Gummysmiled's 14th fanfiction

"Indigo"

Selamat datang di FFku yang keempat belas. Ini akan jadi oneshot tentang beberapa kemampuan indigo. Setiap bagian terpisah dan tidak berlanjut ke bagian selanjutnya. Pairnya bisa saja berbeda di setiap chapter. Dan kali ini adalah KOOKMIN! :D

Catatan, di sini rambut Jimin jaman HYYH pt. 2 dan Jungkook item kek di Dope yeh :3

.

.

.

Mind Reading

Seorang lelaki berparas manis memantapkan hatinya untuk memasuki kelas ini. Ia baru tahu, menjadi guru termuda di sebuah sekolah berpredikat terbaik akan sebegini gugupnya.

'Semoga hari pertamaku mengajar akan sebaik ekspektasiku.' Lelaki mungil berparas manis itu memasuki kelas 10-A, kelas para siswa terbaik dengan attitude yang jauh lebih bagus dari kelas-kelas para pemula lainnya.

Sekejap, suasana ramai dalam kelas mendadak sunyi. Tentu saja, dua puluh pasang mata itu mendapati sesosok makhluk cantik dengan penampilan sederhana namun sejuk dipandang, memasuki kelas mereka dengan anggunnya.

Sosok itu berdiri di depan papan tulis, kemudian mengembangkan senyumnya yang astaga—sepertinya berhasil memanah hati beberapa murid.

"Ohayo gozaimasu." Suara merdu dan lembut itu mengalun dengan bahasa negeri matahari terbit. Bagai nyanyian malaikat dari surga.

Ya ampun, mungkin sebagian besar siswa masih terjebak dalam dunia mimpi mereka.

"Kalian tidak berkenan balas menyapa?" Lelaki itu memanyunkan bibirnya, dan kurasa seisi kelas itu berpikir bahwa mereka akan diajar oleh anak TK yang tersasar. He's just too adorable.

"Ohayo gozaimasu, sensei." Balas muda-mudi itu akhirnya.

Sang guru baru meletakkan barang-barang yang dibawanya ke atas meja guru, setelah itu jemari lentiknya mengukir namanya di papan tulis.

Park Jimin.

"Namaku Park Jimin. Aku akan menjadi guru Bahasa Jepang kalian yang baru, menggantikan Matsui-san yang sudah pensiun. Yoroshiku onegaishimasu*." Guru bertubuh mungil itu kemudian membungkuk.

Seisi kelas menatapnya kagum, dan ia hanya mampu tersenyum seakan ia bisa mengetahui isi kepala murid di kelas ini. Memang.

"Jika ada yang ingin bertanya, silakan angkat tangan." Jimin—guru Bahasa Jepang baru itu melebarkan lengkungan di bibirnya.

"Sensei, oikutsu desuka**?" salah seorang siswi bertanya.

"Watashi wa nijuuyonsai desu***." Dan sang guru berpipi tembam terkikik saat decakan kagum terdengar dari segala penjuru kelas.

"Sensei sangat muda. Cantik pula. Sudah punya pacar?" Seketika seisi kelas menyoraki si playboy bernametag Kim Taehyung itu.

"Pacar, ya? Aku sedang tidak tertarik menjalani hubungan serius dengan siapapun." balas Jimin, dan murid bersurai mencolok itu tersenyum kecut.

"Sensei, Anda berkuliah di mana?" salah satu siswa berkaca mata bertanya.

"Aku menamatkan S2 di Tokyo Daigaku tahun lalu, dan aku memutuskan untuk menulis beberapa buku dalam setahun belakangan. Sebulan lalu, aku diminta untuk mengajar Bahasa Jepang di sini, jadi, yah." Guru manis itu nyengir.

Kereeennn!

Wah, dia sempurna!

Mengagumkan. Pantatnya seksi. Bibirnya juga.

Jimin mengernyit saat di kepalanya terngiang suara itu. Suara terakhir dengan kalimat bermakna pelecehan.

Sepasang mata sipit itu menelaah wajah setiap siswa. Memperhatikan lamat-lamat. Mencari sosok yang dengan lancangnya memikirkan hal yang aneh-aneh tentang tubuhnya.

Dan ia mendapati wajah seorang siswa yang nampak sedang melamun—tapi tidak benar-benar melamun. Seorang lelaki berambut hitam kelam dengan ujung yang naik ke atas. Hidung mancung. Bibir tipis. Sepasang mata tajam. Rahang tegas. Ukiran yang begitu sempurna.

Sayangnya tidak dengan pikirannya.

Jimin berjalan ke arah anak itu. Membuat sang siswa merengut tak suka. Sedikit terkejut mengapa ia yang dihampiri.

"Namamu siapa, hm?" Jimin bertanya lembut.

"Jeon Jungkook." balas siswa itu singkat. Tak lupa dengan nada tidak bersahabat.

Sebenarnya Jimin tidak suka dengan sikap angkuh (dan mesum) anak didiknya ini. Jadi, ia memutuskan membalas anak ini.

