Galerians, in.
Hem, setelah sekian lama, akhirnya hamba kembali dihantam oleh writer's block! Dan karena writer's block bagi seorang Galerians berarti kebanjiran ide, satu-satunya solusi ya dengan bikin fic-fic baru!
Ahh, hamba sudah kecanduan. Bikin Naruhina sangat menyenangkan, tapi bikin Narukyuu juga benar-benar bikin dada deg-degan! Ahh, bingu~ng, BINGU~NG, bunga mana yang harus hamba genggam?
Oh ya, selama ini hamba kan hampir selalu bikin cerita dengan tema yang memerlukan bahasa yang rada-rada berat gitu, makanya kali ini hamba coba bikin dengan pembahasaan yang lebih ringan. Jadi kalian jangan kaget kalau melihat fic ini beda dari fic-fic hamba yang lain!
Warning:
Abal, aneh, jelek, AU dan OOC. Juga ada sedikit elemen Hayate the Combat Butler di sini. Dan bagi kalian yang nggak suka, segera tekan tombol back sekarang juga!
Disclaimer: This is purely a fanfiction, made only to bring about entertainment of Narukyuu's bittersweet romance for those who read!
Selamat membaca!
~••~
Be My Bodyguard!
Apa, menurutmu, yang paling sering dan besar kemungkinan membuat seseorang jadi bete?
Bervariasi, dan kadang setiap orang memiliki jawaban uniknya sendiri. Ada yang bete karena gak ada kerjaan, ada yang karena gak ada teman, ada yang emang sial gak punya pacar apalagi selingkuhan, atau bawaannya emang udah suntuk seharian.
Tapi bagi seorang pemuda berjenis sepertinya, alasannya menjadi sangat bete sampe jadi kepingin nyeruduk mobil lewat seperti ini, adalah karena kota tempatnya lesehan sejak bayi ini sudah mulai kekurangan preman.
Walaupun fakta itu seharusnya bisa dengan mudah membuat semua orang bahagia, bahkan saking senangnya sampe nekat loncat dari atas sepeda ontel, ditabrak truk tronton trus guling-guling di jalan raya sambil teriak, "PRESIDEN, AI LAP YUU!"
Oh yeah, kalau itu benar kejadian, pasti asyik banget. Satu kota dijamin rusuh tuh.
Poko'e, berlawanan dengan keyakinan para penduduk setempat yang sesuai laporan kelurahan memang lebih waras darinya, defisit populasi preman ini malah sukses bikin si pemuda bete abis. Pasalnya, kedua tinjunya yang diberi nama Ebony dan Ivory (maklum, fans Dante dari seri DMC) kini jadi sering nganggur, bahkan sudah mengancam mau mogok kerja-?-.
Ini dunia apa sudah gila ya?
'Coba ke stasiun deh…' keluhnya setelah usaha sia-sia mencari di kolong jembatan. Bukannya dapet preman atau berandalan, dia malah nemu dua anjing lagi maen kuda-kudaan.
…Sialan, dia jadi horny.
Di jalan, laki-laki satu ini suntuk abis. Tangannya gatel, bawaannya pingin mukul terus. Tapi dia gak mau asal terbangin tinju, syukur kalo yang kepukul tembok atau tiang yang lagi bernasib malang, gimana kalo sampe kena anak orang? Bisa-bisa dia diuber-uber polisi satu kesatuan …
Akhirnya, dia milih melampiaskan kekesalannya dengan menyepak-nyepak batu yang sudah menunggu manis di jalan.
Tapi, Oh My God, batu dari sepakan ketiga dengan santainya melayang ke kepala orang lagi naik sepeda, yang terus oleng dan akhirnya nyelonong ke jalan raya. Beberapa detik kemudian, terjadi kecelakaan beruntun yang dari rumus statistik diperkirakan menimbulkan kerugian beberapa juta.
"Mati gue…" ucapnya sebelum ngibrit, meninggalkan tempat yang kini menjadi ladang panen bagi malaikat maut di belakangnya.
~•~
Kasihan juga, sejak tadi hanya dipanggil dengan 'dia' terus. Mari kita kenali lebih dalam lagi siapa sebenarnya sang tokoh utama ini.
Nama: Naruto Uzumaki, umur: 17 tahun. Detail warna: rambut pirang, mata biru, kolor ijo (wat de pak?).
