DISCLAIMER :

Togashi-sensei

TITLE :

MAY I?

SUMMARY :

May I kiss you, touch you...then finally make you mine?

GENRE :

Romance

PAIRING :

KuroPika

WARNING :

AU, OOC, FemPika, rate T – M. But it's rate T for now. Terinspirasi oleh salah satu fic yang judul dan authornya akan kusebutkan di chapter terakhir. Jadi untuk yang sudah tahu, shut up please! Hehe

.

Happy reading!


May I be your shield since today?

May I kiss you for the first time?

Please, just be mine


"Bolehkah aku menjagamu mulai hari ini?"

Wajah Kurapika merona seketika begitu teringat akan sebuah kalimat yang diucapkan Kuroro kemarin.

Kuroro Lucifer, teman sekelasnya sekaligus siswa yang paling populer di sekolah mereka. Dia memiliki wajah yang tampan...dengan rambut dan matanya yang hitam, kulit putih pucat serta tubuhnya yang tinggi tegap dan gagah. Otaknya pun encer. Sejak awal bersekolah di tempat itu, Kuroro selalu memperoleh nilai tertinggi. Belum lagi Keluarga Lucifer merupakan salah satu keluarga kaya dan berpengaruh di kota itu.

Bagaimana dengan kepribadiannya? Kuroro adalah orang yang dingin, namun juga pandai bicara. Kau akan kalah jika bersilat lidah dengannya. Itu pula yang dialami Kurapika, sejak awal mereka bertemu. Tanpa disadari oleh keduanya, segala perdebatan yang terjadi justru semakin mendekatkan hubungan mereka.

Dan puncak dari semua itu terjadi pada hari kemarin...

Kurapika terkejut ketika membuka mata dan mendapati Kuroro tengah menatapnya. Oh tidak! Dia tertidur saat jam pelajaran terakhir!

"Sudah berapa lama aku tidur? Kenapa kau tidak membangunkanku?!" ucapnya panik sambil segera memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Hanya ada dia dan Kuroro di kelas itu.

Kuroro tak menjawab apapun, namun gadis pirang itu dapat melihat seulas senyum tipis di wajahnya ketika dirinya beranjak lalu berdiri di dekat jendela. "Lihat...indah sekali," ia berkata, mengisyaratkan Kurapika untuk menghampirinya.

Merasa penasaran, Kurapika pun mendekat. Dia memandang takjub ke arah matahari senja yang memancarkan sinarnya yang cantik.

"Mungkin sebentar lagi akan terbenam...," gumamnya. "Sayang sekali, padahal sangat indah..."

"Tak akan ada bulan jika matahari tak terbenam..."

"Iya aku tahu kok!"

Kurapika sedikit merengut, dan hal ini membuat Kuroro tertawa pelan. Sesungguhnya Kurapika menyukai tawa Kuroro, seperti halnya Kuroro menyukai senyum Kurapika yang bagaikan malaikat.

"Mungkin saja selama siang, bulan menjaga matahari...dan selama malam, matahari yang menjaga bulan...," kata Kuroro lagi.

Kurapika menaikkan kedua alisnya, merasa ganjil mendengar ucapan Kuroro. "Ah...benar juga ya..."

"Kurapika, bolehkah aku menjagamu mulai hari ini, seperti bulan yang selalu menjaga matahari, namun bedanya kita bisa saling menjaga secara bersamaan?"

"K-Kuroro?"

"Maukah kau menjadi kekasihku?"

Kurapika terdiam, bersamaan dengan timbulnya suatu perasaan yang membuncah. Seperti ribuan ekor kupu-kupu indah terbang bersamaan di dalam perutnya dengan sayapnya yang berwarna-warni.

Kurapika tak mengerti, apakah ini hanya mimpi? Ataukah memang benar kenyataan? Karena sebenarnya sudah sejak lama dia menyukai Kuroro, dan tak menyangka pemuda itu memiliki perasaan yang sama untuknya. Namun Kurapika menganggukkan kepalanya. Ia baru benar-benar tersadar akan apa yang terjadi ketika Kuroro mencium bibirnya.

Sebuah ciuman yang lembut...ciuman pertamanya.

