Note: Cerita dari sekuel STILL. Di cerita ini, Naruto bertemu dengan Hinata sejak kepulangannya dari Paris. Jika ada kesamaan dengan cerita ini, itu tidak disengaja. Cerita ini milik saya dan tidak ada maksud untuk menjiplak.

.

.

Funny Sunny Day

.

Disclaimer: Naruto © Kishimoto Masashi

Warning: OOC, typo(s), AU, isi seadanya, sekuel STILL, pertemuan Naruto dan Hinata di Jepang | Genre: Romance, School, Fluffy, Humor | Rate: T | Main Pairing: Naruto Uzumaki/Namikaze and Hinata Hyuuga | Story is mine | Dedicated all readers

Enjoy Reading!

.o.O.o.

PART I: First Meeting

Sejak kepulangan pemuda rambut berbentuk durian berwarna kuning keemasan ini bernama Namikaze Naruto dari Paris meninggalkan sang sahabat di sana. Bersama gadis memiliki nama Haruno Sakura, dan adik kembar yang namanya Namikaze Menma.

Naruto tidak berniat pulang ke Jepang, tapi setelah meninggal paman kesayangannya, Hatake Kakashi. Naruto tidak ingin mengingat kembali kenangan itu di Paris biarpun harus berpisah dari Uchiha Sasuke, anak laki-laki yang dulunya teman biasa jadi sahabat sejati.

Di rumah sederhana tingkat dua milik keluarga Namikaze, Naruto tinggal bersama bibinya Rin, dan para sepupu-sepupunya. Naruto mempunyai sepupu memiliki nama Nagato, Karin dan Yahiko. Ketiga sepupu Naruto ini adalah anak-anak dari Hatake Rin yang sekarang namanya diubah menjadi Uzumaki Rin, nama sebelum menikah dengan Hatake Kakashi.

Naruto juga memiliki saudara sepupu dari ibu, Namikaze Kushina. Nama keluarganya adalah Sabaku. Sepupu Naruto ada tiga, namanya Sabaku Gaara, Sabaku Kankurou, dan Sabaku Temari. Mereka bertiga selalu ada setiap ada Naruto, Menma dan Sakura.

Jarak antara Naruto dan sepupu-sepupunya berbeda jauh. Hanya Gaara-lah yang seumuran dengan Naruto, sedangkan yang lain Cuma beda dua, tiga dan lima tahun.

Naruto berada di ruang tamu, beristirahat sejenak untuk memikirkan masalah karena mulai besok Naruto akan masuk sekolah bersama Sakura dan Menma. Seharusnya Naruto sekolah waktu dia pulang dari Paris, tapi karena Naruto masih tidak ingin merasakan kehidupan sekolah yang berbelit-belit. Akhirnya Naruto dibiarkan home schooling. Tidak hanya Naruto, Sakura dan Menma juga ikut bergabung.

Naruto meletakkan kedua tangan di belakang kepala sebagai penyangga. Duduk di kursi ruang tamu memang tidak terasa menyenangkan apalagi usia Naruto sekarang sudah mencapai lima belas tahun. Usia yang bagus untuk masuk SMA.

"Hhh..." Naruto menghela napas. "Akhir-akhir ini Sasuke tidak pernah memberi kabar. Apa dia baik-baik saja?"

Naruto menutup mata. Merasakan angin segar yang muncul di jendela terbuka. Suasana taman yang rindang selalu dijaga oleh bibinya setiap hari.

Terbuka pintu kamar di lantai dua, laki-laki berusia sama dengan Naruto keluar dan turun dari tangga secara mengendap-endap. Laki-laki tersebut memiliki warna rambut berbeda dengan Naruto. Laki-laki ini memiliki warna rambut biru dan wajahnya sangat mirip dengan Naruto. Ya! Dia adalah saudara kembar Naruto. Namanya Namikaze Menma.

Menma meloncat ke sofa di mana Naruto duduk dan mengagetkannya, "Yo! Lagi apa? Lagi memikirkan Sasuke atau perempuan lain?"

"Apa yang kamu lakukan, Menma?!" geram Naruto berubah posisinya menghadap Menma.

"Aku Cuma mengagetkanmu saja," Menma menjulurkan lidah. Menma mengintip wajah Naruto yang murung. "Lho? Kenapa murung?"

