DILEMMA OF LOVE : DECISION
Bleach belongs to Tite Kubo
Prolog
.
Set : 3 tahun setelah seri pertama Dilemma of Love dan 10 tahun setelah Thousand Blood War. Adaptasi chapter 686
Summary : 3 tahun lalu setelah satu tahun membuat Toushiro menunggunya, Karin meminta Toushiro untuk menyerah. Tapi, ketika perlahan semua mulai membaik — Toushiro kembali datang untuk mengubah keputusan Karin.
.
.
.
Karin melirik satu persatu teman kakaknya itu, mereka semua sedang asyik menyaksikan pertandingan Sado di tv. Di dapur Karin dapat mendengar perdebatan antara keponakannya dan anak dari Rukia, mereka mengingatkan Karin pada Ichigo dan Rukia pada saat pertama kali bertemu. Lucu, itulah satu gambaran yang didapat Karin. Setelah pertempuran besar terakhir mereka 10 tahun lalu rasanya tidak ada yang banyak berubah.
Dia yang baru menyelesaikan pendidikannya 2 bulan lalu pun tidak merasa canggung apalagi saat melihat keponakannya — Kazui yang telah tumbuh menjadi shinigami yang hebat. Rasanya terakhir dia melihatnya saat anak berambut cerah itu berumur 2 tahunan. Saat itu pun Ichigo masih menjalankan kuliahnya di Tokyo dan mengajak keluarga kecilnya kesana, sampai akhirnya mereka kembali ke Karakura dan Ichigo mengambil alih klinik ayahnya. Sementara ayahnya — Kurosaki Isshin, sejak satu tahun lalu bersama Ishida Ryuuken telah berkeliling Jepang bahkan mungkin negara lain untuk menjadi dokter relawan. Karin sebenarnya 'agak' merindukan sikap unik ayahnya itu.
Di sisi lain, Yuzu pun telah bekerja di salah satu restoran ternama sebagai asisten head chef disana. Sementara mereka yang tinggal di toko Urahara, seperti biasa — selalu ramai. Jinta yang bekerja sebagai karyawan kantor pemasaran serta Ururu yang masih setia dengan toko tua itu sebagai pegawainya. Ada juga pasangàn aneh — Urahara dan Yoroichi, serta Tessai yang selalu mengekor dibelakangnya. Sungguh, 'keluarga' kecil yang aneh.
"Ne, Karin-chan. Apa kau mau membantuku menyiapkan makan malam?" Karin tersadar dari lamunannya ketika mendengar Yuzu yang berbisik seraya menyikut lengannya pelan. Dia mengalihkan perhatiannya dari tv dan menatap Yuzu. Bertukar pandang dan memberikan isyarat pada jam di dinding, Karin mengangguk dan berjalan mengendap-endap ke dapur bersama Yuzu. Mereka tidak ingin mengganggu keseriusan kakaknya dan teman-temannya itu.
Sesampainya di dapur, Yuzu langsung meminta Karin untuk menyiapkan bahan makanan yang tersimpan di lemari pendingin. "Kazui-kun, kau bisa bantu Karin-chan mengambil bahan makanan, karena kita akan makan besar hari ini." Karin mendengar Yuzu meminta Kazui untuk membantunya yang membuat perdebatan kecil antara Kazui dan Ichika terhenti. "Demo, Kaa-chan sudah membuat kue tadi. Apa harus membuat banyak makanan lagi, Yuzu-bachan?" pertanyaan polos Kazui membuat Yuzu tersenyum kaku dan Karin menahan tawa. Membayangkan teman-teman kakaknya akan memakan kue buatan Orihime rasanya itu miris, Karin rasa cukup Kazui dan Ichigo saja yang kebal akan kreasi makanan kakak iparnya itu.
"Oi, Kazui. Sebentar lagi waktunya makan malam, jadi kue saja tidak cukup loh." Kata Karin membantu Yuzu yang sepertinya kehilangan kata-kata. "Hahaa, Karin-bachan!" seru Kazui yang langsung berlari menuju Karin dan mengeluarkan bahan makanan, sementara Ichika hanya memperhatikan kegiatan para Kurosaki di dapur itu.
