Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rate: tidak didefinisikan cari tahu sendiri
Genre: Family, hurt/comfort, mysteri in next chapter
Note: agak gaje, miss typo in every word
For the last HAPPY READING!
Chapter 1 : First meet
Kushina`s pov
Ini adalah hari pertamaku melaksanakan tugas sebagai polisi. Aku tidak ingin membuat citra buruk di awal tugasku. Aku bersama Mikoto Uchiha yang menjadi pendampingku. Ia mengajariku semuanya dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit atau berbahaya.
"Baiklah Kushina kau siap untuk tugas pertamamu?" Tanya Mikoto padaku yang sedang melamun akupun terkejut.
"Oh...ya aku siap Mikoto senpai," Kataku dengan terbata-bata pada Mikoto yang lebih dulu masuk kepolisian sedangkan aku baru saja diterima jadi pengalaman kami terpaut jauh.
"Baiklah mari kita berangkat, kau yang menyetir ya Kushina," Suruh Mikoto padaku, tapi aku tidak langsung masuk ke mobil putih dengan motif strip panjang di samping kanan dan kirinya serta lampu di bagian atasnya. Aku hanya terdiam sesaat kemudian "Kushina ada apa? Apa ada yang salah dengan mobil ini?" tanya Mikoto padaku yang terdiam tanpa kata dan tidak beranjak dari tempatku berdiri.
'Sebenarnya tidak ada yang salah dengan mobil itu, tapi kesalahan itu ada pada dirkiku.
'Sebenarnya aku trauma dengan mobil putih bermotif strip panjang itu karena aku dulu pernah memiliki pengalaman pahit dengan mobil itu, Walaupun mobilnya agak berbeda tapi aku tidak bisa melupakan hal tersebut. Ingatan tentang tragedi berdarah itu selalu terngiang dalam pikiranku. Tak mudah untuk melupakannya.' Batinku.
FLASHBACK
Hari itu aku, Ibu, dan Ayah sedang berekreasi bersama karena Ayah dan Ibu saat itu sedang libur. Mereka dibebas tugaskan sementara. Sebagai hadiah karena mereka sudah bekerja keras dalam memecahkan kasus perampokan bank terkemuka di Konohagakure. Saat aku sedang bermain-main dengan teman lamaku, Rin. Kami sudah bersama sejak lama mungkin sejak kami masih bersekolah di TK dan kami sering bermain bersama. Tiba-tiba Ayah dan Ibu mendapat panggilan darurat dari pihak kepolisian. Mereka tidak membantah perintah komandan, walaupun seharusnya mereka bisa menolaknya karena mereka sedang libur. "Halo...ya...ya...baiklah...kami segera ke sana," Kata Ayah dengan wajah yang pucat. Aku tidak tahu kenapa Ayah menjadi seperti itu, tapi aku yakin itu karena telepon yang ia dapatkan barusan. "Kushina kami akan mengantarkanmu ke rumah Rin dulu ya. Nanti kami akan menjemputmu kembali. Setelah kami menyelesaikan tugas ini," Kata Ayah dengan wajah yang masih pucat pasi setelah menerima telepon tersebut.
"Aku ikut, bolehkan?" Pintaku kepada Ayah. Namun Ayah langsung menjawabnya dengan gelengan kepala yang berarti aku tidak boleh ikut.
"Baiklah aku akan menunggu di tempat Rin, tapi Ayah dan Ibu berjanji akan menjumputku setelah tugas selesai, janji?" Kataku dengan harapan besar bahwa Ayah dan Ibu akan pulang dengan selamat.
"Kami titip Kushina sebentar, ya. Nanti akan kami jemput setelah tugas selesai," Kata Ayah keada orang tua Rin.
"Kau juga jangan nakal ya Kushina. Ibu sayang padamu," Kata Ibu kepadaku lalu mengecup dahiku dan kedua pipiku.
"Jaga dirimu baik-baik ya Kushina, jangan nakal," Kata Ayah padaku lalu memasuki mobil putih bermotif strip panjang itu. Aku tidak menyangka bahwa itu adalah kecupan terakhir dari Ibu dan juga kata-kata terakhir dari mereka.
