BTS Fanfic

.

.

.

Pairs :

Minyoon

slight:

Namjin

Taekook

JhopexOC

.

.

.

Rate : T

Genre :

Slice of Life

.

.

.

Hope you enjoy it ^^


.

.

.

.

.

.

.

Genap 1 tahun sejak hari pernikahan mereka bulan April lalu. Tepat 1 minggu sejak musim semi dimulai, mereka mengadakan pernikahan sederhana dengan tema Cherry Blossom itu. Mengikat janji suci sebagai pasangan hidup, berawal dari hubungan yang bisa dibilang−unik.

Sebagai senior dan junior, Hyung line dan Maknae line sebuah grup bernama BTS.

Dan itu keterusan hingga 4 tahun yang lalu.

Junior-nya itu nekat menembaknya walaupun saat itu ia membalas pernyataan cinta juniornya dengan dahi terkerut dan kalimat hah sinis. Dia tidak bermaksud sinis sebenarnya−dia hanya terlalu kaget saat itu hingga tidak sadar hah sinis itu keluar.

Masalahnya, saat itu ia menembak tepat setelah mereka menyelesaikan seluruh world tour mereka. Di ruang istirahat bersama, di depan member lain, dan di depan seluruh staff.

Leader mereka bahkan menjatuhkan kipas di tangannya syok. Jhope menyemburkan air minumnya tidak sengaja dan tersedak parah sehabis itu. Salah satu maknae mereka saat itu, menyebutnya gila dan para staff tidak bisa berkata-kata.

Parahnya lagi, disana ada Bang PD-nim yang kebetulan lewat.

Kalimat hah yang heboh keluar dari mulut Bang PD-nim. Dia masih ingat saat itu, juniornya segera dibawa Bang PD-nim ke tempat private untuk berbicara empat mata. Mata juniornya itu menatapnya memelas sebelum pergi dari ruangan. Dan meninggalkan dirinya syok dan terdiam tidak tahu harus menjawab apa.

.

.

.

.

.


" Hyunggg! Hyung ku tersayang!"

Jimin memeluk mesra punggung Yoongi dari belakang. Ia mencium belakang kepala milik namja berkulit pucat itu gemas dan bertubi-tubi dengan wajah menahan rasa lucu yang meluap-luap.

PLUUK!

" Berisik bocah besar"

Jimin mem-poutkan bibirnya. " Kau tidak merindukan ku, hyung ku sayang? Padahal aku sudah tidak pulang 5 hari untuk mempersiapkan koreografi dance untuk grup muda itu. Aku benar-benar merindukanmu disana..."

Yoongi mendengus dan tetap melanjutkan acara meratakan adona kue di depannya dengan penggiling kayu yang baru saja ia pukulkan ke kepala Jimin tadi. " Mana ice cream yang kuminta? Bayi ku rela menunggu lima hari untuk menunggu appa bodohnya ini membawakannya."

Mata Jimin berbinar. " Oh ya! Bayi appa tersayang!"

Jimin beralih dari memeluk punggung Yoongi, menuju perut yang membesar milik namja kesayangannya itu. Namja berbibir tebal itu mengelus perut besar berbalut sweater bermotif kumamon yang Jimin belikan bulan kemarin untuk Yoongi.

Namja itu menciumnya lembut dan sesekali menepuk pelan. Seperti mengetuk pintu.

" Halo bayi appa! Apakah baby merindukan appa?" Jimin tertawa kecil dan kembali mengecup puncak perut Yoongi.

Yoongi menghembuskan nafas kasar dan mengerutkan hidungnya. " Tidak. Dia kesal karena appa-nya tidak kunjung memberikannya ice cream yang ia minta."

" Eohh...benarkah itu baby?" Jimin menatap perut Yoongi seolah kaget. Seolah-olah ia benar-benar berbicara dengan seorang anak kecil yang memunggunginya dan menolak bicara karena kesal.

Jimin dan Yoongi tercekat saat merasakan tendangan kecil di perut Yoongi seperti mengiyakan perkataan eomma-nya. Yoongi dan Jimin berpandangan sejenak sebelum Yoongi kembali menjitak kepala Jimin dengan penggiling adonan.