Kurapika seolah bisa merasakan suara degup jantungnya yang kencang tepat di dekat telinganya. Waktu seolah berhenti...segala yang ia pikirkan langsung hilang dari dalam benaknya.

Tanpa sadar Kurapika meraba bibirnya sambil memejamkan mata saat mengingat peristiwa itu.

"Kurapika," tiba-tiba terdengar sebuah suara.

Kurapika tersentak.

'Oh Tuhan! Apakah aku sudah gila, hingga bisa berhalusinasi mendengar Kuroro memanggilku?'

"Kurapika!"

Baiklah, sepertinya ini bukan mimpi. Kurapika segera berbalik dan matanya membelalak kaget ketika melihat Kuroro berdiri di ambang pintu kamarnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku sudah membunyikan klakson sedari tadi dan kau tidak turun juga, jadi ibumu menyuruhku untuk langsung ke sini," Kuroro berkata lagi. Dia menghampiri Kurapika dan meraih sebelah tangan gadis itu, lalu membawanya keluar kamar.

"S-Sudah berapa lama kau ada di sana?" tanya Kurapika gugup.

"Sepertinya cukup lama untuk bisa melihatmu terbuai dengan peristiwa kemarin."

Mulut Kurapika langsung menganga kaget, terutama ketika Kuroro sedikit menoleh dan memperlihatkan seringai di wajahnya.

"BODOH!"

Refleks, Kurapika memukul bahu Kuroro dengan tasnya.

Kuroro pun protes, "Hei, kenapa aku dipukul?! Memangnya apa yang kulakukan!"

"Kau mengintipku! Itu tidak sopan!"

"Itu salahmu. Kalau kau langsung turun, aku tidak akan naik ke kamarmu."

"Tapi—"

CUP!

Sebuah ciuman kembali mendarat di bibir Kurapika. Tubuh Kurapika seolah membatu sekarang. Kuroro tersenyum penuh kemenangan, namun kemudian dia dan kekasihnya kaget ketika melihat Eliza, ibu Kurapika, tampak terkejut dan salah tingkah.

Tak salah lagi. Eliza melihat Kuroro mencium Kurapika.


Kurapika menghela napas. Dia berusaha menyimak penjelasan gurunya di depan kelas, namun rasanya dia bisa merasakan tatapan Kuroro dari belakang. Ini membuatnya selalu teringat akan ciuman mereka, hingga wajahnya pun lagi-lagi tersipu.

"Ya, Neon?" tanya Abengane, guru yang tengah mengajar saat ini. Otomatis Kurapika langsung menoleh pada Neon Nostrad, yang duduk tepat di sebelahnya, yang tiba-tiba mengacungkan tangan.

"Maaf, Mr. Abengane...temanku Kurapika sepertinya sedang demam. Mungkin Anda bisa mengijinkannya untuk istirahat di UKS?" ucap Neon polos, yang langsung ditanggapi dengan terkejutnya Kurapika. Begitu pula halnya dengan Kuroro.

'Lho? Bukankah tadi dia baik-baik saja?' Kuroro bertanya-tanya dalam hati. Karena duduk di belakang, dia agak kesulitan melihat wajah Kurapika untuk memastikan keadaannya.

"Benarkah, Kurapika? Kau sakit?" Abengane bertanya lagi.

Jujur saja, Kurapika bingung menjawabnya!

"Ngg...Tidak Mr. Abengane, aku baik-baik saja," jawab Kurapika akhirnya. "Sepertinya Neon—"

"Kurapika, wajahmu sampai merah begitu!" sanggah Neon. Dia menempelkan tangannya di pipi Kurapika. "Tuh, panas..."

Wajah Kurapika memucat, sementara Kuroro menutupi mulutnya dengan sebelah tangan untuk menyembunyikan senyumannya. Tentu sekarang dia mengerti apa yang sebenarnya terjadi.


'Aduh...Neon, kau ini...ada-ada saja,' keluh Kurapika dalam hati. Kini dia sudah terbaring di Ruang UKS. Untunglah dokter yang bertugas di sana sedang cuti sehingga Kurapika tidak perlu diperiksa.

Tiba-tiba pintu terbuka. Gadis itu menoleh...mendapati Kuroro tengah melangkah ke arahnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya pemuda itu.