Setelah sekian lama aku menunggu mereka tidak juga datang. Beberapa hari kemudianpun sama, mereka tidak terlihat menjemputku.
Dalam benakku berkata 'Mungkin mereka takkan kembali. Mungkin mereka akan meninggalkan aku selamanya sendiri.'
Ternyata semua itu benar beberapa hari setelahnya mobil mereka ditemukan rusak tak berbentuk akibat dibakar oleh seseorang yang diduga adalah pelaku dari kasus yang saat ini sedang mereka selidiki. Semua harapanku pada mereka pupus sudah setelah aku mendengar berita tersebut.
Aku merasa sangat terpukul dengan kejadian itu untungnya aku masih mempunyai orang-orang yang menyayangiku. "Tenanglah Kushina walaupun mereka sudah tidak ada kau harus tetap melanjutkan hidup ini. Jangan pernah menyerah karena aku yakin mereka pasti saat ini sedang memperhatikanmu dari atas sana," Kata Ayah Rin sambil menghapus titik-titik air mata yang jatuh membasahi pipiku.
Beliau adalah salah satu orang yang paling baik menurutku bukan karena aku dan Rin sering main bersama, tapi beliau adalah teman Ayah sejak kecil jadi aku sudah menganggpnya sebagai pamanku sendiri.
"Hn…. Aku akan melanjutkan hidupku apaun yang akan terjadi suatu saat nanti dan aku akan menjadi polisi," Kataku dengan nada orang yang bahagia sambil tersenyum walaupun dalam hati aku merasa sangat kehilangan.
"Untuk apa kau menjadi polisi?" Tanya paman dengan cemas karena ia tidak ingin diriku dIbutakan oleh dendam yang telah merasuki diriku.
'Untuk membalaskan kematian Ayah dan Ibu kepada pembunuh mereka berdua,'Batinku. Tapi aku menjawab lain "Karena aku ingin seperti Ibu menolong orang-orang yang membutuhkan."
"Wah sungguh cita-cita yang mulia. Kalau begitu paman akan mendukungmu 150%."
END OF FLASHBACK
"Kushina ada apa? Apa kau baik-baik saja?" Mikoto mencemaskanku karena sedari tadi aku diam mematung.
"KUSHINA APA KAU BAIK-BAIK SAJA?" Tanyanya kembali untuk kesekian kalinya namun saat ini ia berteriak tepat di samping telingaku. Aku yang merasakan datangnya suara gelegar petir lokal menuju ke otakku lalu diteruskan menuju ke tangan hingga akhirnya menjadi sebuah reflex. Aku langsung menutup kedua telingaku dan berkata "Mikoto senpai aku bisa mendengarmu jangan teriak-teriak di telingaku, sakit tau."
"Kita jadi tidak berpatroli hari ini?" Tanyanya kembali aku hampir lupa bahwa hari ini adalah hari pertamaku di kepolisian.
"Ja…jadi tapi aku tidak mau menyetir, Mikoto senpai saja yang menyetir ya," Pintaku pada Mikoto dan iapun langsung masuk ke dalam mobil. Akupun mengikutinya masuk ke mobil kemudian dia menyalakan mobil patroli kepolisian.
Hari pertama kami hanya berpatroli seperti yang biasa dilakukan polisi-polisi lain. Tiba-tiba di tengah-tengah perjalanan aku melihat seorang pemuda dengan senyum yang mempesona sedang membagikan sesuatu kepada anak jalanan. Aku sangat kagum melihatnya karena dia masih memikirkan orang-orang yang tidak mampu tidak seperti orang-orang yang lain yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
"Kau kenapa lagi Kushina? Kau sudah melamun lima kali hari ini," Kata Mikoto yang ada di sampingku sambil menunjukkan kelima jarinya padaku. Tapi yang diajak bicara malah mlengos dan acuh tak acuh. Kemudian Mikoto melihat keluar jendela di samping tempat dudukku. "Oh…" Mikoto hanya ber-Oh ria. "Jadi dari tadi kau tidak mendengarkanku karena dia ya?" Goda Mikoto sambil menunjuk pemuda dengan senyuman yang membuatku terdiam dan tak bisa mengerti dengan apa yang kurasakan. "Dia memang tampan, tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Kita masih ada tugas. Jadi bisa kita lanjutkan?" Kata Mikoto sambil menepuk pundakku yang sukses membuat lamunanku tentang pemuda itu buyar seketika.