" Sudah kubilang kan?" Yoongi menatap Jimin sinis dan memindahkan adona ke atas cetakan pai kasar. " Dia kesal sampai perutku dibuat kram 2 hari. Ia terus menendang-nendang dan bergerak."

Jimin mencium perut Yoongi bertubi-tubi dan mengelus bagian tendangan tadi tercipta. " Baby jangan nakal ya? Kasian eomma Yungki. Baby tahu kan badan eomma itu lemah− jadi baby jangan membuat eomma Yungki kesakitan. Nanti appa tidak jadi beli ice cream-nya."

DUUK

Yoongi meringis sedikit saat tendangan itu kembali tercipta. Jimin juga merasakannya dan Jimin mengikuti tangan Yoongi yang reflek mengelus perutnya sebagai isnting keibuannya biarpun ia namja. Yoongi mengelusnya lembut. Teramat penuh kasih sayang diikuti Jimin.

Yoongi menatap Jimin dan seketika mencubit keras tangan Jimin.

" AWW Yungki!" Jimin mengaduh nyaring.

Perempatan amarah tercipta di dahi Yoongi.

" Dasar bocah bodoh. Jangan memancing kekesalannya semakin menjadi, Jimin bodoh. Kau mau membuatku melahirkan sekarang juga karena keseringan ditendang dari dalam?"

Jimin tersenyum geli hingga matanya menyipit sempurna. " Ya ya...maafkan aku eomma Yungki. Maafkan aku yah?"

Yoongi menggerutu kasar dan melanjutkan membuat pai-nya sambil menyumpah. Jimin berdiri dan menuju kulkas di dapur mereka. Mengeluarkan sebuah cup besar bergambar buah blackberry dan meletakkannya di meja tempat Yoongi membuat adonan pai.

Yoongi melirik sekilas dan kembali membuat pai-nya.

" Lho?" Jimin menarik kursi di dekat meja dan duduk. " Kenapa tidak dimakan? Aku sudah membelikan yang besar."

" Nanti. " Jawab Yoongi singkat. Ia menunjuk pai yang sedang isi dengan selai buah berbagai rasa itu. Memberikan petunjuk pada Jimin.

Jimin tadi sekaligus mengambil minum. Ia menggulung lengan kemeja putihnya dan minum air dingin yang ia ambil. Matanya melirik bagaimana tubuh mungil hyung-nya itu terlihat makin mungil akibat perut besar itu.

Sekarang Yoongi-nya memasuki bulan ke-tujuh. SeokJin baru memasuki 3 minggu kehamilannya.

Namjoon-hyung memberitahu kabar gembira itu dari Seoul. Ia mengundang seluruh anggota BTS dulu untuk berkumpul di rumahnya dan merayakan kehamilan SeokJin yang tidak ia duga.

Sama seperti Yoongi, Jin diam-diam menanam rahim.

Jimin menggumam sambil minum. Mengamati Yoongi yang sibuk membuat Pai dan bolak-balik menyeret langkah sambil mengelus perutnya.

Tidak ia sangka, hyung tertua di grupnya itu dulu sama nekatnya dengan Yoongi. Hanya saja, Jimin tidak merasa khawatir karena fisik dan kesehatan Jin hyung bisa dibilang stabil dan normal.

Sedangkan Yoongi−mereka tidak tahu betapa mereka berdebat malam saat Yoongi bilang ia hamil pertama kali dan memberi tahu Jimin kalau ia menanam rahim diam-diam sebelum hari pernikahan mereka. Ia bilang ia tidak menyentuh uang Jimin sama sekali biarpun Jimin sudah menyuruh Yoongi untuk memakai uang-nya kalau ada apa-apa.

Tidak tidak...Jimin tidak mempermasalahkan Yoongi yang memakai uang-nya sendiri. Ia mempermasalahkan kesehatan hyung gulanya itu.

Bahkan saat mereka masih menjadi anggota BTS, hyung nya itu terlihat menderita dan kesakitan karena melakukan beberapa hal yang wajar mereka lakukan. Tapi selalu ia sembunyikan dan menggumamkan tidak apa-apa pada setiap member yang bertanya kesehatannya.

Semua member tahu kalau itu hanya segelintir kebohongan kecil yang dibuat Min Yoongi untuk membuat mereka berhenti mengkhawatirkannya dan fokus pada BTS.

