"Ini gara-gara kau!" erang Hermione.
"Ap-apa?! Gara-gara aku?!" balas Draco.
"Asal kau tahu saja, kita harus menyortir buku-buku perpustakaan itu awalnya gara-gara kau! Semuanya disebabkan oleh kau dan rasa penasaranmu yang super menyebalkan!" kata Hermione.
"Dasar cerewet!" elak Draco. "Sekarang pikirkan bagaimana cara kita bisa kembali!"
Hermione terdiam. Draco pun juga terdiam. Keduanya menatap pintu perpustakaan yang terbuka di hadapan mereka. Tetapi di depan sana bukanlah lorong Hogwarts, melainkan pemandangan sebuah pantai.
.
.
Disclaimer: JKR.
Warning: AR tidak ada Voldemort, tahun ketujuh Harry dkk, DraMione, mungkin akan OOC dan akan ada OC, author tidak mengambil keuntungan apa pun.
.
.
Knock, Knock, Knock
Chapter 1: Curiosity
by Fei Mei
.
.
3 jam yang lalu.
.
Minerva McGonagall sedang mengawasi murid-murid kelasnya yang sedang mempraktekkan sebuah mantra yang tadi ia ajarkan. Mantra ini akan masuk dalam ujian NEWT Transfigurasi. Hanya mantra sederhana saja sebenarnya, bahkan mantra tersebut sudah pernah diajarkan McGonagall saat para muridnya kelas tiga.
Untuk membuat anak-anak lebih bersemangat, sang profesor menetapkan untuk latihan praktek hari ini dibuat berpasangan –tetapi McGonagall yang akan menentukan siapa yang akan latihan dengan siapa. Di kelasnya saat ini ada murid kelas tujuh Gryffindor dan Slytherin. McGonagall menetapkan bahwa pasangan-pasangan yang dibuatnya masing-masing akan dari asrama yang berbeda: seorang dari Gryffindor, seorang lagi dari Slytherin.
Yang paling merutuk dalam hati setelah dipilihkan pasangan masing-masing mungkin adalah Hermione Granger dan Draco Malfoy. Jelas, sebab si profesor Transfigurasi menetapkan keduanya menjadi pasangan untuk latihan. Hermione merutuk karena Draco pasti akan berbuat yang aneh-aneh, yang menyebabkan Hermione menjadi terlihat tidak baik. Sedangkan Draco merutuk karena ... yah, apalagi kalau bukan karena Hermione seorang 'darah lumpur'?
Hermione adalah gadis yang cerdas, ia tidak perlu berlatih lama-lama, dua-tiga kali sudah sempurna untuknya. Draco juga bukanlah pemuda yang lemot. Walau tidak sejenius Hermione, pemuda berambut pertak itu juga tidak butuh waktu lama untuk menyempurnakan kemampuannya atas mantra yang tadi diajarkan McGonagall.
Karena memang sudah pernah belajar saat kelas tiga, ada beberapa pasangan yang lain juga yang telah berhasil menyempurnakan kemampuan masing-masing. Sambil menunggu jam pelajaran usai, rata-rata para murid hanya mengobrol dan kembali ke gerombolan teman-temannya yang seasrama. Hermione hanya membaca buku Ramuan, mengingat nanti sore ada pelajaran Ramuan. Sedangkan Draco sedang benar-benar bosan saat ini, akhirnya ia memutuskan untuk berbuat iseng.
Draco mengangkat tongkat sihirnya, lalu membisikkan suatu mantra. Hermione melihat Draco memainkan tongkat sihir, tapi ia tidak mau ambil pusing dan terus membaca. Tetapi gadis berambut ombak itu langsung mengalihkan pandangannya dari tulisan di buku ketika tiba-tiba seorang anak laki-laki memekik dan banyak murid kelas itu ikut memekik karena kaget.
"N-Neville?!" ucap Hermione.
Gadis itu melihat salah satu temannya, Neville, melayang agak tinggi dengan posisi terbalik. Lalu spontan Hermione melihat ke arah Draco yang masih duduk sambil memainkan tongkat sihirnya. Pemuda itu menggoyang-goyangkan tongkat sihirnya, dan di saat yang sama Neville pun bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan.
"Hentikan itu, Malfoy!" bentak Hermione.
Draco memasang wajah tak peduli, dan terus memainkan tongkat sihirnya. Sebagian besar anak Slytherin menertawakan Neville, sebagian besar anak Gryffindor merasa kasihan dan beberapa orang berusaha membantu Neville ke lantai.
McGonagall yang menyaksikan kejadian ini sebenarnya tadi sedang kebingungan kenapa Neville bisa tiba-tiba seperti itu. Tetapi ketika ia mendengar Hermione membentak Draco, McGonagall baru sadar bahwa murid kesayangan Snape itulah yang jadi biang keladi.