"Tidak ada apa-apa."

"Masa tidak ada apa-apa. Memangnya aku tidak tahu kalau kamu sebenarnya gugup karena besok mau masuk sekolah, 'kan?" tebak Menma menghidupkan keceriaan atau kegugupan.

"Entahlah."

"Kok entahlah? Apa sekolah itu membosankan menurutmu?" tanya Menma kembali. Rasa penasaran menghigapinya.

"Kenapa dari tadi kamu tanya-tanya terus, Menma?" Naruto mengangkat alis. Merasa diadili terus menerus akibat pertanyaan yang diberikan Menma kepadanya.

"Tidak. Aku Cuma tanya saja. Mungkin sekiranya bisa jadi solusi untuk menghilangkan kegugupanmu itu," sahut Menma berusaha menenangkan pikiran Naruto yang gundah gulana menghadapi pertarungan besok yaitu masuk sekolah.

Naruto kembali menyandarkan kepala ke belakang. Rasa lelah dan lemas menghampiri benaknya. Rasa gugup baru pertama kali masuk ke dalam hatinya membuatnya berpikir ulang. Mau masuk atau tidak.

"Tenang saja." Menma menepuk bahu Naruto. "Besok pasti menyenangkan."

"Semoga saja."

Menma sangat membenci Naruto yang berputus asa. Di mana Naruto yang dulu? Apakah ini jadinya kalau sudah meninggalkan Paris dan tidak ada surat dari Sasuke? Sudah beberapa tahun telah meninggalkan Paris, tidak pernah sekali pun mereka lupa pada kejadian menyenangkan di sana. Tidak pernah.

"Kalian berdua! Makan siang sudah siap!" panggil seorang perempuan berambut merah berkacamata, menyuruh Naruto dan Menma menuju ke ruang makan untuk makan siang bersama-sama.

Menma mencium harum masakan bibi Rin dan Karin, menepuk kepala Naruto berbentuk durian. "Wah! Makanan kesukaan, nih. Nah, Naruto. Kalau di antara kita berdua bisa mencapai ruang makan, aku akan memakai sepeda motor baru bersamamu ke sekolah. Bagaimana?"

"Itu jika aku menang dan kamu kalah," ucap Naruto.

"Itu jika aku kalah. Jika aku menang, nanti kamu traktir aku makan ramen di warung ramen milik kak Ayame, ya," kedip Menma menantang Naruto.

"Oke, kalau itu maumu."

"Baiklah." Menma meregangkan kepala, jari-jari tangan, pergelangan tangan dan leher agar rileks. Meloncat-loncat agar kakinya bisa berlari sangat cepat. "Dalam hitungan ketiga, kita lari!"

Naruto mengangguk.

"Satu..." Naruto dan Menma turun dari kursi, mempersiapkan langkah untuk berlari menuju ruang makan.

"Dua..."

"Ti... ga!

Naruto dan Menma berlari secepat mungkin ke ruang makan. Di sana Karin, Nagato, Yahiko dan Rin kaget sekaligus terkejut karena Naruto dan Menma datang sambil berlari langsung mengambil kursi terdekat dengan masakan dibuat oleh Rin. Mereka Cuma menggeleng melihat tingkah laku saudara kembar mereka ini.

Sekarang mereka sekeluarga makan bersama kecuali orang tua Menma dan Naruto. Orang tua mereka berdua ini pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Jadi, jarang pulang ke rumah. Paling mereka akan pulang saat Menma dan Naruto sudah masuk sekolah baru mereka.

.o.O.o.

Namikaze Home, 07:15 a.m.

"Naruto! Ayo, bangun!" Menma mengguncang tubuh Naruto agar mau bangun. Namun, Naruto tidak bergeming apalagi bersuara. Yang ada hanyalah gumaman aneh di mulutnya. "Dasar anak ini!"

Menma menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil berpikir, bagaimana caranya agar Naruto bangun dari tidurnya. Dengan satu tarikan nafas dan dikeluarkan nafas itu secara perlahan, Menma mengambil selimut menutupi tubuh Naruto, melempar asal di salah satu sudut kamar Naruto bernuansa biru matahari ini.

