai... Sasuke tak tahu, pemuda yang berkulit lebih pucat darinya itu bisa memainkan alat musik apa.

Meskipun tadi Sasuke sudah melihat bagaimana Sai memainkan sebuah gitar, namun dari cara Sai bermain tadi Sasuke tahu jika gitar bukanlah elemen Sai yang sebenarnya.

Kini perhatian Sasuke tertuju pada guru musik yang terlihat tersenyum pada tiga orang yang ada disana. Tak butuh waktu lama sampai Kakashi bertanya pada mereka, "Nah, apa ada yang tahu alasan kenapa aku mengumpulkan kalian disini?"

Sai yang baru saja meletakkan gitar di samping kursi menyahut dengan wajah datar, "Selain karena kau akan memberitahu kami jika kami akan di satukan dalam sebuah band?" Sai mengangkat bahunya, "Entahlah. Karena aku hanya tahu itu,"

Kakashi menatapnya, "Kadang aku curiga padamu yang tahu banyak hal, Sai. Apa kau ini mata-mata?"

Sasuke ikut mengarahkan pandangannya pada Sai, tapi dia melakukannya dengan tatapan ingin tahu bagaimana caranya Sai bisa mendapatkan nomor ponselnya.

Ketika pandangan semua orang tertuju ke arahnya, Sai membuka mulutnya, "Tentu saja bukan. Jika aku memang mata-mata, paling tidak aku tidak akan berada disini. Aku pasti sedang di perkerjakan oleh seorang pemberontak negara bermata satu yang-"

"Ayolah guru Kakashi, bukankah itu adalah hal yang sangat mudah ditebak?" Sakura memotong kata-kata Sai tanpa perasaan, "Lagipula untuk apa kau memanggil Sai yang pintar memainkan bass, aku yang pintar bernyanyi, dan Sasuke yang pintar memainkan... err... memainkan entahlah... dalam suatu tempat? Kita tidak membutuhkan mata-mata hanya untuk menyadari hal kecil seperti ini bukan?"

Jadi Sai seorang pemain bass, Sasuke menyimpulkan dari kata-kata Sakura.

"Kau membuatnya terdengar sepele, tapi itu memang benar," Kakashi mengedarkan pandangannya pada tiga orang murid yang ada di depannya, "Sekarang, dimana Naruto?"

Begitu mendengar nama yang disebutkan oleh gurunya itu, Sasuke langsung menegakkan punggungnya, "Jangan bilang si Dobe itu juga dilibatkan dalam hal ini,"

"Dobe? Siapa dobe?" tanya Kakashi bingung.

Sakura terkikik, "Guru tidak tahu? Itu kan panggilan sayang Sasuke untuk Naruto,"

Untuk sedetik, Sasuke sempat heran karena Sakura tahu jika Dobe berarti Naruto, tapi selebihnya Sasuke hanya melemparkan pandangan membunuh ke arah Sakura.

'Dobe' bukan sebuah panggilan sayang. Itu yang ingin Sasuke tegaskan.

Guru Kakashi ber-oh kemudian bicara pada Sasuke sambil tersenyum, "Kalau begitu aku tak akan bilang,"

Sasuke sudah siap melemparkan sumpah serapah yang dia tahu tepat saat satu-satunya pintu di ruangan itu dibuka secara kasar dari luar.

"Maaf aku terlambat!"

Sasuke bahkan tidak perlu menengok ke sumber suara untuk mengenali siapa orang yang baru saja masuk itu. Dan fakta yang menyatakan bahwa Sasuke sekarang sudah menjadi sangat hafal dengan suara berisik si pirang tidak membuat kerutan di dahi Sasuke menghilang.

Naruto berjalan masuk sambil bicara jika dia baru saja ada urusan sebelum meminta maaf berulang kali pada guru Kakashi. Sakura tertawa kecil melihat tingkah Naruto sementara Sai hanya menatap Naruto dengan wajah datar. Beberapa saat kemudian Kakashi meminta si rambut pirang untuk duduk di kursi kosong di dekat Sakura. Dan saat itulah Naruto (anehnya) baru menyadari keberadaan Sasuke.

"Kenapa Teme juga ada disini?!" Naruto berdiri, memekik sambil menunjuk Sasuke seperti orang baru melihat hantu. Jika saat itu Naruto tidak memasukkan stick-nya ke saku celananya, Sasuke yakin jika Naruto akan menunjuk wajahnya menggunakan benda itu.

"Heh. Kau butuh waktu cukup lama untuk menyadari keberadaanku. Dasar lamban." Sasuke bicara tanpa berpikir dua kali.

