Rain

===OO===

Rain project

Story © Rie Kawamuri

Fullmetal Alchemist © Hiromu Arakawa

Genre: Tragedy / General

Rate: K+

===OO===


Hari itu hujan turun. Lelaki itu tengah berjalan pulang dibawah guyuran air. Matanya lurus ke depan. Tangannya terkepal keras. Air mata ingin mengalir namun tidak bisa. Hujan, sekali lagi turun untukmya.

"Kau berkata akan berada di bawahku, mendukungku sampai menduduki jabatan akhir namun kenyataannya? Kau berada di atasku."

Angin bertiup kencang, menandakan seolah Maes Hughes menjawab kalimat Kolonel-nya dengan tertawa.

Roy Mustang mengenakan topinya, dan menengadahkan kepalanya ke atas, mencoba mencari setitik senyum sahabatnya terukir di awan. Namun tidak, yang ia dapatkan adalah hujan. Mengalir lembut di pipi. Hujan turun dari kedua bola matanya.

Hujan.

Hari itu pula hujan turun. Jatuh dengan kecepatan rendah mengalir melalui lekukan tulang pipi. Hujan terus menerus jatuh, tanpa henti.

"Sudah mulai dingin, Sir."

"Sekarang sedang hujan." sahut Kolonel muda tersebut sembari memalingkan wajahnya.

Bawahannya yang setia tidak bergeming, untuk waktu yang lama keduanya tertahan di sana. Langit begitu cerah, namun mengapa atasannya berkata bahwa sekarang sedang turun hujan?

Lelehan air hujan terus mengalir, mencapai dagu dan jatuh secara cepat ke lantai bumi.

"Anda yakin, Anda baik-baik saja?" sang bawahan mencoba untuk membantu atasannya dengan bertanya sehalus mungkin. Yang di tanya tetap tak bergeming.

"Seandainya saja langit cerah."

Kembali, bawahan cantiknya tersebut menolehkan kepalanya ke atap kanvas bumi. Langit cerah, matahari bersinar sendu dengan sapuan warna kemerahan. Tidak ada awan-awan gelap yang siap menurunkan rintikan air.

"Langit sangat cerah, Sir."

"Tidak. Langit tidak cerah, Letnan."

"Palingkanlah wajah Anda ke atas."

"Bukan, bukan langit itu, Letnan."

"Lalu?"

Dan keduanya meninggalkan makam rekan dan sahabat tercinta, dibawah naungan langit cerah.

Hujan.

Turun perlahan membasahi pipi di hari kepergian rekan terbaik.

Saat itu Roy Mustang tak menyadari bahwa hujan yang sesungguhnya berasal dari kedua pelupuk matanya yang kelam.

Langit sangatlah cerah dan ia memutuskan untuk tak mengangkat kepala ke atas.

Tak ada rinai hujan yang menemaninya, tak ada tetesan air yang terasa asin, tak ada lagi tawa rekan kerja yang setia menyemangati di kala kertas-kertas kerja menumpuk.

Semuanya hilang begitu saja.

"Sir, tidak dingin?"

Letnan tersebut menyerahkan sepotong jaket yang biasa dikenakan oleh atasannya. Kolonel Mustang menyambar perlahan jaket pemberian Letnan nya dan segera berlalu.