Menaruh semua bahan makanan di meja, Karin berjalan menghampiri Yuzu. Sementara Kazui kembali duduk di samping Ichika yang masih serius memperhatiakn kedua bibinya itu — atau mungkin tepatnya satu, karena Ichika terus memandang intens pada bibinya yang berambut raven. "Oi, Orenji. Apa bibimu itu seorang shinigami?" Bisik Ichika membuat Kazui menyadari arti tatapan gadis itu sebelumnya, "Iie, mereka berdua itu quincy."
Ichika mengangguk mendengar perkataan Kazui, tapi tatapan matanya tetap tidak lepas dari Karin. "Karin-san, apa kau mengenal Kapten Hitsugaya? Karena sepertinya, aku pernah melihat fotomu dimejanya." Mendengar perkataan Ichika membuat Karin menghentikan kegiatannya. Yuzu yang melihat perubahan ekspresi pada saudara kembarnya pun merasa sedih. Pasalnya, sudah lama sejak topik pembicaraan Toushiro ditanyakan lagi pada Karin, karena itu seakan menjadi hal sensitif bagi kembarannya itu. "Dia ... Temanku," dua kata itu pun menajdi jawaban dari keheningan sejenak yang sempat tercipta. Sementara Ichika yang mendengarnya hanya mengangguk singkat.
"Ichika-chan, kau bisa membantuku mencuci sayuran itu." Yuzu yang tidak ingin membuat saudaranya semakin sedih pun meminta Ichika membantunya, berharap shinigami muda itu melupakan pembicaraan canggung mereka. Ichika kemudian beranjak dari kursinya dan berusaha meraih sayuran di meja, shinigami muda itu berharap bisa menjadi wanita yang tinggi seperti dua gadis Kurosaki itu — dan berharap tidak mendapat gen 'pendek' dari ibunya. Tapi jangan bilang itu pada siapapun atau ibunya akan mengamuk bahkan pada dirinya.
"Yu, aku akan membeli beberapa kotak jus untuk Kazui dan Ichika. Maksudku, kau tahu 'kan … mereka tidak mungkin meminum minuman yang kita beli." Yuzu berbalik dan memberikan senyum tipis pada Karin, dia lupa kalau mereka hanya membeli sake untuk penutup makan malam ini. Yuzu juga mengerti alasan lain mengapa Karin ingin keluar rumah saat ini. Ya, tentu saja karena Karin merasa sedih saat mendengar tentang Toushiro.
Karin pun melepaskan apron yang baru saja dipakainya. "Karin-bachan, boleh aku ikut? Kazui mau memilih minuman sendiri," Karin tersenyum ramah dan mengangguk pada Kazui. Keponakanya pun langsung berlari dan menyusul Karin yang lebih dulu keluar dapur.
"Juuse?"
"Ah, Ichika pasti belum pernah mencobanya. Aku yakin kau pasti suka jus," jelas Yuzu seraya menepuk lembut kepala merah Ichika yang tepat berdiri disampingnya. Ichika menangadahkan kepalanya dan melihat Yuzu yang tersenyum ramah padanya. Nama minuman yang disebut Kurosaki itu memang aneh, dia takut ibunya akan memarahinya karena meminum minuman aneh. Sudahlah, dia bisa menanyakan itu pada ibunya nanti.
.
.
.
"Apa yang kau lakukan malam hari di tempat ini, Kapten Hitsugaya?" Suara kapten komandan Kyouraku memecah hening malam itu, membuat Toushiro yang berdiri menghadap batu nisan Kapten Ukitake pun berbalik menghadapnya. Dilihatnya sang kapten komandan yang datang tanpa memakai haorinya, berjalan perlahan dan berdiri tepat disampingnya. "Kenapa anda tidak memakai haori anda, kapten komandan?" Tanya Toushiro yang telah membalikkan pandangannya pada batu nisan didepannya.
"Malam ini sangat panas, tidakkah kau berpikir begitu? Lagi pula tidak perlu pangkat tinggi untuk mengunjungi seorang teman lama. Dan Kapten Hitsugaya, kau belum menjawab pertanyaanku."
