Half
Summary:
{Dia, bukan shinobi. Pekerjaannya, seorang Demon Hunter. Rasnya, Demi-Devil. Mimpinya, menemukan dan membuat keluarga yang bahagia. Namanya, Uzumaki Naruto Sparda. Kegiatan barunya, mencari dan memburu Evil Lord serta menjinakkan Spirit.}
Disclaimer:
{Naruto. DMC. Dan Date a Live. Merupakan milik penulis dan penciptanya masing-masing. Saya hanya meminjam karakter dan beberapa hal untuk kepentingan cerita saya.}
{Chapter 1 – Demon Hunter On Tenguu}
Tenguu, merupakan salah satu kota di dunia yang menjadi target dari bencana mengerikan yang bernama Spacequake, yang merujuk pada "gempa ruang angkasa". Spacequake pertama kali terjadi di sekitar wilayah Eurasia, dan peristiwa menyeramkan ini menelan banyak sekali korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya. Itu adalah bencana terbesar dan paling mematikan dalam sejarah manusia. Dalam enam bulan berikutnya, insiden serupa terjadi pada skala yang lebih kecil di seluruh dunia. Tentunya, Jepang bukanlah pengecualian.
Lalu, tiga puluh tahun setelah kejadian di luar akal sehat terjadi, berkat teknologi dan kepintaran alami umat manusia, mereka berhasil menciptakan semacam alat pendeteksi yang memberitahu kapan akan terjadinya Spacequake. Berkat ini, lambat laun jumlah korban Spacequake mengalami penurunan drastis.
Namun, tanpa diketahui oleh DEM, Ratatoskr, Fraxinus bahkan para Spirit, sesuatu yang berbahaya bangkit dari tidur panjangnya, sesaat setelah kemunculan Spacequake pertama.
(0) Skip (0)
"Seperti yang diharapkan dari Onii-sama, lagi-lagi dia berhasil menjinakkan Spirit tanpa kesulitan."
Malam hari, di trotoar kota Tenguu, dimana berbagai macam bunyi seperti nada dering ponsel maupun suara percakapan dua orang atau lebih saling mengadu tanpa sengaja, seorang gadis dengan rambut biru, dan bermata sama sedang berjalan dalam keadaan gembira. Tidak mengejutkan, mengingat gadis ini baru saja keluar dari rumah kakaknya, Itsuka Shidou, untuk menemukan kediamannya dihuni Spirit lain yang kembar dengan codename [Berserk].
Gadis ini, Takamiya Mana, mantan [Wizard] DEM sekaligus adik kandung dari Itsuka Shidou, tersenyum riang dengan pandangan lurus ke depan. Sebelum kembali ke apartemennya, dia berniat membeli bahan pangan mentah agar perutnya dapat diisi saat sampai ke rumah.
Sesudah dua menit berada di trotoar, Mana berbelok ke kanan dan memasuki sebuah super market. Dia menarik salah satu troli yang tersedia lalu mulai mengambil beberapa butir telur, daging, beras, susu serta sayuran. Usai memastikan semua yang diperlukannya telah ia ambil, Mana langsung melangkah menghampiri kasir kemudian membayar itu, dia pun kembali ke trotoar dan menyatu dengan kerumunan.
"Siapapun, cepat panggil ambulans!"
"Ya ampun, orang mana yang tega melakukan hal sekeji ini padanya?"
Penasaran, Mana menerobos paksa barisan untuk melihat seorang laki-laki berusia satu tahun di atas kakaknya terbaring dengan luka menganga di dadanya. Jika dilihat lebih dekat, lelaki ini bisa dibilang hasil persilangan barat dan timur, dengan rambut kuning jabrik serta kulit tan dan tiga garis tipis di sepasang pipinya. Dia memakai baju hitam-jingga dibalut jubah putih dan celana jeans gelap.
Setelah tiga atau empat menit berlalu, Mana melihat sang lelaki dimasukkan ke dalam ambulans oleh petugas rumah sakit. Walaupun dia tidak mengenalinya, Mana menundukkan kepala dan berdoa agar orang tersebut baik-baik saja. Alisnya terangkat saat melihat sebuah katana dibalut sarung pedang hitam tergeletak di tempat sang lelaki sebelumnya.
"J-Jangan bilang ini punya orang yang tadi?" gumam Mana panik.
(0) Skip (0)
"B-Brengsek kau Naruto!"