Dan sekarang−setelah mereka tidak lagi menjadi anggota BTS, kenekatan Min Yoongi seperti bertambah. Mempertaruhkan hidupnya demi menanam rahim.\

Sebenarnya itu salah Jimin juga.

Ia selalu membicarakan tentang anak kecil dan kelucuan mereka saat mereka bicara bersama-sama dulu. Betapa ia ingin punya anak yang bisa ia gendong dan ia sayang. Yang punya wajah seimut Suga dan gembil seperti dirinya. Memanggilnya Appa dan bermain-main bersamanya.

Yoongi hanya akan diam saat Jimin membicarakan hal itu dan menggumamkan kata-kata umpatan kecil yang membuat Jimin tertawa. Tapi tidak ia sangka−selama ini hyung-nya itu diam-diam mendengarkan.

Pantas saja−saat ia penasaran dengan history browser milik Yoongi, ia membuka history-nya. Berharap menemukan hal mesum dari hyung-nya dan memakai hal itu untuk memalukan Yoongi.

Tapi yang ia dapat adalah berbagai info tentang kehamilan dan bayi. Dan Blog konsultasi berbagai dokter. Membuat Jimin berfikiran saat itu, apakah hyung-nya ini sakit? Atau ia mengidap penyakit apa. Atau apakah ia ingin mengadopsi anak.

" Hyung..." Panggil Jimin.

Yoongi yang sedang mengatur oven hanya menggumam. " Hm?"

" Bagaiman keadaanmu?" Tanya Jimin dengan nada datar.

Yoongi menatap Jimin yang menatapnya dengan wajah diamnya. Ia menyipitkan mata. " Maksudmu apa, bocah?"

Jimin berdehem. Ia mencoba mengubah wajahnya menjadi melembut. Mungkin wajah datarnya tadi membuat hyung-nya bingung. " Keadaanmu hyung-ku? Ku tinggal beberapa hari membuatku kurang tahu keadaanmu. Apakah kau sudah makan? Apakah kau minum susu kehamilanmu teratur? Apakah kau masih nekat membuat lagu malam-malam?"

Yoongi mendengus dan menutup Oven." Hamil. Keadaanku aku hamil besar dan siap melahirkan. Itu saja."

Jimin cengo dan menatap Yoongi pasrah. " Hyung...seriusan?"

Yoongi merapikan dapur dan melepas sarung tangannya. Menatap Jimin dengan tatapan datarnya yang menggemaskan. " Aku serius bocah besar. Sekarang−menjauh dari sana karena aku akan menyiapkan makan malam. Mandi sana. Badanmu bau. Bau badanmu meracuni pernafasan anakku."

Jimin tersenyum dengan senyum mochinya dan berdiri. Menghampiri hyung-nya yang sinisnya itu tidak berkurang sama sekali sejak ia bertemu dengannya pertama kali. Ia mengelus perut Yoongi sebentar dan mencium pipi Yoongi sekilas.

" Mau mandi bersamaku?" Jimin menyeringai dan berbisik di telinga Yoongi." Tenang saja−baby tidak akan terganggu kok"

Yoongi menatap Jimin cepat dengan sadis dan menjitak kepala Jimin lagi dengan sendok. " Kurang-kurangi kemesuman-mu bocah. Aku tidak ingin anakku ikut mesum seperti appa-nya. Sana mandi. Aku sudah mandi"

Jimin merengutkan bibirnya. " Padahal aku ingin menyentuh eomma Yungki. Kulitmu jadi tambah halus karena hormon kehamilanmu. Jadi tanganku merindukan menyentuh kulit eomma Yungki."

Jimin mengangkat kedua tangan bantetnya ke hadapan Yoongi. Yoongi segera menjauh dan duduk di tempat awal Jimin duduk. Mengambil cup ice cream dan memakannya tanpa menghiraukan Jimin yang memelas.

" Eomma Yungkiiii~ Hyungggg~"

Yoongi mendecak. " Sana mandi atau kau tidak makan malam ini"

Jimin memasang wajah sedih dan menuju kamar mandi dengan langkah diseret.

.

.

.

.

.

.


Wajah Jimin memucat. Ia terus menerus menggenggam tangannya dan menghantamkannya sedikit demi sedikit ke kaca pembatas anatara koridor rumah sakit dan ruangan bersalin.