"Eh… apa tadi?" Tanyaku pada wanita di sebelahku. Dia hanya nyengir.
"Bisakah kita lanjutkan patrol ini Kushina atau kau mau melihatnya terus? Kau suka ya? ayo mengaku saja wajahmu memerah tuh," Goda Mikoto sambil menunjuk semburat merah yang entah kapan muncul di wajahku.
"Eh….tidak kok. Tidak. Ayo kita lanjutkan patrolnya," Kataku sambil menahan malu karena aku merasa wajahku mulai memanas, tapi aku berusaha menahannya. Akhirnya Mikoto menjalankan mobil patroli kembali dan mulai meninggalkan pemuda itu.
Hari pertamaku di kepolisian hanya berpatroli saja. Oleh karena itu aku bisa pulang lebih awal dan melanjutkan lamunanku yang tadi senpat tertunda.
'Siapa sebenarnya pemuda itu? Wajahnya tampan, ramah, baik hati, perduli pada anak-anak kecil yang lebih membutuhkan. Huft….. benar-benar seperti yang aku idam-idamkan selama ini.
'Aku ingin mengenalnya, tapi jarak kami sungguh jauh seperti bumi dan langit. Aku tidak mungkin dapat menjangkaunya yang ada di angkasa sana yang kini menjadi bintang malamku. Entah kenapa aku tidak bisa melupakannya. Apa aku baru saja meresakan yang namanya…. Ah itu tidak mungkin bagaimana bisa. Kami baru saja bertemu tadi itupun karena ketidaksengajaan. Entah mengapa aku ingin melihatnya lagi dan terus melihatnya,' batinku
OWARI
Eh bercanda denk… gomen-gomen ceritanya belum selesai sampai situ mari kita lanjutkan.
"Hai kau bolehkah aku mengenalmu?" Kataku pada seseorang yang kurasa adalah 'DIA'. 'DIA' hanya tersenyum dan langsung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku jadi semakin penasaran dengan pemuda itu. Langkah kakinya sungguh cepat hampir saja aku dapat meraih tangannya namun ia langsung menepisnya.
"Hey tunggu siapa namamu?" Aku berteriak padanya namun ia masih tidak mendengarku. Aku terus berlari mengikuti pemuda itu hingga akhirnya kami berdua tiba di tepi jurang yang kupikir sangat dalam karena aku melihat kakinya menyenggol sebuah batu yang terjatuh ke sana dan suaranya tidak terdengar sama sekali. Semakin aku mendekatinya ia malah semakin menjauh hingga saat aku hampir bisa membuka penutup wajahnya. Tanpa diduga-duga ia langsung menjatuhkan dirinya ke jurang yang tepat ada di belakangnya. Akupun terkejut dengan apa yang dilakukannya. Karena rasa penasaran yang sangat amat besar atau apa…. Akupun mengikutinya terjun ke jurang tersebut. Ia terlihat sangat tenang walaupun ia hampir mati. Akupun juga tahu bahwa ini sangat berbahaya tapi entah mengapa perasaanku menuntunku untuk mengikutinya apa karena perasaan itu atau karena ada alasan yang lain.
"Hey siapa namamu?" Tanyaku sekali lagi tapi ia masih tetap terdiam dan hanya tersenyum karena mata kami sempat berhadapan namun hanya sebentar. Matanya yang berwarna biru sapphire jernih menatapku. Aku merasa seperti terhipnotis oleh mata indah yang terasa sangat berkharisma itu. Aku hanya bisa tediam dan mengikuti gravitasi bumi yang semakin menarikku ke bawah. Tiba-tiba ia merentangkan jubahnya dan membuatnya melayang dan langsung memelukku. Aku merasa bahwa wajahku menjadi merah padam lalu ia membisikkan sesuatu tepat di samping telingaku.
To Be Continued
Alhamdulilah akhirnya chapter 1 selesai dengan cepat(karena udah ditulis dulu baru di publish)...
Bagi readers yang suka mohon di review tapi kalo nggak suka di flame aja juga nggak papa
Tunggu chapter berikutnya