"Malfoy!" seru McGonagall.
Saat itu juga Neville langsung terjatuh ke lantai, dan beberapa anak membantu Neville berdiri dan duduk di kursi. Sedangkan Draco akhirnya meletakkan tongkat sihirnya kembali di meja.
"Kelas usai untuk hari ini," kata McGonagall. "Kalian boleh keluar sekarang. Detensi untuk Mr Malfoy dan Miss Granger, kalian akan menyortir buku di perpustakaan."
"T-Tunggu dulu, saya juga?" tanya Hermione, tidak percaya.
"Tentu saja, Miss Granger," jawab McGonagall. "Kau adalah pasangan Mr Malfoy untuk kelas hari ini, jadi jika yang satu dapat nilai baik hari ini maka yang satu lagi akan dapat nilai baik, jika yang satu kena detensi maka yang satunya juga ikut. Kalian bisa ke perpustakaan sekarang."
Dengan sangat lesu akhirnya Hermione pergi ke perpustakaan sekolah bersama Draco, orang yang paling menyebalkan baginya. Dan jelas, hari ini gadis itu akan menambah daftar 'alasan kenapa Malfoy menyebalkan'.
Perpustakaan kosong saat itu. Benar-benar tidak ada siapa-siapa. Pengurus perpustakaan sedang cuti beberapa saat, jadinya buku-buku agak berantakan. Lalu Hermione dan Draco pun mulai bekerja, sambil saling merutuk dalam hati.
Hermione bekerja secepat dan secermat yang ia bisa. Kebalikan dengan Draco, pemuda berambut perak itu mengerjakan detensi dengan sangat malas-malasan, padahal detensi ini diberikan karena dirinya sendiri. Sesungguhnya Hermione tidak bersalah atas kejadian Neville tadi, tetapi di perpustakaan malah Hermione yang lebih serius mengerjakan detensi.
Sekitar dua jam berlalu, Hermione mungkin sudah menyelesaikan sepertiga dari keseluruhan rak buku yang ada di ruangan itu. Ketika ia akan menyortir di rak selanjutnya, tiba-tiba ia melihat Draco sedang duduk di lantai, menyender pada rak, sambil membaca sebuah buku tua. Santai sekali pemuda itu.
"Malfoy!" bentak Hermione, nyaris frustasi karena kelelahan. "Aku mengerjakan detensi ini padahal aku tidak bersalah, tapi kau yang harusnya menjalani detensi ini sendiri malah asyik membaca buku?!"
"Oh, ayolah, McGonagall juga belum tentu akan datang melihat apakah kita bekerja dengan benar, atau memeriksa tiap rak yang ada disini, kan?" tanya Draco dengan malas.
"Tujuan detensi yang diberikan para guru adalah agar para muridnya menyesal atas tindakan tidak terpuji yang dilakukan murid tersebut, Malfoy!" bentak Hermione lagi.
"Terserah," ujar Draco, sambil tetap membaca buku.
Kesal, Hermione pun langsung menyita paksa buku yang ada di tangan Draco. Pemuda berambut perak itu terkejut melihat buku yang tadi sedang ia baca tiba-tiba menghilang dan berpindah ke tangan gadis keturunan muggle yang ada di hadapannya.
"Apa sih, yang sedang kau baca?!" tanya Hermione kesal.
"Tentang cerita misteri yang katanya pernah benar terjadi," jawab Draco sambil berdiri. "Aku sih, tidak percaya pada buku itu, karena penulisnya hanya muggle biasa."
"Kalau memang tidak percaya, kenapa kau masih membacanya?" tanya Hermione.
"Ada satu cerita misteri yang membuatku tertarik dan penasaran. Saat kau mengambil buku itu, aku sedang membaca bagian yang paling seru dari misteri itu," kata Draco.
Hermione menyerngit, menaikkan sebelah alis, kemudian melihat isi halaman yang terbuka –yang tadinya sedang dibaca Draco.
"Ketuklah sebanyak tiga kali pada pintu yang tertutup dari dalam ruangan, ketika pintu itu dibuka, maka pintu itu akan membawa anda ke tempat yang lain." Hermione membaca kalimat pertama.
"Menarik, bukan?" ujar Draco.
"Ini tidak ilmiah! Jelas mustahil," kata Hermione.
"Tapi itu menarik, setidaknya lebih baik dari kepercayaan muggle lainnya seperti anak gadis tidak boleh keluar rumah selama pukul enam sore," elak Draco.
Lalu Draco beranjak dari hadapan Hermione, berjalan menuju pintu perpustakaan. Hermione langsung meletakkan buku yang dipegangnya di meja terdekat kemudian menyusul Draco. Seketika itu juga putri dari sepasang dokter gigi ini memiliki firasat buruk.