Kurapika segera beranjak duduk dan merengut. "Aku baik-baik saja...Neon terlalu berlebihan!"

"Ya...aku tahu kok."

Kurapika terdiam, lalu secara sembunyi-sembunyi melirik kekasihnya yang tampan itu. Dia melihat seringainya yang nakal. Seketika Kurapika mengerti apa yang diketahui Kuroro. Tapi dia tak mau mengakuinya.

"Jangan memikirkan yang tidak-tidak," ucapnya ketus sambil memasang ekspresi datar.

Kuroro menarik dagu Kurapika hingga menghadap ke arahnya. Ah, sejak kapan pemuda itu duduk di tepi tempat tidur?! Kurapika sungguh tak menyadarinya. Jarak di antara mereka kini dekat sekali.

"Kalau begitu...bolehkah membayangkan yang iya-iya?" bisik Kuroro mesra.

Dan hal itu terjadi lagi.

Kuroro menempelkan bibirnya ke bibir Kurapika. Kali ini lebih lama, membuat Kurapika lebih terhanyut dan turut memejamkan matanya. Dia merasakan lumatan lembut di bagian bibir bawahnya, dan rasanya...entahlah, namun tak membuat Kurapika ingin menghentikannya.

Kurapika sedikit tersentak ketika merasakan lidah Kuroro menjilati batas antara bibir atas dan bibir bawahnya yang tertutup. Merasakan hal ini, Kuroro melepaskan ciumannya sedikit namun bibirnya masih menyentuh bibir Kurapika sekilas.

"Bolehkah aku melakukan french kiss pertamaku denganmu...?" tanya Kuroro.

Kurapika berusaha melawan kegugupannya lalu menjawab, "F-french kiss...? Bagaimana cara—"

"Hn...jangan lawan gairahmu..."

"Eh?!"

Kuroro melakukannya lagi. Kurapika merasakan adanya dorongan untuk mendesah...dan merasakan lidah Kuroro yang begitu menggodanya. Dia pun membuka mulutnya sedikit. Menyadari kesempatan ini, Kuroro segera memasukkan lidahnya, memegangi bagian belakang kepala Kurapika untuk memperdalam ciumannya dan memeluk pinggang ramping gadis itu.

Kuroro menikmati setiap rasa di dalam mulut Kurapika dengan napas yang agak memburu. Entah muncul keberanian dari mana, Kurapika pun turut menggerakkan lidahnya. Dia terhempas hingga terbaring di tempat tidur dengan Kuroro berada di atasnya tanpa melepaskan ciuman panas mereka. Setelah beberapa lama, ciuman itu berakhir. Keduanya terengah-engah dan saling menatap.

"Itu french kiss pertama kita," Kuroro berbisik. Lalu dia turun dari tempat tidur, sementara Kurapika duduk kembali. Bersamaan dengan itu, bel berbunyi. "Sudah waktunya pergantian pelajaran...kau mau kembali ke kelas sekarang atau masih mau istirahat?"

"Aku...mau kembali...," jawab Kurapika.

Kuroro tersenyum dan mengulurkan sebelah tangannya. Dengan senyum yang sama nampak di wajah cantiknya, Kurapika menyambut uluran tangan itu dan turun dari tempat tidur.

Kuroro merapikan rambut pirang pendek Kurapika yang sedikit berantakan. "Nah, sudah! Ayo kita pergi!"

Sambil bergandengan tangan mereka keluar dari Ruang UKS, kembali ke ruang kelas. Sikap tubuh seperti ini pasti akan menimbulkan pertanyaan...namun Kuroro dan Kurapika seolah sudah sepaham, bahwa mereka akan membiarkan yang lain mengetahui tentang hubungan cinta yang baru terjalin ini.

"Kau siap?" tanya Kuroro sambil memegang pegangan pintu kelas mereka. Seperti kemarin, Kurapika pun menganggukkan kepalanya.


TBC


A/N :

Akhirnya jadi juga, fic yang aku buat saat sedang mentok nulis fic Trapped *sigh*

Dan aku buat ini hanya dalam waktu satu jam saja! xD

Oya, kemungkinan besar rate akan naik mulai chapter depan.


Review please...^^