Menma ambil buku, dan menggulungnya seperti sebuah terompet. Ujung buku tersebut didekatkan ke telinga Naruto, sedangkan ujung buku satunya lagi masuk ke bibir Menma. Menma berteriak, "Naruto, ayo bangun! Ini sudah jam berapa! Masa di hari pertama masuk sekolah, kamu tidak mau pergi! Kalau kamu tidak pergi, aku tidak segan-segan memberitahu hal ini kepada ibu dan ayah!"

Mendengar suara menggelegar di telinga kiri dan nama 'ayah dan ibu', Naruto bangkit. Sebenarnya Naruto tidak tidur, tapi pura-pura tidur. "Di-di mana ayah dan ibu?"

"Di mana ayah dan ibu?" Menma menaikkan alis. "Tidak ada ayah dan ibu di sini. Tunggu dulu! Jangan-jangan kamu pura-pura tidur, ya?"

Naruto cengengesan, lalu memalingkan muka karena malu.

"Lebih baik kamu mandi, gosok gigi dan berpakaian sekolah!" seru Menma menarik tangan Naruto keluar dari tempat tidur.

"Iya, jangan tarik-tarik dong."

"Cepat masuk kamar mandi. Kalau sudah selesai, aku tunggu di ruang tamu lantai bawah. Awas, ya, berani-berani tidak mau pergi sekolah. Nanti kubilang ayah dan ibu, lho," ancam Menma kepada Naruto.

Naruto paling takut kalau Menma melapor pada orang tua mereka. Jadinya Naruto mengalah apalagi Menma adalah kakak Naruto paling aktif dan paling bisa diandalkan daripada saudara sepupu-sepupu yang lain.

Naruto masuk kamar mandi, sedangkan Menma keluar dari kamar Naruto setelah mengeluarkan baju seragam sekolah Konoha di lemari baju. Jadi, Naruto langsung pakaian deh.

"Menma! Handukku di mana!" teriak Naruto karena handuknya ketinggalan.

Menma paling benci disuruh-suruh akhirnya mau juga saat jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Tinggal empat puluh menit lagi, sekolah akan ditutup gerbangnya. Jadi, harus cepat-cepat.

"Nih!" Menma menyerahkan handuk bergambar matahari kepada Naruto, Naruto mengambilnya. "Jangan mandi lama-lama seperti anak perempuan! Aku tidak mau harus terlambat di hari pertama masuk sekolah."

"Iya, iya."

Beberapa menit kemudian atau tepatnya lima menit kemudian, Naruto turun menuju lantai bawah melalui tangga. Di sana Naruto bertemu Sakura, gadis cantik, memiliki kulit halus seputih susu, dan warna rambut merah muda. Warna mata menandakan betapa anggunnya gadis cantik ini.

Naruto merapikan dasi sambil melihat Sakura datang, "Waaah... Sakura. Kenapa datang ke sini? Siapa yang antar?"

"Kak Shikamaru yang antar. Bolehkah aku ikut dengan kalian?" ucap Sakura memohon sangat pada Naruto dan Menma yang berada di situ.

"Boleh, sih. Tapi, kami..." Naruto melirik Menma.

Menma mendekati Sakura dan Naruto, "Tenang saja, Sakura. Kami naik mobilnya kak Karin. Soalnya motor baru dipakai sama kak Nagato untuk urusan praktek kuliah di Kyoto. Mungkin malam akan pulang."

"Ooh..."

Naruto cemberut karena tidak bisa naik motor baru hadiah dari orang tua mereka. Tapi, karena ada Sakura. Itu lain kali saja.

"Kalian sudah siap?" tanya Karin tiba-tiba muncul sambil menggandeng tas besar.

"Iya, sudah."

Menma melirik Naruto mulai dari bawah ke atas. Tidak lupa pada tas sekolah di punggunya. "Rapi. Dan itu benar-benar hebat."

"Dasar. Beraninya kamu menyindirku," kata Naruto juga melihat Menma dari bawah ke atas. "Betul-betul anak cerdas. Selebihnya semoga saja tidak ada perempuan yang suka padamu."

"Berani bertaruh?"

"Berani," tantang Naruto.

Sakura cepat melerai, "Sudah, sudah. Kalian itu bukan anak kecil lagi. Kita sudah SMA. Kalau kalian bertengkar seperti ini, kapan kita bisa berangkat ke sekolah?"