Naruto ini sebenarnya sih harusnya bisa tumbuh jadi anak yang biasa-biasa saja, tapi malang, Tuhan memberikannya jalan hidup yang penuh paku dan beling. Dari kecil, anak ini selalu~ saja bernasib sial, ibarat kehidupan itu dia tidak hanya sudah mencicipi asam dan garamnya, tapi terasi, sampe rasa bubur basi.
Hidup penuh kesialan membuat Naruto sering frustasi, yang sering disalurkan lewat hobinya: berkelahi. Itulah sebabnya dia masuk dojo karate pas kelas 2 smp. Sayang, dia langsung dikeluarin 1 tahun setelahnya gara-gara ngegebukin senior. Padahal masalahnya sepele, tu senior nggak sengaja nendang selangkangan Naruto.
Tapi emang dianya yang nggak rela 'little brother'nya dianiaya, Naruto langsung aja kalap, mukulin si senior sampe wajahnya nggak bebentuk lagi dan akhirnya harus dibawa lari ambulan.
Ternyata, setelah dikeluarin dari dojo, Naruto menemukan 'jalan'nya di perkelahian jalanan. Merasa kalau dia emang hobi mukulin orang sampe bonyok, kenapa nggak disalurkan ke para preman saja? Selain dia jadi puas, sampah masyarakat juga bakal berkurang, seperti minum air kencing sendiri kan? Eh salah, harusnya sambil menyelam minum air, gitu…
Nasib jadi preman 'baik', Naruto jadi nggak punya banyak teman, baik dari kalangan atas atau kalangan kolong jembatan. Dan tak seperti banyak anak muda seumurnya, dia juga nggak punya pacar, sehingga kalau teman-temannya semua lagi ada kerjaan akhirnya Naruto pun harus nongkrong sendirian…
…dan itu, sumpah, memelas banget.
Makanya, kalau lagi bete banget nggak ada teman buat nongkrong, nggak ada pacar buat mojok, nggak ada preman buat dipukulin, Naruto cuma bisa menengadahkan tangannya ke langit lalu berdoa.
"Tuhan, kenapa-"
BZZZT!
Ahem, sori, kasetnya sendat.
~•~
Mungkin karena peta natural yang ada dalam kepalanya lagi konslet, atau ini memang salah satu hari di mana Naruto suka nggak ngeh, bukannya nyampe ke stasiun Naruto malah mampir ke salah satu daerah kota yang dinamai Chinatown.
Alasan namanya begitu? Ya jelaslah, bego, ini tempat khusus bagi populasi dari China berkembang biak. Biarpun demikian, tempat ini sangat penuh akan orang dari berbagai ras dan kasta, mengingat inilah satu-satunya tempat di kota yang memiliki belasan gedung kasino.
(Kesimpulan, pergilah ke Chinatown jika kau mau berjudi.)
Meskipun dikelilingi oleh puluhan orang berbeda yang lalu lalang, saat ini, penyakit bete yang menggerogoti Naruto malah mencapai puncaknya, sampe akhirnya tu anak laknat jadi nggak semangat lagi nyari-nyari dan cuma berdiri dongo di tengah jalan kayak monumen Monas.
Ngomong-ngomong, berhubung di atas tadi kalimat Naruto nggak sempat selesai (biasa, masalah teknis karena kekurangan dana). Jadi lebih baik, cobalah kalian dengar sendiri apa yang dikatakan Naruto kalau lagi bete-betenya.
"Tuhan, kenapa cewek (yang jodoh jadi pacarku) nggak jatuh dari langit aja?"
Untung tak bisa dijambret, malang tak bisa dideportasi, kelihatannya kali ini Tuhan mau berbaik hati pada Naruto, anak yang telah Dia buat sengsara dari kecil. Dan rahmat-Nya itu turun dalam bentuk sebuah jendela yang tiba-tiba terbuka, dan sebuah objek melayang keluar darinya.
BRUKK!
"Asukampret, 'paan nih!" entah itu gajah bersayap, atau pegasus nyasar, pokoknya ada sesuatu yang jatuh setelah melayang di udara, tepat ke atas TUBUHNYA!
Sosok yang tadi menjatuhinya berdiri dengan cepat, dan dia sama sekali tak terluka karena efek apapun yang diakibatkan oleh jatuhnya sudah tersalurkan pada Naruto.