Ia dapat melihat banyak dokter dan perawat melakukan operasi pada Yoongi-nya. Pada bayinya.

Mata Jimin sembap dan hidungnya memerah.

Ia tidak pernah merasa sepanik dan setakut ini dalam hidupnya. Dapat ia rasakan betapa lemahnya detak jantung Yoongi di pangkuannya dan betapa ia terus memacu kesadarannya bertahan dan bergumam.

Yoongi-nya kesakitan. Hyung dinginnya yang sinis. Yang akan memeluk dirinya di belakang saat orang lain meninggalkannya. Yang mendengar permintaannya dalam diam. Yang berjuang untuk bayi mereka walau tubunya tidak mampu melakukannya.

Yoongi hyung-nya yang saat-saat menegangkan dalam hidupnya masih saja bersenandung. Ia bergumam. Menggumamkan lagu kecil sambil meringis kesakitan. Nada-nada singkat yang ia buat untuk bayi mereka.

Jimin menatap dari kaca dengan tatapan takut.

" Jim..." Eomma Jimin mengelus pundak anaknya. Ia menatap kasihan pada anaknya yang sejak pertama Yoongi masuk ke dalam ruangan bersalin itu, tidak memindah pandangannya darisana. " Percayakan pada Yoongi...Percaya kalau mereka akan selamat."

Eomma Yoongi yang sejak daritadi duduk di kursi tunggu bersama kakak Yoongi, berinisiatif maju. Mengelus pundak menantunya itu.

" Yoongi itu kuat dan keras kepala". Ucap Eomma Yoongi lirih. " Ia pasti bisa."

Jimin menatap lekat bagaimana Yoongi terlihat mengambil nafas panjang. Bibir namja itu pucat seluruhnya sambil rebahan. Ia sesekali melirik perutnya yang dibedah para dokter. Menggumam sesuatu dan berdoa.

" Na na na...nanana..." Bibir Jimin bergetar.

Eomma Yoongi dan eomma-nya terkejut. Mereka menatap Jimin dengan dahi terkerut bingung.

" Nanana...na na na na nana..." Jimin bersenandung sesuatu. ia terus bersenandung sambil mengawasi Yoongi dari kejauhan.

Air mata Jimin jatuh.

Nada itu indah. Biarpun Yoongi berkali-kali bersikeras ia tidak bisa bernyanyi tapi ia mampu membuat nada yang indah. Dan Jimin mengerti betapa ia ingin menyanyikan nada itu pada anak mereka.

" JIMIN! JIMIN!"

Jimin tersentak dan menatap ke arah yang mengarah ke pintu masuk koridor. Disana Jhope tergopoh-gopoh masuk menerobos koridor dengan wajah khawatir. Diikuti oleh Taehyung dan Jungkook.

Istri Jhope berlari lebih cepat dari Jhope. Mengingat ia adalah gadis yang luar biasa. Lembut namun tegas. Pelangi di tengah badai.

Ia membawa satu tas besar berisi perlengkapan bayi. Diikuti Jhope tiba di hadapan Jimin.

" Bagaimana Yoongi hyung!?" Jhope sedikit berteriak. Istrinya terengah-engah.

" Hosiki...B-bernafas dulu..." Istrinya mengingatkan. Ia menepuk bahu Jhope.

Jhope mengangguk. " Kami panik saat kau tiba-tiba mengetuk rumah kami dan menggendong Yoongi yang kesakitan dan ketubannya pecah. Aku segera memacu mobilku kau tahu!"

Taehyung dan Jungkook tiba di hadapan Jimin.

Jungkook segera menatap ke arah kaca. Ia bertemu pandang dengan Yoongi yang berusaha tersenyum lemah pada mereka. Melihat seluruh tema-tema−ah bukan. Keluarganya disana.

Jungkook segera berjongkok. Ia menangis dan Taehyung memeluknya. Jungkook sama paniknya dengan yang lain, terisak di pelukan Taehyung. Ia begitu lega melihat hyung kesayangannya itu masih disana.

Jhope melambai pada Yoongi dan tersenyum lemah. Matanya Jhope yang berambut sewarna daun maple itu menunduk dan tersenyum lebih lebar dari Jhope.

Namjoon dan Jin sedang dalam perjalanan ke Daegu. Mereka langsung berangkat ke Daegu setelah Jhope menelpon mereka.