"Ada hal yang ingin … ingin aku ceritakan padanya."
Melihat ekspresi Toushiro yang terkesan datar seperti itu membuat Kyouraku menggeleng lemah, dia pun mengalihkan pandangannya pada batu didepannya. "Aku tidak mengerti, mungkin ini pun dialami oleh Yamamoto-jisan dulu. Menjadi hal umum bagi divisi 1 menjadi pemecah konflik di Seiretei. Tapi sejak Ukitake dipilih menjadi kapten, rasanya divisi 13 lah yang menggantikan tugas itu. Semua shinigami merasa lebih nyaman jika datang ke divisi 13 untuk menyelesaikan masalah mereka, bahkan walaupun Ukitake sudah tidak ada — beberapa shinigami masih mengunjungi tempat ini untuk berbagi cerita. Hai Ukitake, apa yang membuat aku tidak mereka percaya ya?"
"Apa yang coba kau katakan, kapten komandan?"
"Aa, kau itu sungguh membosankan kapten Hitsugaya. Aku tidak heran jika kau tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir ini."
Mengerti kata tersirat dari shinigami disampingnya, membuat Hitsugaya kesal. Walaupun dia harus akui, tubuhnya tidak tumbuh lebih dari 5 centi dalam 10 tahun terakhir. Tapi setidaknya perawakannya terlihat seperti remaja tidak seperti anak kecil lagi.
"Tidak kah suhunya menurun, senangnya ~~ malam akan jadi malam jika dingin seperti ini. Yaampun, apa kau yang membuat suhu disini turun, Kapten Hitsugaya?"
Berbalik pergi meninggalkan Kyouraku, Toushiro pun mengabaikan perkataan kapten komandan. Ya, dia memang sangat kesal dengan shinigami itu — sehingga menggunakan reiatsunya untuk mengintimidasi. Tapi rasanya itu tidak mempan padanya.
"Kapten Hitsugaya," nada serius ketika mendengar namanya dipanggil menghentikan jalan Toushiro. Dia tidak berbalik dan menunggu shinigami yang lebih tua itu menyampaikan maksudnya dengan memanggil namanya. "Permintaanmu pada pusat 46 telah dikabulkan, tentang restorasi peraturan lama antara shinigami dan quincy. Mengingat apa yang dilakukan keluarga Ishida, Ichigo dan Isshin pada perang 10 tahun lalu membuat keluarga kerajaan mempertimbangkan keberadaan quincy — terlepas dari invansi quincy itu sendiri, tentu saja."
Kyouraku memandang sekilas pada langit malam soul society sebelum kembali melanjutkan perkataannya, "Tentang keluarga Kurosaki pun, mereka telah mengambil keputusan. Bagaimana pun mereka tidak memiliki dominasi darah manusia, yang artinya pertumbuhan mereka akan berjalan lambat sama seperti quincy dan shinigami. Jika shinigami akan memperlambat pertumbuhan pada umur 11 tahun, maka pertumbuhan mereka akan melambat pada umur 25 tahun — karena itulah yang terjadi pada Ichigo."
"Raja roh tidak bisa mengambil resiko yang akan membuat kejadian 10 tahun lalu terulang. Jadi, suatu saat nanti — sampai keluarga Kurosaki siap— mereka harus pindah ke soul society termasuk quincy yang ada di dunia manusia. Kita bisa menjaga keseimbangan soul society seperti dulu. Dimana quincy dapat hidup berdampingam dengan roh disini."
Seulas senyum terlihat di wajah tan kapten muda tersebut, "Terima kasih, Kyouraku-san."
Kyouraku yang kaget mendengar ucapan Toushiro hanya dapat terdiam sampai kapten muda itu melakukan shunpo dan pergi dari sana. Akhirnya sebuah senyum pun terukir diwajahnya, setelah lama Kyouraku tidak melihat senyum tulus dari shinigami yang telah dianggap seperti anak oleh temannya itu. "Ukitake, mungkin mereka akan melihat dirinya sangat egois dengan apa yang dilakukannya tentang peraturan quincy itu. Tapi kita berdua lebih tahu dari mereka kan, karena itu adalah salah satu keluhan yang selalu kau sampaikan pada Yamamoto-jisan. Semua orang yang mengenalmu dengan baik pun pasti ingin mengabulkan permintaanmu itu, karena kau pantas mendapatkan semua yang kau inginkan. Biarpun dia terlihat sering mengabaikanmu dulu, dia lah yang sebenarnya paling mengerti tentangmu — ya, karena seperti itulah seharusnya konsep ayah dan anak bekerja."
