Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Non baku, AU, OOC sangat. Bad SasuSaku

Pairing : Sasu(GAY?)Saku(CENTIL)

Auwwww. Awww. Ganteng bangeeetttt!

Otot-ototnya ... Ouch, enak tuh kalo dipegang-pegang. Apalagi diremes. Iiiih pasti keras. Kaki sama Betisnya juga bagus. Bokongnya? Ugh jangan ditanya, semok boo.

Pagi-pagi begini disodorin pemandangan dari om-om tetangga yang kece badai dan udah duda, emang menyegarkan buat jiwa. Berhubung tahun ini aku nggak bisa nonton Om Jamie Dornan di Bioskop, (Penasaran sama desahan dan goyangannya! Plak) jadi aku puas-puasin nonton Om Kakashi yang lagi olah raga pagi. Joging depan kompleks rumah.

Untuk urusan desahan dan engahan yang seksi, aku rasa Om Kakashi nggak kalah. Tuh dengerin, suara engahan napasnya karena udah kelamaan olah raga. Walau pelan, tapi bikin aku ngebayangin yang iya-iya! Dari segi tampang juga, Om Kakashi kayaknya sebelas-dua belas ama Jamie Dornan. Kalau untuk urusan otot, kayaknya Jamie Dornan liwat deh. Perut Om Kakashi kotak-kotaknya kelihatannya lebih jelas.

EEEH? Dia liat kemari! Dia liat kemari! Mesti kudu cakep. Chek dulu! Rambut? Warnanya tetap mpink, udah disisir, dan dikuncir rapi. Oke! Muka? Udah apalah-apalah, dicuci tadi pas baru bangun tidur. Gigi juga udah disikat kok. Walau tanpa make up, aku tetap cakep! (Siapa yang berani bilang gue nggak cakep? Sini, gue tonjok!) Pakaian? Pengennya sih tadi pake lingerie super sexy, yang warnanya mpink melinjo, hadiah pernikahan dari mami mertuaku yang cantik dan anggun. Cuma kalau dipikir lagi. Kayaknya nggak etis kalau make hadiah pemberian Mami Mertua buat ngecengin cowok lain, yang bukan anak bungsu beliau. Jadi terpaksa aku cuma make boxer brief putih suami, sama baju kaos putih pas badan yang bertuliskan Texas A & M di bagian dada. Memang nggak sexy, tapi lumayanlah, daripada kelihatan berantakan.

"Pagi Dik Sakura," sapanya ramah sambil memasang senyuman mematikan.

"Pagi Om," balasku, "udah selesai olah raganya, Om?" tanyaku saat melihat dia berbalik, hendak masuk ke dalam rumahnya.

"Iya. Duluan ya?" Mengangguk sopan sambil mengamati punggung Om Kakashi, hingga dia menghilang di balik pintu rumahnya.

Aaaaah. Om Kakashi, walau statusmu sudah duda, tapi diriku tidak bisa menggodamu terang-terangan. Hiksu. Kalau aja suamiku nggak doyan main terong, aku pasti akan jadi istri paling bahagia di dunia ini. Suamiku nggak kalah ganteng dan nggak kalah kece kok dari Om Kakashi, cuma sayang dia lebih suka terong daripada jeruk. Berani taruhan, kalau disuruh milih antara 'jeruk sunkish' dan 'terong yang dicabein', dia pasti milih terong yang dicabein. Kelainan memang. Tapi aku cinta ...

Haduh. Mikirin lakiku pagi-pagi gini, bikin hati jadi kacau. Efek kesegaran jiwa dari acara ngecengin Om Kakashi jadi hilang. Huuuh.

Eh? Udah hampir jam tujuh, bentar lagi lakikku bangun. Masaaak dulu aaah. Berbalik, dan terkejut ngeliat mahluk berkaos putih dengan celana pijama kotak-kotak ala tukang jual susu bendera, berdiri nggak jauh di belakangku. Mukanya masih kelihatan ganteng aja, walau kucel belum dicuci. Rambutnya yang berantakan bikin dia kelihatan hot.

Semburat merah yang ada di kedua pipinya, serta mata gelap yang fokus tertuju pada halaman dan pintu rumah tetangga, membuatku tahu apa yang sejak tadi dia lakukan.

Ya amplop, hati mendadak nyesek.

"Sa ... Su ... Ke," sengaja ngucapin namanya per suku kata, biar do'i tahu kalau aku MARAH!

Noleh, dan mandang aku dengan tampang datar dan watados, kayak nggak terjadi apapun. "Apa?" aku curiga, jangan-jangan Mami Mertua Mikoto waktu hamil Sasuke, ngidemnya makan tripleks goring sampe punya anak yang ekspresinya kek gini.

Maju beberapa langkah. Setelah cukup dekat, "Kamu ngecengin Om Kakashi ya?" nanyanya dengan suara pelan. Tengsin kalau ketahuan tetangga lain, bahwa suamiku punya kelainan suka ngecengin cowok! Huhuhu. Nanti ada gosip yang iya-iya dari Ibu-Ibu rempong, yang suka ngumpul dan ngerumpi, di gerobak abang-abang tukang jual sayur. Kalau gosipnya nyampe ke telinga orang tuaku, yang tinggal nggak jauh dari sini, bisa berabe! Lakiku bisa habis digolok Babe.

"Memangnya kenapa?"sahut Sasuke sinis sambil mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi.

Sinis sama bini sendiri nggak baik lho, Sas. Disumpahin alisnya nyangkut tahu rasa! Mau nggak punya alis kayak temenmu, Gaara?!

"Aku ini istrimu, Sasuke!" greget pengen nampol nih laki.

"Iya aku tahu. Trus?" berbalik masuk ke dalam rumah sendiri. Bagus. Suami-Istri, memang lebih leluasa bertengkar di rumah sendiri.

"Trus apaan? Kamu tahu sendirikan?!" tutup pintu. Siap perang!

"Tahu apaan? Kok kamu jadi marah-marah nggak jelas gini sih? Kamu aja bebas ngecengin tetangga kita, aku nggak marah."

ITU KARENA KAMU JUGA DOYAN AMA TUH LAKI! Huhuhuuu. Mamaaa, pusing pala Saku. Pengen mewek. Aku nggak pandai berdebat.

"Kenapa kamu harus doyan sama laki-laki sih?" bertanya dengan nada lirih yang sangat sedih.

"Karena aku gay." Ini orang ngejawabnya kok kayak tanpa dosa gitu ya? Padahal hatiku sengsara!

"Kenapa juga kamu harus jadi gay?"

"Karena aku nggak nafsu sama perempuan."

Ooouch! Aku juga tahu kalau gay nggak doyan cewek! Kenapa juga kamu mau nikahin aku kalau kamu nggak doyan cewek! Nikahin aja pacar cowokmu itu. Pengen ngomong kayak gitu, tapi mulut rasanya seperti dikunci. Hatiku sudah terlalu terluka.

"Ah, udah hampir jam tujuh. Aku mandi duluan ya, setelah itu baru kamu," katanya. Tanpa mempedulikan rasa sakit dan kegalauan hatiku, dia berjalan kembali ke kamar.

Huuhuuhuu. Pengen cerai, tapi kucinta dia. pengen pisah, tapi baru seminggu nikah masa udah jadi janda? Nggak mau! Aku harus bagaimana?