Dan Jimin masih disana. Menatap Yoongi yang menatapnya lembut.

.

.

.

.

.

.


" Minji..."

" Minji..."

Jimin duduk di sofa-nya. Putri kesayangannya itu sudah berumur 3 tahun. Semenjak ia sudah bisa berjalan, ia semakin susah untuk ditangkap. Yoongi sendiri sedang sibuk menyiapkan lagu untuk comeback seorang grup muda yang naik daun.

Jadi untuk beberapa hari, ia akan sibuk di studio-nya.

Sebenarnya studio Yoongi ada dua. Di rumah mereka dan di kantor-nya di Seoul. Tapi di rumah, itu hanya studio skala kecil. Untuk memperbaiki lagu atau membuat rancangan. Dia bilang ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya lebih banyak, jadi studio di rumah itu skala kecil saja.

Sedangkan yang komplit dan lengkap di Seoul.

Sekarang Yoongi sedang mengurung diri di studio di rumah mereka di Daegu. Minggu depan dia akan ke Seoul untuk membawa rancangan lagu-nya untuk diproses.

" Appa! Appa!"

Jimin tersentak. Rambut hitam-nya sedikit acak dan ia mengangkat kepala dari sandaran sofa. Seorang anak kecil berjenis kelamin yeoja, datang dari arah pintu yang mengarah ke tangga lantai dua.

Ia memeluk boneka kumamon kesayangannya. Pandangan kalem dan mata sipitnya itu menjiplak Yoongi. Rambut hitam sebahunya tumbuh lebih lebat sekarang. Ia mengemut potongan wortel di tangannya dengan bibir tebal milik Jimin itu.

Pipi gembil nya yang merona seperti Jimin terlihat berisi. Ia mendongak menatap appa-nya dan wajah jiplakan Yoongi itu terlihat senang.

" Minji..." Panggil Jimin pada anaknya. Ia tersenyum. " Sini dengan appa!"

Gadis itu berjalan cepat ke arah Jimin dengan kaki pendeknya. Jimin membuka tangannya dan ia memeluk Minji sebelum gadis itu terjatuh. Minji mengerang kecil dengan suara khas bayinya saat Jimin mencium pipi gembilnya bertubi-tubi.

" Appa..." Minji menatap Jimin dengan polos. " Eomma ya? Eomma mana?"

Jimin mengerjapkan matanya, " eomma? Eomma sedang sibuk oke? Jadi kita tidak akan menggangu eomma..."

Tidak seperti anak-anak lain−Minji, anaknya itu mewarisi sifat Yoongi. Yoongi itu dingin tetapi digabung dengan Jimin, perawakan anaknya itu kalem. Ia tidak akan bertindak heboh seperti bayi lain.

Ia akan merespon seperlunya.

Minji mengeluarkan suara oh dari mulutnya dan mempoutkan bibirnya. Ia kembali mengemut potongan wortel di mulutnya dan diam.

Jimin seketika menyipitkan mata.

" Minji...apakah kau melepas ikat rambutmu?"

Minji menggumam kecil dengan nada bayinya. Ia tidak menatap Jimin dan malah menyembunyikan wajahnya.

Seingat Jimin−setelah Yoongi memandikan anaknya itu, rambut panjang anaknya itu terikat rapi dengan dua anyaman yang diikat ke belakang. Sekarang, yang ia dapatkan adalah rambut anaknya yang tergerai bebas.

Jimin menarik helaian poni dari wajah anaknya dan anaknya itu menggumam tidak suka.

" Appaaa..."

" Hah... lihat sekarang rambutmu jadi berantakan lagi!" Jimin berdecak.

Jimin mendudukkan anaknya itu di lantai ruang tamu sedangkan ia duduk di belakangnya. Minji ingin kabur saat itu sebelum Jimin mengurung anaknya di antara kakinya. Minji yang tersentak mengerutkan hidungnya persis seperti Yoongi saat kesal dan mengerutkan dahi ke arah Jimin di belakangnya.

Jimin tertawa. " Kau ini seperti eomma-mu. Tidak suka diatur."

" Waaa!" Minji menepuk betis Jimin sebagai protes pada appanya itu.