Mereka bertemu pandang, membuat Naruto sadar kalau yang sudah membuatnya jadi landasan pendaratan tadi bukanlah gajah terbang. Dia adalah seorang cewek dengan hooded jacket yang menutupi kepalanya, serta celana jeans mini sebagai bawahannya.
Beberapa detik kemudian, sekitar 3 sosok pria berjas hitam muncul jendela yang tadi terbuka, lirak-lirik sana sini sebelum akhirnya kacamata hitam mereka (lho, bukannya harusnya mata?) terpaku pada sosok Naruto. Lalu dengan dramatisnya (sambil nunjuk-nunjuk) berteriak "ITU DIA! KEPUNG!"
"Eh? Eh eh eh?" Naruto celingak-celinguk bingung. Tapi saat melihat si cewek siap-siap mau lari (tanpa minta maaf ataupun babibu dulu), Naruto langsung meraih tangannya karena merasa kalau ni kaum Hawa perlu dikasih pelajaran sopan santun. "Heit, tunggu dulu, Neng! Minta maaf dulu dong!"
"Eh, lepasin!"
"Ape lo kata? Enak aja minta lepas, lo sudah jatuh ke gue, nggak minta maaf, terus mau cabut begitu aja? Gue gak terima!"
"Kubilang lepasin, dasar bodoh! Nanti mereka datan-"
Belum sempat juga tu cewek selesai ngomong, dari 4 arah di sekeliling mereka tiba-tiba saja bermunculan makhluk-makhluk berdandanan mirip dengan pria-pria berjas hitam yang tadi nongol di jendela. Naruto langsung saja jadi gugup, terutama setelah orang-orang itu menatapnya dengan nafsu membunuh.
"Hei, kau, anak muda! Serahkan gadis itu pada kami!"
"Eh, gue-"
"Mana mau dia nurut!" sebelum ucapannya selesai teriakan itu datang dari sampingnya, membuat Naruto menoleh. "Dia ini bodyguard-ku, tahu! Kalian harus melangkahi mayatnya dulu sebelum bisa menangkapku!"
"Oi!" Naruto sudah mulai agak panik gara-gara dengar kata 'mayat' sekarang. "Siapa yang lo maksud bodyguard, hah! Ketemu juga baru hari ini!"
"Lalu kau mau menyerahkanku pada mereka? Masa kau setega itu sama seorang cewek sih!" balas cewek itu sengit.
"Tapi lo jangan seenaknya nge-dor gue sebagai bodyguard lo dong!"
"Hei!" belum selesai mereka berdebat, salah satu makhluk berjas hitam itu habis kesabaran dan berteriak. "Anak muda, menjauhlah kalau kau tak ingin terluka!"
"T-tapi, gue nggak tahu apa-ap-"
"Menjauh! Atau kau mau kami gampar juga?" ancam orang itu, sementara rekan-rekannya mulai mengepung si mantan anak dojo.
"Eh, tapi, gue, gue—o~h, sudahlah."
10 menit kemudian…
Naruto menepuk-nepukkan telapak tangannya sambil senyum lebar, keinginannya untuk berkelahi sudah benar-benar terpuaskan. Bahkan kali ini dia bukan hanya melawan preman, tapi (kayaknya) yakuza! Asyik banget deh, poko'e!
"Noh, sudah selesai," katanya sambil berbalik menghadapi si cewek berjaket.
'Kerjanya bagus juga…' gumam cewek yang wajahnya nggak terlalu kelihatan karena hood dari jaketnya itu. Dia menatap berkeliling, ke arah orang-orang berpenampilan yakuza yang kini terkapar tak berdaya kayak kumpulan korban perang Taliban, sebelum noleh ke arah Naruto. "Hei, siapa namamu?"
"Gue Naruto! Eh, tunggu dulu, lo ngapain pake nanya nama gue segala?"
"Soalnya itu diperlukan sebelum membuat kontrak," serta merta Naruto langsung naikin sebelah alis. Gak ada angin, gak ada kentut, kok tiba-tiba jadi ngomongin kontrak? "Karena kerjamu bagus, gimana kalau aku nyewa kamu sebagai bodyguard-ku? Kujamin bayarannya memuaskan ko-"
"Makasih, tapi ga deh."
Tu cewek langsung manga kaya buaya mendengar jawaban tanpa keraguan sedikitpun itu.
"Eh, kenapa? Sudah kubilang bakal kubayar kan!"
