Semua karakter yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Mereka adalah milik Hideaki Sorachi. Namun karya fanfiksi ini adalah sepenuhnya milik saya.

.

setting Canon Universe yang dibuat dengan Alternate Reality dan Alternate Timeline

Mrated

1k+ words

Mystery/Horror

Chaptered/WIP

.

Peringatan: Rating M for GORE; adegan berdarah. Jangan bilang saya tidak memperingatkan kalian. Tidak menerima apresiasi negatif atas semua hal yang sudah saya peringatkan.

.

My 3rd fic on Gintama fandom.

Didedikasikan untuk Halloween day, sekaligus untuk ulang tahun 'Shimura Otae' yang jatuh pada hari ini, 31 Oktober 2016.

Enjoy!

.

Jeanne's present

.

#

.

Jack O'Lantern


Markas polisi khusus Shinsengumi mendapat kiriman misterius malam itu. Tak ada yang tahu siapa pengirimnya, karena saat ditemukan oleh beberapa petugas Shinsengumi yang akan pergi berpatroli, benda itu tergeletak di depan pintu utama.

Setelah hampir setengah jam terjadi aksi tolak-menolak siapa yang harus membuka, Kondou Isao terpaksa turun tangan. Kertas hitam yang membungkus benda misterius itu dibuka. Ternyata isinya adalah lukisan berukuran 1x1 meter, bergambar sebuah pohon besar dengan tajuk berbentuk payung yang didominasi oleh cat berwarna merah dan hitam. Ada sosok seseorang di samping pohon yang berdiri sambil memegang sebuah lentera.

Kondou menghela nafas lega, disusul oleh para bawahan di sekitarnya. Ternyata hanya sebuah lukisan, bukan bom waktu dari pemberontak Jouishishi* seperti yang mereka takutkan.

"Walaupun kita tidak tahu siapa yang mengirim lukisan ini ke markas," komandan Shinsengumi yang memiliki hati terlalu baik itu berkata, "apa kalian setuju jika kita memajangnya di dinding sebagai bentuk apresiasi?"

"Ne, Kyokuchou*!" Respon positif diserukan secara serempak. Kondou tersenyum.

Meninggalkan para bawahannya yang sibuk mencari paku dan palu untuk memajang lukisan itu, Kondou membawa langkahnya menuju ruangan Hijikata untuk memberi tahu wakil komandan Shinsengumi itu mengenai lukisan yang datang di markas mereka.

Tak menyadari kalau seseorang terus mengikuti punggungnya dari pertigaan koridor dengan bibir menyeringai di balik masker.

.

. .

"Gin-chan, apa ini bisa diolah menjadi makan malam kita nanti-aru?"

Gintoki menjerit tertahan dan nyaris terlonjak. Buah labu yang dibuat wajah menyeramkan tergeletak di atas meja, saat ia mengangkat majalah Shounen JUMP* dari atas wajahnya untuk melihat benda yang dibawa gadis bercepol dua itu.

"Kagura! Kenapa kau selalu membawa pulang benda tidak berguna ke rumah ini?" omel Gintoki.

Bibir Kagura maju beberapa senti. "Kata Gin-chan, apa saja yang kita temukan di jalan dan masih bisa digunakan, boleh dibawa pulang-aru."

"Aku memang bilang begitu, tapi apa kau tidak lihat tampilan labu yang menyeramkan itu? Labu ini pasti dikutuk!"

"Jadi, tidak bisa kita makan, ya?"

"Cepat buang!"

"Gin-san, Kagura-chan, apa yang kalian berdua perdebatkan?" Shinpachi yang baru keluar dari toilet langsung menyela.

Kagura menoleh, "Shinpachi, labu ini masih bisa dimakan, kan?" Kedua tangannya memeluk labu berwajah menyeramkan itu di depan dada. Berusaha meminta dukungan agar benda yang dibawa pulangnya itu tidak berakhir di tempat sampah. Kan sayang jadi mubazir.

"Are?" Si megane* mengerjap, "Dari mana kau mendapat Jack O'Lantern itu, Kagura-chan?"

"Jack O'Lantern?" Kepala Kagura miring ke samping dengan alis mengerut. Baru pertama kali dengar istilah yang disebutkan remaja berkacamata yang lebih tua dua tahun darinya.

"Oh, kau belum tahu, ya?" Shinpachi mengulum senyum, sebelum menjelaskan, "Jack O'Lantern itu adalah labu yang diukir atau dibentuk menyerupai wajah hantu dan di dalamnya diisi dengan cahaya; bisa dari lilin atau lampu. Jadi semacam karya seni. Dan biasanya digunakan sebagai dekorasi untuk merayakan Halloween."

Kagura ber-oh panjang.

Berbeda dengan Kagura yang tampak antusias mendengar hal itu, Gintoki bergidik ngeri begitu teringat Hallowen day adalah hari yang paling dibencinya. Di mana seluruh dunia akan merayakan hari paling mistis yang jatuh pada tanggal 31 Oktober nanti. Orang-orang yang telah mati akan bangkit dan akan ikut membaur bersama orang-orang yang berpenampilan seperti mereka yang sudah mati, begitu yang pernah ia dengar.

"Oh ya, aku lupa memberi tahu kalian." Teringat sesuatu, Shinpachi berkata, "Tanggal 31 Oktober nanti aneue* berulang tahun. Kalian diundang ke rumah untuk merayakannya."

Sekali lagi, berbeda dengan Kagura yang sontak berseru girang, Gintoki kembali bergidik ngeri begitu membayangkan dark matter Otae yang akan disajikan di atas meja makan. Sepertinya ia harus mencari alasan, agar tak datang ke rumah Shimura bersaudara itu.