Ia makin mengerutkan hidungnya ke arah Jimin. Gadis kecil itu bahkan beberapa kali menggelengkan kepala menolak Jimin untuk mengikat rambutnya kembali.

" Aisssh! Minji jangan bergerak!" Protes Jimin.

Ia tidak serapi Yoongi saat mencoba mengatur rambut anaknya yang lebat itu. Tangan Yoongi yang sudah terlatih sebagai tukang reparasi barang saat mereka masih satu dorm, tentu saja dapat dengan mudah mengatur rambut anaknya.

Sedangkan Jimin−huh...itu perlu berjam-jam bahkan untuk membuat satu ikatan rapi saja.

Minji yang mewarisi sifat hyperaktif milik Jimin itu−akan selalu mencoba kabur saat orang-orang mulai merapikan rambutnya. Ia akan menyelinap. Kabur diam-diam. Memelas dan 1001 cara curang Yoongi yang ia warisi untuk membuatnya lepas.

Termasuk sekarang.

Jimin berdebat dengan anaknya satu mencoba kabur dan protes dalam bahasa bayi dengan wajah Yoongi saat kesal itu, dan satu lagi yang mencoba menarik rambut anaknya dan membalas debatan anaknya itu dengan bahasa nya.

" Minji, duduk kembali!" Jimin menarik kerah sweater anaknya itu yang merangkan ingin kabur.

Minji yang ditarik protes. Ia menepuk-nepuk paha Jimin kuat. " Aaaa...aaaa! Tida...mauu!"

Jimin mengangkat anaknya dan kembali mengurungnya dalam kakinya. Membuat Minji diam untuk sebentar karena demi Tuhan! Rambutnya sudah setengah rapi di tangan Jimin dan itu sudah siap untuk diikat tapi karena anaknya kembali melepaskan diri, itu lepas lagi.

Mereka kembali berdebat sengit.

Bunyi pintu studio yang terbuka mengisi salah satu bagian rumah berlantai dua bergaya vintage itu. Seorang namja dengan kaos hitam kebesaran dan rambut sewarn acak keluar. Matanya setengah tertutup dan ia menggaruk perutnya.

Yoongi menguap.

Ia harus kembali mengambil kopi di dapur. Semakin dekat waktu untuk comeback−semakin cepat pula kopinya habis. Bahkan ini baru jam 11 pagi. Ia mengambil kopi jam 8. Baru 3 jam dan ia perlu kopi lagi.

Menjadi produser itu tidak mudah sama sekali. Bahkan sejak ia masih di BTS sampai mandiri, bebannya jadi makin tambah berat.

Namja itu menyeret langkahnya gontai keluar dari studionya. Yoongi bahkan tidak memakai sandalnya secara benar dengan salah satu cuma sampai ujungnya saja.

Ia melirik ke kamar Minji yang berada di lantai atas. Disana lebih sunyi.

" Mungkin Jimin sedang membawanya bermain". Yoongi menggumam kecil.

Yoongi menyeret langkah melewati ruang tamu. Tetapi, semakin ia dekat dengan ruang itu−ia dapat mendengar keributan. Ditambah Holly−anjing kesayangannya itu menggonggong dan menghampirinya.

Yoongi berjongkok dan mengelus punggung Holly. Holly berputar-putar di sekitar kakinya dan menggonggong. Namja berwajah pucat itu tersenyum gummy.

" Ada apa Holly? Kau lapar?" Yoongi tersenyum.

" MAMA!"

" YOONGI HYUNGGGG!"

Yoongi mendongak. Ia mengerutkan dahi melihat dua anak dan ayah itu berdiri di hadapannya dalam keadaan acak. Jimin yang memegang sisir dan Minji yang terlihat menjauhi sisir itu.

Minji berusaha berlari ke arahnya tapi ditahan Jimin dengan menarik popoknya yang bermotif beruang itu.

" Aa!" Tahan Jimin dengan suara lengkingnya yang khas. " Sini dulu, gadis nakal!"

Alis Yoongi makin berkerut.

Apakah Jimin baru saja memakai dialek Busan Satoori pada Minji?

Gadis itu mengerang dan berkelit. Ia tidak berteriak seperti kebiasaannya yang kalem tapi ia terus memberikan appa-nya itu tatapan kesal khas Yoongi. Minji baru mengerang saat Jimin berhasil membuatnya tertarik ke belakang ke pelukan Jimin.