"Kalau kau ingin membenci seseorang, bencilah dirimu sendiri. Kau yang memulai semua ini, Uchiha. Pengkhianat desa sepertimu akan lebih baik mati dibandingkan hidup."
Sepasang kelopak mata seseorang terbuka, menampilkan iris biru jernih. Dia menggosok mata sebentar sebelum melirik sekitarnya, dan menemukan dirinya sedang berada dalam ruangan serba putih dengan bau obat-obatan di udara.
"Merasa baikan, Naruto?"
Naruto, nama remaja itu, terkejut.
'Kurama, apa itu kau?!'
"Tentu saja bodoh! Memangnya siapa lagi, hah!"
'Semuanya baik-baik saja?'
"Kau tidak perlu khawatir, Naru-chan. Kami para Bijuu baik-baik saja. Kau seharusnya lebih khawatir pada dirimu sendiri, terutama luka di dadamu itu."
Naruto menyentuh anggota tubuh yang diberitahu Matatabi, bernafas lega.
'Lukaku sudah sembuh… Permanen.'
"Darah Sparda benar-benar pembawa keajaiban, eh?" kata Kurama terkekeh.
'Tou-san Legendary Knight, Devil Murni terkuat, bila tak menghitung Mundus itu pun. Jadi, tidak terlalu mengejutkan kalau luka sedalam ini dapat sembuh dalam hitungan menit.'
Mendengar suara pintu terbuka, Naruto berpaling dan melihat seorang dokter dan gadis tak dikenalinya masuk ke ruangannya. Dia terbelalak ketika menatap benda yang dipegang orang kedua.
Sang dokter tersentak. "Jangan terlalu banyak bergerak, kau belum pulih benar nak…"
"Naruto."
"…nak Naruto. Memangnya kau tidak merasakan sakit saat menggerakkan tulang-tulang badanmu?"
"Tidak juga."
"…"
"Ah… Begitu."
Sang dokter menengok ke si gadis.
"Sepupumu mungkin… Sudah baikan. Soal administrasinya, kau bisa tanyakan langsung kepada suster di lantai utama."
Yang membuat Naruto sedikit bingung, adalah si gadis hanya mengangguk tanpa protes.
"Baiklah. Untuk sekarang akan aku tinggalkan kalian berdua."
Sesudah memastikan sang dokter keluar dari ruangan "sementara" Naruto, si gadis memutar pandangannya pada Naruto, berseri kemudian.
"Merasa baikan?"
Naruto menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Ya?"
"Kenapa kau tenang-tenang saja saat dokter itu bilang aku ini sepupumu?"
Si gadis mengedipkan mata. "Habis identitas dan fotomu tidak ada dalam data kependudukan Jepang. Memangnya kau mau dianggap kriminal? Atau lebih buruk, teroris?"
Naruto berkeringat dingin.
"Ya… Benar juga sih."
Si gadis menggelengkan kepala, menaruh katana yang dibawanya semenjak tadi di paha Naruto.
"Ini milikmu, bukan?"
Memeluk katana layaknya orang kesurupan, Naruto menyengir.
"Benar! Terima kasih karena telah mengembalikan Yamato padaku. Oh ya, boleh aku tahu siapa namamu?"
Si gadis tertawa melihat perubahan kepribadian Naruto.
"Mana, Takamiya Mana. Itulah namaku."
"Mana, kau ternyata orang baik. Aku berhutang budi padamu. Kalau kau butuh sesuatu, apapun, dengan senang hati akan kubantu."
Mana memainkan helai rambut birunya, merasa sedikit malu dengan pujian Naruto. Sesuatu langsung merasuki otaknya seketika.
"Ngomong-ngomong, baru kali ini aku melihatmu di kota Tenguu. Apa kau turis?" tanyanya penasaran.
"…"
"…"
"Mana."
"Ya?"
"Apa kau percaya hal-hal aneh seperti… Dimensi lain?"
Alis Mana terangkat kemudian.
(0) Skip (0)
Keluar dari taksi, Naruto dan Mana sampai di depan rumah bergaya tradisional.
"Nah Naruto-san, ini rumahku."
"Apa tidak apa-apa aku tinggal di rumahmu?"
Naruto bertanya pada Mana dengan nada ragu. Mana memasukkan kunci lalu membuka pintunya, berjalan ke dalam dan menggembungkan pipinya.