"Sebentar, sebentar, biar kutebak. 'Teme' itu panggilan sayang Naruto untuk Sasuke?" tanya Kakashi sambil tersenyum penuh arti ke arah Sakura.

Sakura balas tersenyum lebar.

"Dan kenapa pula kalian menyebut ledekan sebagai panggilan sayang?" tanya Naruto putus asa.

"Ayolah Naruto, kami hanya bergurau," Sakura memegang pergelangan tangan Naruto dan menariknya untuk duduk. Si pirang tidak memprotes, dia hanya melemparkan kekesalannya melalui tatapan yang dia tujukan pada Sasuke.

"Apa?" tanya Sasuke.

Naruto terlihat seperti hendak balas bicara tapi mengurungkannya. Tidak sulit bagi Sasuke untuk menyadarinya. Tapi toh Sasuke juga tidak memikirkannya.

Kakashi mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, "Berhubung semuanya sudah berkumpul, aku akan mengatakan apa tujuanku mengumpulkan kalian,"

Tanpa aba-aba Sai berucap, "Aku sudah tahu,"

Sakura mengangguk, "Aku juga,"

Sasuke tidak mengatakan apapun, dia hanya memutar bola matanya, mengisyaratkan kata "bukankah itu sudah jelas?" dari gerak tubuhnya itu.

Kakashi tertawa gugup, "Tapi Naruto belum tahu kan?"

"Selain jika orang-orang yang ada disini akan disatukan dalam sebuah band?" tanyanya dengan nada yang membuat setiap orang teringat dengan bagaimana Sai mengatakan hal yang sama beberapa saat yang lalu. Ketika Naruto hendak melanjutkan kata-katanya, Kakashi buru-buru memotong,

"Baiklah baiklah, kalian semua memang sudah tahu. Jadi sudah jelas bukan? Sakura sebagai vokalis utama. Sai memegang bass. Sasuke sebagai pemain gitar utama dan vokalis jika dia tak keberatan. Dan Naruto sebagai drummer,"

"Whoa? Si Teme ini jadi lead guitar?" tanya Naruto tidak percaya. Sepertinya bukan hanya Naruto yang tidak tahu, Sakura dan Sai juga tidak tahu jika Sasuke adalah seorang pemain gitar, namun tidak seperti Naruto, dua orang itu lebih memilih untuk diam saja sementara Naruto melanjutkan, "Aku bahkan tidak tahu jika dia bisa memainkan gitar!"

"Tentu saja kau tidak tahu Dobe. Kau bahkan tidak tahu jika ayam memiliki dua kaki," balas Sasuke tanpa memperhatikan si Dobe.

Sebelum Naruto mampu memprotes, Sasuke sudah mengalihkan pandangannya ke arah Kakashi dan bicara, "Aku menolak,"

Semua orang yang ada di ruangan itu sontak terdiam. Naruto, Sakura dan Sai belum sepenuhnya sadar dari keterkejutan mereka mengenai fakta yang menyatakan jika Sasuke adalah seorang pemain gitar, dan sekarang... mereka sudah dibuat terkejut lagi oleh kata-kata gamblang yang baru saja terucap dari sang Uchiha.

"Oh, apakah aku belum memberitahu kalian jika kalian tidak bisa menolak?" tanya Kakashi santai. Namun tidak ada satupun yang merespon pertanyaannya. Jadi dia hanya bicara pada Sasuke, "Kau tahu Sasuke-kun, ini semua bukan tawaran. Ini kewajiban bagi mereka yang bersekolah disini dan memiliki kemampuan di bidang musik yang di atas rata-rata."

Entah kenapa setelah Kakashi bicara begitu, suasana dalam ruangan itu jadi lebih tegang. Mereka dapat merasakan jika pembicaraan mereka sedang menuju ke sesuatu yang lebih gelap.

"Aku tetap menolak." ucap Sasuke keras kepala.

"Sepertinya aku tahu alasan kenapa kau menolak, tapi aku khawatir kau tidak bisa menolak ini,"

"'Aku tetap menolak'. Itu sudah ketiga kalinya aku mengatakannya. Aku tidak peduli apa jawabanmu yang jelas aku akan pergi dari sini." Sasuke berdiri, beranjak menuju pintu. Sebelum Sasuke mampu membuka pintu, Kakashi memanggil,

"Beri aku waktu lima menit dan aku akan membuatmu berubah pikiran,"

Naruto, Sakura, dan Sai hanya diam memperhatikan saat Kakashi berjalan keluar dari ruang musik dan Sasuke mengikuti di belakangnya.

writeln('TBC');