Naruto sih sebenernya tertarik, apalagi ada kemungkinan dia jadi bisa ngadepin yakuza mulai sekarang. Tapi masalahnya, mendengar kata bodyguard itu, imej yang keluar di kepala si anak pirang bodong adalah harus memakai setelan dan kacamata yang semua hitam, terus harus mengekor seharian sama klien ke mana-mana. Dan itu… "Ngerepotin banget, soalnya."
"Eh, kok gitu sih! Aku berani bayar berapapun deh!"
"Sori, gak minat," ujar Naruto, sambil ngetok kepala tu cewek tanda nggak ada negosiasi lagi sebelum ngeloyor pergi. "Dah."
"Hei, tunggu dulu! HEII!"
Males ngeladenin lebih lanjut, Naruto langsung aja melangkah pergi karena nggak mau urusannya jadi panjang, apalagi cewek itu sangat mencurigakan. Coba deh, kalau dilihat suara ama bodi sih, kayaknya tu cewek masih remaja, tapi udah punya masalah sama yakuza. Naruto sih seneng-seneng aja pas kelahinya, tapi kalau terlibat sama dunia yakuza sih, dia bisa dapat masalah di sekolah nanti!
Mengingat kuota berkelahinya untuk hari ini sudah nyampe, dan dia juga sudah nggak suntuk lagi, Naruto memutuskan untuk pulang. Untuk itu, dia kembali ke tujuan awal, stasiun.
…Dia kaget bukan kepalang. Karena baru aja mengistirahatkan pantatnya di kereta subway, si cewek berjaket ternyata sudah duduk di kuris di depannya, sambil senyum-senyum gak jelas pula.
'Kutukupret…' pikir Naruto ngeri. 'Jangan-jangan, ni anak atu…stalker?'
Setelah kereta berhenti dan dia keluar, Naruto tanpa pikir panjang dan tanpa lirik-lirik ke belakang langsung power walk melewati kerumunan semut…eh, manusia ding. Tapi karena hawa menakutkan itu tetap saja terasa menggerayangi punggungnya, Naruto menoleh sebentar. Ketakutannya benar-benar terbukti, tu cewek masih keu~keuh mengikuti.
Nggak rela dirinya ketiban sial, Naruto langsung melancarkan jurus terampuh melawan stalker: ambil langkah seribu.
'Mimpi apa gue semalem!' teriak Naruto dalam hati sambil terus lari kayak diuber kesatuan anjing herder. Merasa sudah lari cukup lama, dia noleh lagi ke belakang, E~H, ntu perempuan laknat masih ngikutin aja! Cepet banget larinya!
Kepala Naruto langsung muter buat cari solusi, dengan menambahkan variabel X dan Y di sana-sini, terus sedikit hukum Newton dan pengaplikasian Kaidah Phytagoras…ngaco, ujung-ujungnya mah dia ngeliat ada sepeda nganggur, trus langsung dia colong deh.
"Ga usah dipikirin…" gumamnya ketika beberapa detik kemudian terdengar suara orang nyumpah serapah di belakangnya. Nggak seberapa lama, suara rusuh di belakangnya terdengar makin mencurigakan, dan setelah untuk kesekian kalinya Naruto menoleh, dia jadi makin sepet karena kini yang nguber dia MAKIN NAMBAH JADI SATU KAMPUNG!
Karena sayang nyawa dan nggak mau mati muda, Naruto narik napas dalem-dalem, terus langsung tancep gas sambil ngejerit, "UWOO!". Biar deh dia dikatain sarap nantinya, yang penting sekarang adalah kabur dulu dari amukan massa yang kelihatannya udah siap 'nyate' dia.
"Tuhan, gue ada dosa apa sih~!"
~•~
Setelah dengan ganasnya ngegenjot sepeda sampe satu rodanya ambrol dan satu pedalnya anjrot, Naruto akhirnya bisa lepas dari kekang malaikat maut yang ampi~r aja ngejerat kepalanya.
Sepeda yang dia anggap 'gugur dalam perang' itu ia istirahatkan di pembuangan sampah terdekat, memberi satu 'hormat, grak!' sebagai penghormatan terakhir atas jasanya menyelamatkan nyawa Naruto, sebelum akhirnya dia berjalan pulang ke apartemennya yang sudah nggak jauh lagi.
Beberapa lama setelah Naruto pulang, malam tiba. Niatan mau bersantai, pemuda itu mengambil sekaleng soda dari kulkasnya sebelum berjalan ke depan tivi, seabrek pengalamannya yang terjadi hari itu berputar di kepalanya.