Di waktu yang sama, namun berbeda tempat...

Markas Shinsengumi sedang digemparkan oleh masalah krusial yang baru pertama kali terjadi.

Mayat salah satu petugas Shinsengumi ditemukan tewas menggenaskan tanpa kepala di dekat sumur. Darah yang bersimbah di dekat mayat kelihatan sudah setengah mengering dengan lalat-lalat yang menggerubungi. Bau busuk yang mulai menguar membuat siapa saja yang tidak tahan melihat pemandangan mengerikan itu pasti akan muntah.

Para petugas Shinsengumi yang berkerumun di tempat kejadian perkara langsung memberi jalan, begitu melihat Hijikata Toushirou dan Okita Sougo berjalan mendekat.

"Siapa yang sudah melakukan hal ini?" Hijikata bertanya entah pada siapa, begitu ia berhenti di depan mayat. Pupil navy-nya menatap datar tanpa ada rasa takut atau jijik yang tergambar di wajahnya. Pengalamannya sebagai polisi selama bertahun-tahun sudah melatih mentalnya agar tetap tenang. Melihat mayat di depan matanya sendiri sudah seperti melihat hal yang wajar.

Okita mendekati sumur dengan senter yang diberikan oleh salah satu petugas di dekatnya. Lampu senter diarahkan ke bawah sumur yang sudah lama tak dipakai itu. "Oya, sepertinya ada yang mengapung di dalam sumur ini, Hijikata-san. Mungkin itu kepala mayatnya."

"Kalau begitu cepat keluarkan kepalanya dari dalam sumur itu," sahut Hijikata tanpa menoleh.

Kapten divisi satu itu menoleh dengan bibir menyeringai sadis, "Bagaimana kalau kau saja yang kulempar ke dalam sumur untuk mengambil kepala itu, Hijikata-san?"

Urat pertigaan seketika muncul di pelipis Hijikata. Satu tangannya sudah berancang-ancang menarik pedang yang terselip di pinggangnya, "Sougo teme*, apa kau mau kepalamu juga ikut bergabung di dalam sumur itu?"

"Hee, bagaimana kalau kepalamu saja yang ikut bergabung di dalam sumur, Hijikata konoyaro*?" Okita juga sudah berancang-ancang menarik pedangnya.

"Fukuchou*! Okita taichou*! Yamette kudasai*!" Suara keras Yamazaki menginterupsi. Kedua atasannya itu menoleh hampir bersamaan. "Apa kalian berdua tidak sadar situasi kita sekarang? Lebih baik kita menyelesaikan bencana yang sedang menimpa markas kita. Jika masyarakat sekitar sampai tahu, reputasi kita akan memburuk."

Perkataan bijak Yamazaki membuat Hijikata dan Okita saling pandang. Yang dikatakan si maniak anpan* itu memang ada benarnya juga.

"Baiklah, kalian. Cepat keluarkan kepala mayat itu dari sumur," perintah Hijikata ke arah para bawahan di sekitarnya.

Menjauh dari sumur yang dikerumuni para bawahannya, Okita berjalan mendekati mayat, sebelum akhirnya berjongkok. Dengan wajah tanpa ekspresi, kedua tangannya sibuk mencari sesuatu. Hijikata mengernyit. Baru saja bibirnya terbuka untuk menanyakan apa yang dilakukan si kapten muda yang terkenal sadis itu, Okita sudah berdiri dengan tangan memegang sesuatu yang berhasil didapatnya. Kartu tanda pengenal yang selalu dibawa petugas Shinsengumi.

"Suzuki Daisuke*." Okita menoleh ke arah Hijikata, "Dia anggota dari divisi tiga di bawah pimpinan Shimaru nii-san*."

"Fukuchou! Okita taichou!" seruan para petugas di dekat sumur membuat kedua pria itu menoleh.

"Ternyata yang mengapung di dalam sumur ini bukan kepala mayat itu, tapi—" kalimat itu sengaja digantung oleh salah satu petugas yang memegang benda yang berhasil dikeluarkan dari dalam sumur.

Suasana mendadak hening.

Sebuah labu dengan wajah menyeramkan tampak menyeringai lebar. Seolah memberi tahu kalau bencana di markas Shinsengumi masih akan ada kelanjutannya.

.

.

.


Bersambung...


KET:

*Suzuki Daisuke itu bukan karakter asli di Gintama, ya. Tapi hanya OC yang saya buat untuk mendukung jalan cerita ini.

Glosarium (hanya untuk kata-kata Bahasa Jepang di fanfiksi ini):

Jouishishi: Samurai; pejuang pada masa perang anti-Amanto

Kyokuchou: Komandan

Shounen JUMP: Majalah komik yang terkenal di Jepang

Megane: Laki-laki berkacamata

Aneue: Kakak perempuan

Konoyaro/Teme: B*jingan/Br*ngsek (karena kedua kata itu punya arti yang sama untuk makian)

Fukuchou: Wakil Komandan

Taichou: Kapten

Yamette Kudasai: Tolong hentikan

Anpan: Roti dengan isi selai kacang merah

Nii-san: Kakak laki-laki

Jeanne's notes:

Kerangka awal fanfiksi ini sebenarnya hanya akan dibuat oneshot. Tetapi karena sibuk dengan kerjaan kantor dan nggak bisa saya selesaikan sebelum hari ini, makanya terpaksa saya buat chaptered.

Untuk pairing kemungkinan akan saya buat HijiGin dan OkiKagu di chapter selanjutnya. ^^

Btw, ada yg mau kasih rekomen cover image untuk fanfiksi ini?

Sampai jumpa di chapter 2~ ;)

Edited: 08 November 2016