" Ada apa dengan kalian berdua hah?" Dengus Yoongi.

Jimin menatap Yoongi dan meringis. " Aissh...Kau tidak lihat rambut anakmu ini, hyung?"

Minji menatap ke arah Yoongi. Ia terus membuka tangannya dan ingin menjauh tapi keburu di peluk Jimin dan digendong hingga kakinya terangkat dari lantai. Ia memanggil-manggil mamanya.

" Mama... Mama..." Minji mengerang kecil. " Mamamama"

Yoongi menghela nafas lelah.

Namja itu berjalan ke arah mereka. Diikuti Holly di belakangnya. Ia menarik sisir dari tangan Jimin.

" Tahan dia" Perintah Yoongi pada Jimin.

Jimin mendengus, " Daritadi aku sudah menahannya dan ia terus berkelit kesana kemari seperti ular."

Yoongi menatap Jimin tajam. " Dasar bocah bantet. Lihat dan cermati anakmu sendiri!"

Jimin menatap Yoongi dengan mata berbinar dan mulut membulat senang. Ia tersenyum mochi sesaat sisir di tangan Yoongi menyentuh rambut Minji, gadis itu tersenyum gummy. Ia mengeluarkan suara bayinya dan diam.

Tangan kasar Yoongi dengan cepat dan telaten menyisir rambut gadis kecil bernama lengkap Park Minji itu. Jimin saja sampai kagum saat anaknya itu terlihat nyaman. Biarpun Yoongi kelihatan seperti kasar dan bawaannya yang moody−anaknya itu malah dibuat nyaman.

Karena tangan Yoongi memperlakukannya dengan lembut.

Yoongi mengambil sisa gelang karet kecil yang dipakai-nya pagi tadi dari kantong celananya. Ia mengikat dengan cepat rambut anaknya itu menjadi twin tails. Tetapi hasilnya rapi dan tidak ada rambut yang kesana kemari.

Minji menepuk tangannya girang sesaat Yoongi selesai menata rambutnya. Gadis kecil itu tersenyum gummy hingga gigi susunya yang baru tumbuh itu terlihat. Yoongi ikut tersenyum gummy dan tanpa sadar mencium pipi Minji.

Jimin terdiam saat melihat namja yang lebih tua di hadapannya ini tersenyum riang walapun ia lelah. Ia bahkan tertawa khas seorang Yoongi sekali.

CUP

Yoongi melebarkan mata kaget. Ia menutup bibirnya reflek.

Minji mengeluarkan suara bayinya dan menarik bagian depan baju Jimin bingung.

Jimin tersenyum hingga matanya menyipit menjadi bulan sabit, " Sungguh hyung...aku beruntung bisa mendapatkanmu sebagai pasangan hidupku dan ibu dari anakku. Aku selalu percaya kau adalah yang terbaik bagiku. Aku tidak merubah orientasi seksualku untuk hal sia-sia, hyung."

Minji menutup matanya dan menahan tangan Jimin yang mengelus kepalanya. "Owaa..waa.."

Telinga Yoongi memerah dan ia menggerutu. " Apa-apaan kau bocah bantet. Dari dulu kebiasaan merayumu itu tidak ada habis-habisnya. Sudah−aku mau mengambil kopi! "

Yoongi berjalan cepat menjauhi Jimin sambil menggerutu. Sedangkan Jimin masih tersenyum.

" Lihat itu, anak Appa yang manis. " Jimin membawa Minji menatap Yoongi. Ia menunjuk Yoongi " Lihat eomma-mu yang malu-malu kucing itu. Manis kan? Manis seperti gula kan?"

Minji mengangguk dan Jimin tertawa sambil mendongak.

" Diam kau Bocah!"

Suara Yoongi menggelegar dari dapur. Minji menelengkan kepalanya bingung dan Jimin berjalan ke arah dapur.

" Ayo kita datangi mama kucingmu itu"

.

.

.

.

.


Oh ya...Apakah aku sudah mengenalkan keluarga ini sebelumnya?

Ah belum bukan.

Semua member BTS telah berkeluarga dan kalian tahu−mereka menikahi satu sama lain lebih tepatnya. Jimin dan Yoongi yang duluan mengadakan itu ide Jimin mengingat ia tidak bisa menahan diri lebih lama Diikuti oleh keluarga NamJin dan Jhope.