'Tu cewek sebenarnya siapa sih…?' si cowok menggumam sunyi dalam hati sambil meraih remote televisi, lalu mulai mengubrak-abrik channelnya walaupun otaknya nggak konsen ke sana. 'Sudah punya masalah dengan yakuza, kelakuannya kayak stalker pula, bener-bener nggak normal…'
Biar ngomong begitu, sebenarnya Naruto cukup khawatir. Gimana kalau tu cewek benar-benar butuh perlindungan? Dan dia dengan nyantainya nolak begitu aja, padahal tu cewek sampe sujud-sujud, bahkan sampe nangis berguling-guling di tanah supaya dia mau jadi bodyguard-nya…
…Oke, emang nggak sampe begitu. Tapi pokoknya dia mohon-mohon gitu lah.
'Eh, tapi…pas gue diuber orang sekampung, tu cewek udah nggak ada lagi. Apa mungkin dia…'
Bayangan-bayangan mengerikan mengisi kepalanya. Gimana kalo gadis itu tertangkap lagi, dan kini sedang entah-diapakan oleh orang-orang bersetelan hitam itu? Gimana kalo dia disiksa? Atau jangan-jangan diperkosa? Atau mungkin, ntu cewek dijual ke luar negeri buat jadi simpenan orang?
'Duh, kok tadi pikiran gue nggak sampe ke situ ya? Gimana kalo dia kenapa-kenapa?'
Gigit-gigit jari karena cemas, mikiran itu semua bikin Naruto jadi makin nggak enak. Biar bagaimanapun, tumbuh menjadi seorang preman nggak lantas membuat Naruto tidak menjadi gentleman. Dia juga punya perasaan, dan insting protektifnya pada perempuan sama sekali tidak hilang.
Si cowok penggemar berkelahi mendadak saja berdiri, mengacuhkan tivinya yang masih nyala untuk ngambil jaketnya ke kamar. Nggak peduli deh hari sudah malam, pokoknya dia harus pergi dan cari tu cewek sampe ketemu! Kalo nggak, bisa-bisa dia seumur hidup nggak bakal hidup tenang, gara-gara sudah menelantarkan seorang cewek yang butuh pertolongan!
Eh, seujug-ujug…
"Naruto, channel buat berita nomor berapa?"
"Eh?" Naruto berbalik, sama sekali nggak ngeh. "Kalo nggak salah, nomor 7…"
"Oh ya, bener," siapapun yang bicara itu, dia punya rambut merah menyala yang panja~ng banget, sampe hampir menyentuh lantai, dan kelihatan agak-agak lembab. Nggak cuma itu, dia juga (dengan anehnya) hanya memakai selembar handuk yang melilit tubuhnya. "Ah, satu lagi, kamu punya susu?"
"Eh iya. Ada di kulkas," dia masih nggak nyadar dengan situasi, tapi entah kenapa mulut Naruto bisa bergerak sendiri.
"Aku minta ya," suara feminin itu menyahut sebelum sosoknya menghilang di pintu dapur, yang kemudian muncul kembali sambil mereguk isi sebuah botol berisi cairan kental berwarna putih dengan nikmatnya. "Fuuahh…habis mandi memang paling nikmat minum susu…!"
Naruto masih bengong, wajahnya keras, dengan ekspresi seperti patung lilin yang habis dibejek-bejek kebo sawah.
"…Tunggu," seperti sebuah lampu baru nyala, seperti itulah isi kepala Naruto. "NGAPAIN LO DI APARTEMEN GUE!"
"Apaan sih, ngamuk-ngamuk," cewek yang hanya memakai handuk itu menjawab santai sambil duduk di sofa. "Salah sendiri, pintu nggak dikunci."
"Tapi itu bukan berarti lo bisa masuk seenaknya kan!" semprot Naruto sampe ludahnya muncrat di sana di mari. "Padahal gue sudah khawatir setengah mati sama lo-"
Sumpah, Naruto kalo lagi semangat memang suka nyerocos seenaknya dan nyebut hal yang seharusnya disimpan sendirian saja.
"Apa? Kamu khawatir? Sama aku?" mata ntu gadis, yang dengan ajaibnya berwarna sama dengan rambutnya, dah gitu pupilnya pake vertikal kayak kucing segala pula, kini berbinar-binar. Naruto kagum, bisa-bisanya nemu lampu berkekuatan 199 watt-?- di mata manusia.