"Naruto, ini sudah ke sekian kalinya kau menanyakan itu. Dan jawabannya iya karena menolong itu tidak perlu alasan. Lagi pula, kau yang berasal dari dunia berbeda sudah sepantasnya diberi bantuan. Dan kalau Onii-sama berada di posisiku, dia pasti akan berbuat hal yang sama."
"Intinya, kakak gadis ini adalah Naruto versi lain," kata Son Goku, mengelus dagu berbulunya, "aku penasaran, apakah orang ini juga maniak ramen."
Tamparan di punggungnya sukses memancing perhatian sang Yonbi.
"Diam monyet! Kau mengganggu tidurku!"
"Cih, dasar rubah telinga kelinci."
"Kau bilang apa barusan?!"
Naruto mengeluarkan nafas, mulai merasakan migrain menyerang kepalanya. Dia melangkah membelakangi Mana yang bergerak menaiki tangga, sampai di depan sebuah pintu dan memasuki ruangan kosong tanpa ada satupun barang.
"Kau tunggulah disini. Aku akan mengambil kasur tak terpakai di gudang dulu."
"Apa perlu kubantu?"
"Mungkin membawa peralatan tidurmu?"
Tujuh menit berlalu, akhirnya pekerjaan Naruto dan Mana selesai juga. Mereka tersenyum satu sama lain, perasaan lega menyelimuti hati keduanya.
[NUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUN]
Naruto menatap sekitarnya, merasa bingung dengan suara yang didengarnya.
"Mana, itu suara ap–"
Perkataannya tidak selesai ketika Mana menarik tangannya dengan sekuat tenaga, menyeretnya keluar rumah kemudian membawanya ke pintu shelter terdekat. Melihat raut muka Mana, Naruto kebingungan ketika kepanikan menghiasi ekspresinya.
"Naruto, segera masuk ke shelter dan jangan keluar sebelum aku kembali. Mengerti?"
"Memangnya apa yang sedang ter–"
Naruto mengernyit heran ketika menatap Mana memasang alat semacam earphone tanpa kabel di telinganya, dia berbalik lalu mulai berlari dan berbelok ke sisi kanan jalan. Naruto diam-diam mengikutinya, hanya untuk menemukan dia menghilang tanpa meninggalkan jejak. Mengeluarkan napas, Naruto tersentak merasakan demonic power menyebar di udara dan bergerak ke suatu titik.
'Ini buruk. Bahkan di dunia ini juga ada ras Demon.'
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan sekarang Naru-chan?" tanya Matatabi.
'Mungkin kembali bekerja sebagai Demon Hunter lagi. Tapi sebelumnya…"
Naruto beralih ke kediaman barunya.
'…aku harus mengambil Yamato dulu.'
(0) Skip (0)
"Spirit ini berada di Arena Tenguu, Shido. Berhati-hatilah, Fraxinus tidak tahu banyak soal [Diva] ini, selain daripada kualitas suaranya yang bagus."
"Ya. Arigatou, Kotori. Sisanya serahkan saja padaku."
Setelah dipindahkan ke titik terdekat tempat sang Spirit, Shido bergegas menuju Arena Tenguu. Dengan memakan waktu beberapa menit, Shido akhirnya sampai di area yang dimaksud. Saat melihatnya, tak ada keraguan kalau dia itu gadis cantik. Dia memiliki bentuk tubuh yang sangat diinginkan para wanita di luar sana, dengan kulit halus dan rambut biru pucat sepunggung, serta warna mata rupawan yang tak jauh berbeda dari warna rambutnya.
Astral Dress sang Spirit didasarkan pada pakaian idola, yang memang cocok dengan nama kodenya. Pakaian yang dimaksud ialah gaun indah didominasi garis kuning, biru, serta putih di beberapa bagian bajunya.
"Biarkan aku… Menyanyikan sebuah lagu! Dan mari kita bernyanyi bersama!"
Shido kebingungan. "Tunggu, itu musik? Apakah dia sedang melakukan apa yang kupikirkan saat ini, Kotori?"
"Sesuai tebakanmu, [Diva] memang sedang bernyanyi sekarang. Ingat, jangan lakukan hal yang aneh-aneh. Kita tidak ingin menakutinya hanya karena tingkah cerobohmu, bukan?"
"…Sangat lucu."
Menarik napas, Shido perlahan bergerak… Hanya untuk kakinya menendang sebuah kaleng yang tidak ia perhatikan karena kegelapan.
'Sial!'
Gadis itu berhenti bernyanyi, memandang sekeliling.