.
.
.
Toushiro berhenti melakukan shunpo ketika memasuki wilayah divisi 10, dia memilih menikmati angin malam disana. Dia menghentikan langkahnya ketika melihat wakil kapten divisi 9 memapah wakil kaptennya. "Apa dia mabuk lagi?" suara Toushiro tampaknya membuat kaget Hisagi Shuhei yang sedang sibak mengendalikan Matsumoto dalam rangkulannya.
"Ah, Kapten Hitsugaya! Selamat malam, kenapa anda masih diluar pada jam seperti ini?" Toushiro hanya diam dan mengabaikan pertanyaan itu, dia berjalan mendekati Shuhei dan menatap intens pada Matsumoto. Sepertinya wanita itu benar-benar tidak sadar, karena dia terus meracau tidak jelas. "Apa yang dia katakan sejak tadi? Aku tidak mengerti," pertanyaan spontan Toushiro sukses membuat shinigami pemilik tato 69 itu keringat dingin. Tapi tatapan yang diberikan Toushiro padanya membuatnya tidak bisa berkata tidak.
"Ka-kapten, dia sedang mabuk jadi jangan terlalu — aah, baiklah. Rangiku sejak tadi mengeluh tentang anda."
"Seperti biasa."
"Bukan tentang pekerjaan atau tumpukan tugas yang kau berikan. Maksudku, tentang apa yang anda lakukan beberapa tahun terakhir ini." Toushiro yang saat itu sudah berjalan melewati mereka menghentikan langkahnya dan berbalik, mendengar nada suara Shuhei membuatnya tahu bahwa shinigami itu ingin menyampaikan sesuatu padanya. "Aku pikir kau sangat dekat dengan Kapten Ukitake lalu kenapa kau juga mempertanyakan apa yang aku lakukan, Wakil Kapten Hisagi?" Toushiro dapat mendengar tarikan nafas Shuhei didepannya. "Dia sudah seperti kakakku, aku mengerti ini juga untuk dirinya. Tapi Kapten Hitsugaya, apa ini benar hanya untuk Ukitake-san saja? Mengingat apa yang terjadi padamu sejak empat tahun lalu," perkataan Shuhei membuat raut wajah Toushiro murung.
"Kalau begitu, anggaplah aku orang egois." Toushiro kembali melanjutkan jalannya, dia tidak berniat membalikkan tubuhnya lagi. Karena dia tahu, dengan perkataan itu, Shuhei pasti sudah mengerti maksudnya. Ya, tidak menolak perkataan Shuhei, dirinya memang memiliki alasan tersendiri kenapa dia kembali mengajukan permintaan kapten Ukitake yang sering tertunda karena sakitnya dulu. Perlahan sejak perang 10 tahun lalu karena kehilangan sosok seorang ayah baginya, Toushiro mengerti bahwa ada peraturan yang seharusnya tetap dijaga atau dilanggar untuk hal yang lebih baik — sebagaimana Ukitake selalu mengatakan hal itu padanya jika dirinya terlalu terikat dalam peraturan. Termasuk mengembalikan posisi quincy dalam soul society dan melanggar peraturan tentang shinigami yang tidak boleh memasukkan perasaan pribadi dalam tugasnya.
Author note:
Yeay akhirnya aku punya fic baru!
Maaf karena blm update fic CYSM?, seperti aku katakan bahwa laptopku rusak dan harus kembali memutar otak untuk membuat endingnya, jadi kuputuskan untuk buat cerita baru. Tapi tenang saja, karena aku akan segera meng update lagi. Jadi mohon tunggu ya! Dan berikan review kalian tentang fanfic Mi yang baru ini.
So RnR.