"Kau mau apa?" tanya Hermione.
"Mau coba mengetuk pintu ini," ujar Draco.
"Jangan bercanda!" kata Hermione. "Hanya ada satu pintu keluar-masuk di perpustakaan ini, bagaimana jika misteri itu menjadi kenyataan?!"
"Nah, sekarang siapa yang bilang bahwa ini tidak ilmiah tadi?"
"P-pokoknya, saat ini kita harus menyelesaikan detensi kita disini. Setelahnya kau mau mengetuk pintu apa, terserah!"
"Aku sudah lelah, mungkin begitu kubuka pintu ini, pintu ini membawaku pulang ke rumah," kata Draco.
Dan itu dimulai. Sambil tersenyum ingin tahu, Draco mulai mengangkat tangan kanannya yang sudah terkepal. Hermione hanya menyaksikan itu dari balik punggung Draco sambil memasang tatapan ngeri.
Tok! Tok! Tok!
Draco mengetuk pintu yang tertutup itu sebanyak tiga kali. Di perpustakaan yang besar itu, hanya ada kedua remaja berusia 17 tahun ini, dan tidak ada yang mengeluarkan suara, sehingga suara ketukan itu terdengar menjadi begitu keras.
Pemuda berambut perak itu diam sebentar setelah mengetuk pintu, kemudian ia memgang gagang pintu itu, bersiap untuk membuat pintu –satu-satunya pintu di ruangan itu.
"Ini konyol," ujar Hermione, tidak sadar bahwa dirinya sedang berkeringat dingin. "Ketika kau membuka pintu itu, yang terlihat hanya lorong sekolah seperti biasa."
Draco tahu, Hermione pasti ketakutan. Yah, dirinya sendiri juga takut kalau-kalau pintu itu membawanya ke tempat yang aneh. Tetapi tidak, lah, ia hanya ingin memastikan apakah misteri ini benar atau tidak. Sungguh, untuk pertama kalinya seorang Draco Malfoy merasa begitu penasaran.
Kemudian ia mendorong pintu itu. Keduanya menatap keluar pintu dengan tatapan ngeri. Yang ada di hadapan mereka bukanlah lorong Hogwarts seperti sebagaimana seharusnya, melainkan pantai. Sejak kapan lorong Hogwarts berubah menjadi pantai? Atau mungkin ada yang sedang berbuat iseng sehingga ini terjadi?
Draco melangkah keluar dari perpustakaan. Ia menapakkan kakinya di atas pasir, memastikan itu adalah pasir asli, memastikan bahwa itu memang pantai yang asli. Hermione yang masih ketakutan ingin beranjak menghampiri Draco juga.
"Jangan kemari!" seru Draco.
Tetapi terlambat. Kini kedua kaki Hermione sudah menapak di pasir.
"Kenapa?" Hermione bertanya pelan pada Draco. Kemudian spontan ia melirik ke belakangnya, melihat pintu yang membawa mereka kini hilang. "Kemana pintunya?!"
"Makanya kubilang jangan kemari!" kata Draco. "Di buku itu tertulis bahwa saat orang terakhir di ruangan itu sudah masuk ke ruangan baru dari pintu yang diketuk, maka pintu penghubungnya akan hilang."
"Lalu kita bagaimana?!" tanya Hermione, panik.
"Kau bawa bukunya?" tanya Draco yang masih berusha terlihat tenang.
"Tidak!" jawab Hermione, kemudian mengerang "Ini gara-gara kau!"
"Ap-apa?! Gara-gara aku?!" balas Draco.
"Tentu saja! Asal kau tahu, kita harus menyortir buku-buku perpustakaan itu awalnya gara-gara kau! Semuanya disebabkan oleh kau dan rasa penasaranmu yang super menyebalkan!" kata Hermione.
"Dasar cerewet!" elak Draco. "Sekarang pikirkan bagaimana cara kita bisa kembali!"
.
.
~TBC~
.
.
Sebenarnya Fei udah kepikiran soal cerita ini agak lama sih, gara-gara denger mitos ini dari siapa gitu. Terus Fei jadi tertarik pengen nulis. Awalnya daritadi bingung mau di fandom apa, karakternya siapa, berapa orang yang terjebak. Kemudian Fei lagi baca-baca ulang fanfict Fei yang 'Quidditch? No Thanks!' itu, pas adegan Hermione di perpustakaan, kemudian Fei memutuskan charanya adalah Hermione. Nyaris mau pake Oliver juga, tapi aneh ah. Akhirnya Draco deh. Nyaris mau masukin genre humor, tapi akhirannya jadi drama.
Review?