Taekook−mereka tergolong pengantin baru, tapi pengantin baru yang ini luar biasa.

Jimin dan Yoongi memutuskan untuk tinggal di Daegu. Mengingat Yoongi yang banyak memiliki kenalan produser dan kantor di Daegu. Jadi−memudahkannya jika ia tinggal di Daegu.

NamJin sepakat mereka tetapi tinggal di Seoul. Kantor agensi Namjoon berada di Seoul dan ia diperlukan lebih banyak di Seoul.

Jhope−wah kalian perlu tahu tentang dirinya. Begini-begini jomblo-nya−percaya tidak percaya istrinya adalah gadis blasteran.

Saat pertama kali ia memperkenalkan istrinya, betapa syok-nya member yang lain. Bahkan Jin saja sampai meragukannya. Kalau saja si Sunshine-nya BTS ini memberikan mantra macam-macam pada gadis itu hingga mau menerimanya.

Gadis itu lembut sekali. Ia penyayang dan perhatian. Pandai segala urusan rumah tangga dan mengejutkan lagi−ia adalah sejarawan dan arkeolog. Mantan seorang ballerina dan dancer.

Ayahnya adalah orang Irlandia−Skotlandia dan ibunya adalah orang Korea. Ia mewarisi wajah kebangsawanan ayahnya dan rambut semerah daun maple ayahnya. Mata coklatnya adalah warisan ibunya.

Di luar ia selembut mochi, tapi ternyata ia mampu membanting seorang JEON JUNGKOOK dalam sekali bantingan. Ia menguasai anggar dan bela diri Taekwondo. Mengikuti dance dan bela diri sekaligus membuatnya tubuhnya ekstra luar biasa.

Tawanya seperti anak kecil yang polos dan Jhope tidak bisa jatuh cinta lebih jauh daripada itu. Saat pertama kali mereka bertemu, ia sudah berani menantang Jhope battle dance dan Jhope jatuh cinta sejak matanya melihat gerakan pertama yang dibuat gadis itu.

Karena Yoongi dan Jhope adalaha sahabat teramat dekat yang terkadang membuat Jimin terbakar api cemburu, ditambah istrinya adalah orang Daegu−mereka tetanggaan.

Rumah Jhope persis di samping rumah Jimin dan Yoongi. Dan yang sering mendatangi anaknya−bisa ditebak siapa.

Keluarga Taekook−Jungkook mengikuti kemana Taehyung tinggal.

Tentu saja Daegu duh.

Tapi mereka tinggal di bagian berbeda dengan Jimin dan Jhope. Tapi mereka tetap satu kota.

Tentang Park Minji−gadis itu adalah anak pertama Jimin dan Yoongi dan merupakan anak pertama yang lahir di keluarga Bangtan. Membuatnya jadi anak tertua. Nanti disusul oleh beberapa anak yang akan membuat keluarga Bangtan semakin ramai

Well...

Kurasa ini adalah cerita tentang anak-anak mereka dan kehidupan mereka setelah menikah.

.

.

.

.

TBC or Not?

Halo Minna san! Karena semua ff w rate M, w pengen buat ff yang lain tapi ff yang lain semuanya sudah memasuki bagian dewasa :v

Oleh karena itu w ingin buat sesuatu yang aman untuk dibaca oleh kalian di bulan puasa dan aman dibuat oleh w. W masih pemula kalau cerita yang sweet seperti ini. Sebenarnya konsep anak-anak mereka sudah lama w buat. Tapi tidak punya cukup waktu untuk buatnya.

Jadi w Cuma bisa gambar mereka :v

Tapi bulan ini mungkin kesampaian.

W tidak merencanakan ff ini punya akhir atau awalan yang jelas. W Cuma buat ff ini untuk have fun aja dan sebagai asupan aman.

TBC or not?

Dan juga berikan saran mengenai apa saja yang pengen kalian ketahui dari ff ini. Misalnya ceritakan tentang hobi anak mereka atau kehidupan apapun. Karena ff ini slice of life dan buat have fun−jadi kemungkinan w akan update seperti itu

Buat semuanya−selamat menjalankan ibadah puasa! Ff yang lain kemungkinan akan w buat sehabis puasa !

Salam sayang

A.W.J