"Jungkook, berapa kali kau nonton film dewasa dalam sehari?"

Hening.

Tidak ada yang berani bicara sebelum—

"HAHAHAHAH!" Seisi kelas tertawa keras.

Jimin menyeringai.

Jungkook merengut kesal.

Apa-apaan ini, dasar guru baru sok hebat. Aku akan membalasmu. Si anak murid terbully merutuk dalam hatinya.

Sayangnya Jimin tahu isi kepalanya, sobat. Dan dia akan menjaga jarak dari bocah ini.

.

.

.

Bel pulang sekolah berdentang keras. Jimin rasa ini hari yang cukup baik untuknya. Para siswa banyak yang menyukai pribadinya yang ramah dan ceriah. Bahkan guru-guru lain juga begitu. Yah, terkecuali lelaki aneh bernama Jeon Jungkook tadi.

Setelah membereskan barang-barangnya, ia melangkah keluar dari kantor guru. Tapi—

BRAK!

Tubuh mungilnya tiba-tiba saja dihimpit dan didesak ke dinding kantor.

"Akh!" Ketika si manis itu mendongak, ia mendapati wajah angkuh murid tampan dari kelas 10-A yang tadi sempat ia permalukan. Jeon Jungkook.

"Apa-apaan ini, Mr. Jeon—" Bukannya menjawab, Jungkook malah menyerang sepasang bibir gendut yang bergerak-gerak seksi di hadapannya. Melahapnya rakus, sebagai hukuman atas tindakan guru baru berpipi gembul yang tadi membuatnya ditertawakan seisi kelas.

Sedangkan Jimin? Ia hanya terdiam saking kagetnya, dan kesadarannya baru kembali saat tangan besar anak didiknya itu bersarang di pinggangnya. Saat tangan Jimin hendak melayangkan tinju ke arah Jungkook, orang itu sudah mengamankan kedua tangannya dengan mencengkeramnya erat.

Tiga menit, sang siswa berandal kurang ajar—julukan baru Jimin untuk Jungkook—itu baru melepaskan sepasang benda kenyal yang ia tawan dengan bibirnya.

"KAU—"

"Kau terlalu manis untuk bertingkah menyebalkan seperti tadi, kau tahu?" Teriakan Jimin tertahan saat wajah lelaki itu merangsek ke lehernya dan berbisik lirih dengan nada rendah di telinganya.

"Kau sangat brengsek untuk ukuran anak yang baru lulus dari Sekolah Menengah Pertama, Mr. Jeon." ucap Jimin tajam, namun hanya tawa meremehkanlah yang jadi balasannya.

"Seharusnya itu adalah hal pertama yang mesti kau tahu tentangku, sensei. Bukan tentang berapa film dewasa yang kutonton dalam sehari." balas Jungkook dengan nada sing-a-song.

Jimin mendecih. "Jauhkan kepalamu dariku, bocah sialan."

Tak disangka, bocah sialan itu langsung menuruti perintahnya. Namun, ia malah menatap tajam sepasang mata indah milik guru cantiknya dari jarak yang terlampau dekat.

"Lain kali, jangan membaca pikiran orang sembarangan, manis." Setelah meninggalkan jejak berupa ciuman di pipi tembam Jimin, si tampan melenggang begitu saja meninggalkan gurunya yang telah ia lecehkan.

"Mati kau, Jeon!" teriakan cempreng itu terdengar seantero sekolah, sampai-sampai burung pun terbang dari sarangnya karena kaget akan suara menggelegar itu.

Yah, pipimu memerah, sensei manis.

Mind Reading : END

.

.

.

-Area terjemahan-

* Mohon kerja samanya/bantuannya.

** Guru, berapa usia Anda?

*** Aku berusia 24 tahun.

.

.

.

TBC.

-A. N.-

Hai, satu lagi FF dariku. Ini kumpulan shortfic tentang berbagai macam kemampuan indigo, salah satunya adalah membaca pikiran orang. Semoga para pembaca suka.

Ah, ada hal penting yang harus kusampaikan. Belakangan ini aku agak tertekan dengan beberapa oknum yang mendesakku terlalu berlebihan. Mungkin kalian akan menganggap aku payah karena aku begitu cepat terbawa suasana, tapi kupikir aku punya urusanku sendiri.

Aku tidak suka mengecewakan orang lain, tapi aku tidak menjamin aku akan membuat semua yang membaca tulisanku merasa puas dan nyaman dengan ceritaku.

Aku benar-benar memohon, untukku dan penulis yang lain juga. Jangan desak aku dalam urusan apapun. Pair, alur cerita, ending, terutama waktu update. Kalian bebas mengkritikku, tapi tolong. Aku ingin terus menulis tanpa desakan dan paksaan, menulis atas dasar keinginanku sendiri.

Aku tidak mau memaksakan sesuatu pada diriku sendiri. Tidak apa-apa jika para pembaca mengingatkanku untuk update ff. Tapi aku masih pelajar. Aku punya hal yang mesti lebih diperhatikan daripada FF. Mohon pengertiannya.

Terima kasih.