"Nggak! Gue bo'ong!" seru Naruto, berusaha berkilah dengan suara pedas. Tapi yang namanya kucing udah keluar karung, ya biar disumpalin lagi ke dalam tetap aja nggak bakal berubah jadi anjing. "Ahh, peduli amir soal itu! Pokoknya kamu harus out sekarang juga!"
"Kamu bener-bener tega nyuruh seorang gadis keluar malam-malam dengan penampilan begini?" tanya si cewek berambut merah sambil menunjukkan tubuhnya yang hanya dililit handuk. "Bajuku tadi masih di mesin cuci, dan belum kering sama sekali."
"OOH, GITU? LALU SIAPA YANG NGIJININ LO PAKAI MESIN CUCI GUE, HAH?"
"Yah, kasian aja ngeliat mesinnya nganggur, mending aku kasih kerjaan, ya nggak?"
Naruto benar-benar geram. Pupuslah sudah keinginannya buat nyelametin anak gadis satu ini. Sekarang, tak ada yang lebih dia inginkan selain melempar ni cewek dengan khusyuknya ke tengah-tengah laut Pasifik, kalo perlu ditambahin pemberat 3 ekor sapi dari pulo Ostrali!
…Sayang, dia males masuk penjara cuma gara-gara nurutin hawa nafsu.
Padahal ya, cewek dengan penampilan kayak baru habis iklan sabun LUV ini sebenarnya oke juga. Bodinya nggak bahenol, dadanya juga nggak gede, tapi wajahnya manis, dan entah kenapa rambutnya yang sewarna rambutan matang itu juga matching banget dengan parasnya.
Kalo aja Naruto nggak tahu tabiatnya yang bikin umur orang makin pendek itu, dia juga pasti sudah kesengsem sama cewek satu ini.
"…Trus," Naruto ngalihin topik, langsung to the point. "Lo sebenarnya mau ngapain ke sini? Kalau niatan mau nyolong, sori aja, gue ini miskin."
"Itu juga aku udah tahu, malah sebenarnya kau ini miskin BANGET," Naruto tahu kalau kejujuran itu penting, tapi saat ini dia benar-benar pingin ada hukum yang memperbolehkan kita gebokin sepuasnya orang yang terlalu jujur. Bikin sakit hati, tau nggak! "Tapi tenang aja, aku ke sini bukan untuk membuat kamu berubah dari miskin jadi fakir kok."
"Lalu apa?"
"Rumahku jauh dari sini, dan gara-gara orang-orang dari siang tadi masih memburuku, aku jadi nggak bisa pulang," jelasnya sambil menghembuskan napas kesal. "Makanya untuk sementara, aku berteduh di bawah perlindunganmu dulu."
Semprul, ni cewek bilang apa tadi? Apa bener dia tadi ngomong mau nginep di sini, di apartemen milik seorang cowok umur 17 tahun, single, udah gitu punya selera sehat pula? Dia nggak tahu apa seberapa banyak kasus kejahatan seksual di dunia ini?
Tapi bahkan sebelum Naruto berhasil memikirkan lebih jauh soal kejahatan seksual, dia nyadar kalo perkataan cewek itu entah kenapa terasa seperti memiliki makna lain…
"Tunggu, lo…"
"Baik, saatnya membuat ini resmi," kata gadis itu mantap, meraih tangan kanan Naruto lalu menjabatnya. "Namaku Kyuubi, dan mulai saat ini, kau resmi menjadi bodyguard-ku sampai aku tidak memerlukanmu lagi."
Naruto cengok, gak bisa berbuat apa-apa lagi.
'Tuhan,' dia menatap langit-langit. 'Aku mintanya gadis yang bisa jadi pacar, tapi kenapa Kau malah menjatuhkan siluman perempuan sih!'
Dan sejak saat itu, hari-hari Naruto yang sebenarnya berkualitas di bawah rata-rata berubah menjadi 'luar biasa'.
To Be Continued
~••~
Gimana, beda kan? Hamba lebih suka pemakaian bahasa sehari-hari begini kalau bikin fic yang ada unsur humornya. Semoga lucunya jadi lebih berasa!
Semoga kalian suka, dan tolong kasih komentar ya! Apakah karya hamba yang ini jelek, atau sangat jelek, atau pas-pasan?
Terima kasih sudah membaca!
Galerians, out.