"Sudahlah," cepat-cepat Menma merapikan seragam sekolahnya. "Aku tidak mau terlambat di hari pertama sekolah."

"Aku juga."

"Hei, kalian bertiga! Apa kalian ingin kutinggal di sini?" teriak Karin sudah berada di mobil berwarna hitam.

"Baik, kak!"

Mereka bertiga berlari menuju mobil. Duduk sopan, dan memasang sabuk pengaman.

Hari ini adalah hari pertama Naruto berada di sekolah. Di musim semi yang indah dengan matahari yang sejuk. Mungkin saja pertemuan pertama Naruto dengan seorang perempuan manis bernama Hyuuga Hinata.

.o.O.o.

Konoha School, 07:55 a.m.

Sebentar lagi dalam waktu lima menit, Naruto dan kawan-kawan akan terlambat masuk. Untungnya saja mobil jeep warna hitam muncul secepat kilat di depan gerbang sekolah SMA Konoha. Naruto, Menma, dan Sakura membuka sabuk pengaman, keluar dari mobil dan menuju gerbang sekolah.

Hari pertama mereka masuk sekolah memang sungguh dadakan karena butuh waktu untuk mengubah pikiran Naruto agar masuk sekolah daripada sekolah di rumah. Pelajaran di rumah berbeda dengan pelajaran di sekolah. Di rumah Cuma saudara, orang tua dan sepupu saja bisa menemani. Sedangkan sekolah akan ada banyak teman bisa mereka dapatkan jika memakai usaha.

"Kami mohon jangan tutup gerbangnya!" teriak Naruto mengibaskan tangan agar salah satu penjaga sekolah dan para kedisiplinan sekolah menunda menutup gerbang sekolah.

Naruto, Menma dan Sakura menerjang gerbang tersebut. Dibuka lebar-lebar gerbang tersebut sehingga Sakura dan Menma terjatuh, sedangkan Naruto menindih siswi sekolah sekaligus anggota penegak kedisiplinan.

"Ma-maafkan aku..." Naruto menganggukkan kepala berkali-kali kepada siswi tersebut. Naruto memegang kepala, tapi tangan satunya memegang benda lembut dan kenyal. Naruto menoleh ke arah tangan tersebut, matanya melotot. "Aaargh! Maafkan aku!"

Naruto menghindar dari siswi tersebut. Hari sial memang benar-benar menyebalkan. Naruto menganggukkan kepala berkali-kali. Siswi itu bangkit.

"Ti-tidak apa-apa kok," siswi perempuan tersebut mencegah Naruto untuk meminta maaf terus menerus. Walaupun siswi perempuan itu tahu Naruto memegang buah dadanya, tapi siswi tersebut tidak mau berlarut-larut melihat Naruto meminta maaf.

Naruto mengangkat wajahnya, menoleh ke arah siswi perempuan itu. Siswi perempuan itu memakai kacamata tebal setebal dua inci. Memiliki rambut berwarna biru kelam, dikuncir dua. Pakaian sangat culun. Naruto tidak tertawa, tapi baru pertama kali melihatnya.

Inilah pertemuan pertama Naruto dengan gadis bernama Hyuuga Hinata.

To Be Continued...


Next Part II: Glasses Girl!

"Jadi, namamu Hyuuga Hinata?" tanya Naruto ingin berkenalan dengan gadis berambut biru. "Aku belum pernah melihat siswa berkacamata sepertimu. Bolehkah aku berkenalan denganmu?"

"Hei, gadis berkacamata! Kamu menghalangi jalanku!" teriak salah satu senior.

"Bokongmu terlalu mahal untuk diguliti. Apa lebih baik dicincang?" Naruto bersiap-siap menghadapi salah satu senior yang mengganggu Hinata.

"Kamu tidak usah ikut campur, anak baru!"

.o.O.o.

A/N: Ini adalah side story sekuel STILL. Jadi, cerita ini ada lima chapter. Mungkin kalian sudah lupa dengan STILL, sebuah fic yang terinspirasi dari STILL milik Esti Kinasih. Tapi, ini bukan tentang SasuSaku. Ini bercerita tentang NaruHina. Bagi kalian menyukai pair ini, semoga kalian menyukainya, ya.

Hug,

Sunny Blue February

Date: Makassar, 04 Februari 2013

Thanks to Reading! ^^