"Siapa disana?" tanyanya. "Hello? Apa aku punya penonton di sekitar sini? Aku tidak bisa menyapamu jika kau bersembunyi."
Shido menghela nafas lega.
"Kau beruntung dia bukan tipe agresif yang langsung menyerangmu tanpa pikir panjang. Sekarang naiklah ke atas panggung dan perkenalkan dirimu kepadanya. Diamati dari reaksinya, sepertinya Spirit ini cukup ramah dari yang sebelumnya."
Mengikuti kata-kata Kotori, Shido naik ke atas panggung dan bergerak beberapa langkah. Berhenti di bawah sinar lampu, dia menatap sang gadis dengan senyuman, tak menyadari kalau ekspresinya menggelap ketika cahaya memperlihatkan penampilan Shido padanya.
(0) Meanwhile (0)
Dalam pesawat Fraxinus, Kotori mengelus dagunya, mengamati keadaan di bawah sana dengan alis ditekuk.
"Aku seperti pernah melihat gadis ini di suatu tempat… Oh! Dia kan–"
"–Izayoi Miku, idol muda yang popularitasnya sedang naik daun," potong Reine, dia berkedip, "oh ya. Rumor mengatakan kalau Izayoi Miku itu membenci pria."
Seketika semua kru Fraxinus pucat wajahnya.
(0) Back to Shido (0)
Shido mengusap rambutnya malu.
"Ah, halo. Aku tidak bermaksud menguping nyanyianmu atau apa. Tapi sejujurnya, suaramu itu indah."
Dia berpikir pujian akan membuat Miku senang… Setidaknya itu yang ada dipikirkannya.
"…"
"Kau… Bilang apa tadi?"
"Hah? Oh, aku bilang suaramu itu in–"
"Shido! Katakan sesuatu tentang penampilannya!"
"Eh? Oh, oke."
Merasa khawatir dengan nada panik Kotori, Shido memusatkan perhatiannya pada Miku.
"Uh…. Apa ada yang pernah memberitahumu kalau kau itu sangat cantik?"
Jika apapun, ekspresi Miku tidak berubah sama sekali.
"…Mati."
"Hah?"
"CEPAT PERGI DARI SANA SHIDO!"
Sontak Miku menjerit dan melepaskan gelombang sonik yang mengarah kepada Shido, mengakibatkan Shido terhempas dari arena lalu menabrak tempat sampah. Dia meringis, memegang pundak kirinya yang terasa nyeri.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Kotori?"
"Soal itu–"
"Ini agak mengejutkan, kenapa kau masih hidup setelah terkena seranganku?"
Miku menatap tajam Shido, berjalan dalam gerak pelan ke arah lokasinya. Dia membuka rahangnya lebar-lebar, dan gelombang yang sama seperti sebelumnya melesat menuju Shido, membuatnya mengambang tanpa beban kemudian menabrak dinding suatu bangunan.
"Onii-chan!"
Menyentuh earphone, Shido membalas.
"Aku… Baik-baik saja, Kotori. Kau tidak perlu cemas akan keadaanku."
Kemarahan terlihat jelas di wajah Miku, hal tersebut disebabkan Shido yang masih saja hidup. Dia membiarkan dirinya melayang di langit, melihat Shido dengan muka geram.
"Cepat matilah! Apa kau tidak tahu kalau keberadaan rasmu itu mencemari planet mengagumkan ini? Bahkan menghirup oksigen saja kau sudah berbuat dosa yang takkan terampuni! Kau, dan manusia lain sepertimu, lebih baik menghilang saja dari muka bumi ini!"
Shido berkeringat dingin, "panik" adalah kata kunci dari perasaan dalam hatinya.
Kemudian, sesuatu terjadi.
Kotori kebingungan, menatap monitor yang memberitahu situasi di bawah sana mati tiba-tiba dengan alis terangkat.
"Reine, apa yang terjadi dengan layarnya?"
"Arus listrik Fraxinus normal-normal saja, Kotori," jawab Reine, menengok ke luar jendela, "hanya saja, firasatku mengatakan Shido dalam bahaya saat ini."
Dari ketiadaan, muncul semacam barrier merah gelap yang kemudian memerangkap Shido dan Miku ke dalamnya. Di bagian langit-langit, terbuka sebuah lubang hitam yang mengeluarkan sekumpulan makhluk berjubah hitam dengan sabit dan kapak di tangan mereka. Jika diperhatikan sekilas, makhluk-makhluk ini memiliki penampilan menyerupai Grim Reaper{1}.
{1. Sins dari DMC}
Miku terbelalak, tak mempercayai kalau monster di hadapannya itu nyata.
"B-Bohong, ini pasti hanya halusinasi. Kalian tidak mungkin nya–"
Tiba-tiba salah satu Sins melompat ke arah Miku, sabitnya ia banting pada lehernya. Miku langsung mengaktifkan kemampuan Angel-nya dan menjerit.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Sins tersebut terpaksa kembali ke daratan, tentunya dengan retakan tercipta di jalan akibat pendaratan secara kasar, dan tengkorak kepalanya bergeser ke kiri. Anehnya, dalam sekejap kepala demon ini kembali ke posisi semula. Dan itu bergerak lagi menuju Miku, dengan tambahan rekan-rekannya mengekorinya dari belakang.
Berpikir untuk menyerang lagi, Miku dikejutkan dengan para Sins yang lenyap dari tempat terbangnya.
"Arghhh!"
Miku merasakan rasa sakit di bagian punggungnya, sumbernya sabetan Sins terdepan. Karena luka itu, otomatis dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke bawah.
Berniat menolong, Shido tersandung ke aspal ketika sesuatu menabrak dirinya. Menengok sekeliling, dia melihat sesosok harimau hitam dengan iris mata merah tanpa pupil{2}. Di belakang harimau ini, berdiri dua makhluk jenis sama. Masing-masing melepas geraman yang mematikan.
{2. Shadow dari DMC}
Shido merasakan kengerian mendalam saat mengamati mata Shadow, seakan kematiannya telah ditentukan detik itu juga.
"Kalian… Ini apa?!"
Di sudut lain, Miku hanya bisa pasrah melihat salah satu Sins berpindah tempat dari udara menuju jalan. Itu bergumam sesuatu seperti tawa kepuasan.
'Apa… Aku akan mati di sini? Di tangan monster aneh ini?'
Dia tertawa gelap.
'Benar-benar buruk keberuntunganku ini.'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bang. Bang.
'Eh?'
Miku mengedipkan matanya, terbelalak saat menyadari dirinya berada di gendongan seseorang. Bukan hanya itu, bahkan Sins yang tadi hampir membunuhnya berubah jadi pasir setelah dilewati blur biru, yang ternyata diketahui sebagai proyeksi dua buah peluru dibalut api azure.
"–selesai, lukamu telah sembuh sekarang."
Naruto dikejutkan ketika Miku memberontak, memilih membiarkannya dan Miku bergerak sejauh lima kaki darinya. Rona sewarna tomat menghiasi pipinya.
"B-Beraninya kau memegangku dengan tangan kotormu itu! Dasar orang mesum!"
"…"
Naruto terdiam, memutuskan tidak peduli sebelum mengacungkan kedua Desert Eagle berwarna perak dengan tato muka kucing diselimuti api azure di sisi kiri kanannya kepada Shido, mengarah area belakangnya.
"Hey! Kau dengar tidak kata-kataku orang mesum!"
"Menunduk!"
Shido menurut tanpa pikir panjang.
Bang. Bang. Bang.
Tiga Shadow terhempas menuju arah acak saat terkena tembakan Naruto, itu mengeluarkan asap dan terbakar dalam kobaran api.
Merasa aman bila di dekat Naruto, Shido bergerak cepat ke lokasinya.
"Terima kasih."
"Tidak perlu, ini sudah menjadi kewajibanku. Sekarang kalian berdua mundurlah."
Miku mencibir. "Hmph, seperti aku akan mendengarkan perkataan orang mesum sepertimu."
"Sepertinya… Akan lebih aman bila berada di dekatmu," kata Shido gugup.
Naruto hanya tersenyum, menggeser badan hingga berhadapan dengan para Sins. Dia menyilangkan Tail dan Blaze{3} ke depan.
{3. Bijuu Arms: senjata mistis yang berasal dari 'membunuh' para Bijuu.}
"Sekarang, bisa kita mulai pestanya, tuan-tuan?"
TBC
Author Note: Hello semua. Nama(akun)ku Railgun37. Penghuni baru di dunia penuh imajinasi ini ^_^
Karena ini fic pertamaku, mohon maklum bila ada kesalahan.
Oh ya, some credit goes to Mars135-san. Beliau yang memberitahuku beberapa hal mengenai 'ini' dan 'itu'.
