Orenji no Kenshi

Disclaimer: Semua karakter dari anime 'Naruto' dan 'Sword Art Online' bukan milik saya, saya hanya meminjamnya saja.

Main Cast: Naruto .U.

Pair: Naruto .U X ?

Summary: Terkadang otakku selalu bertanya-tanya aku ini hidup di dunia mana? Dunia Nyatakah? Dunia Virtual? Atau tidak dalam keduanya. Hidupku serasa tergantung begitu saja layaknya harapan yang selalu kuimpikan selama ini.

Warning: Semi-Canon, Semi-OOC, No OC, Typo(s), Very Mainstream, Miss Typo(s), Alur cepat dan rumit, Newbie' Author, Not Like Don't Read, Read 'n Review.

(Note: Maaf jika ceritanya terlihat ngawur/asal-asalan, karena saya yang baru mempelajarinya sedikit jadi ceritanya agak sedikit melenceng beserta dengan istilah-istilahnya.)

[Opening Song: Courage - Haruka Tomatsu]

Chapter 1

Dunia Virtual

Aku bisa merasakan jika kelopak mataku mengernyit pelan saat pandanganku terarah pada layar persegi empat panjang yang ada di depanku ini, kedua tanganku berusaha mengucek mataku untuk memperjelas apa yang baru saja kubaca "Sword Art Online dan ALfheim Online?" Hanya itu saja yang aku bisa baca. Diriku sepertinya sedikit familiar dengan dua nama itu atau aku hanya mengada-ngada saja, tapi yang kutahu kedua tulisan itu adalah Permainan VRMMORPG yang dulunya terpisah satu sama lain dan sekarang aku dengar-dengar kedua permainan itu disatukan.

Sihir Peri dan Seni Berpedang Pendekar bersatu, kurasa itu akan sangat mengasyikan. Dari sejak dulu aku memang ingin mencoba salah satu permainan Virtual Reality itu, tapi aku tak yakin jika tubuhku yang ada disana bisa melakukannya.

"Bagaimana, Naruto-kun? Apa kau tertarik? Setidaknya kau bisa bergerak sesuai dengan kehendakmu, anggap saja itu terapi agar tubuhmu lebih terbiasa nanti," ucap orang yang memegang cover permainan Virtual Reality itu tepat di depan layar yang kutatap.

Aku hanya berpikir layaknya profesor yang sedang memikirkan penelitiannya, jika saja aku punya janggut sudah dipastikan tangan kananku akan mengelus dan menariknya perlahan "Aku tidak masalah sih, tapi bukankah permainan itu hanya menggunakan sistem syaraf yang ada di dalam otak saja. Mana mungkin itu bisa disebut dengan terapi," itulah argumen yang aku sampaikan pada dokter yang selalu saja merawatku.

Aku hanya terheran-heran ketika melihat dokter itu malah tersenyum misterius dengan matanya yang terarah pada layar atau mungkin lebih tepatnya mataku "Itu menurutmu, Naruto-kun. Tetapi sekarang permainan VR menjadi salah satu sarana yang dianjurkan bagi beberapa rumah sakit besar di Jepang ini seperti rumah sakit ini, apalagi seperti kasus yang kau alami, pasti peluang pengobatannya akan berjalan dengan lancar," jelasnya dengan panjang lebar, tapi aku mulai mengerti dengan perkataannya.

"Apa kau berusaha merangsang syaraf-syaraf di dalam otakku agar kembali bekerja?"

"Yap, betul sekali. Kau memang pintar seperti biasanya, Naruto-kun."

Kalau pengobatan dengan cara itu berhasil maka aku bisa menggerakan tubuhku yang ada disana dengan sesuka hati lagi seperti sedia kala, tapi bagaimana jika pengobatan itu malah gagal dan tak bisa menyembuhkanku sama sekali? Bukankah itu sama saja memberikan harapan kosong kepadaku? Hey, aku juga punya sesuatu yang harus kuselesaikan di dunia nyata.

"Sepertinya kau cemas jika pengobatannya tidak berhasil, yang harus kau lakukan hanyalah berusaha keras serta yakin dengan pengobatanmu. Kau harus menghidupkan syaraf-syarafmu lagi agar bisa kembali seperti sedia kala, tetapi jika kau membiarkannya maka aku tidak yakin jika kau akan bertahan dalam rentan waktu yang lama," dia berusaha menyemangatiku agar diriku bisa sembuh dari koma yang berkepanjangan ini, kalau dokter ini sangat yakin jika diriku bisa sembuh. Kenapa aku tak berpikiran seperti dirinya saja? Aku harus sembuh apapun yang terjadi!

"Baiklah, aku akan berusaha sekuat tenaga," ucapku dengan penuh semangat membara, satu-satunya yang harus kulakukan adalah bermain permainan VR ini agar syaraf-syarafku kembali bekerja seperti biasanya. Terkadang aku merasa kasihan dengan tubuhku yang ada diluar sana, terus terbaring lemah diatas ranjang bersprei putih rumah sakit. Itu terjadi selama satu tahun ini.

"Baiklah kalau begitu, aku akan memasangkannya untukmu, Naruto-kun. Buat tubuhmu senyaman mungkin disana dan kau pasti akan masuk ke dalam sistemnya," ucap dokter itu sambil membawa cover itu dari hadapanku, kalau hanya itu aku bisa melakukannya.

"Kau siap?"

"Lebih dari siap," jawabku mantap dengan kedua bola mataku masih menatap kearah layar besar berbentuk persegi panjang.

"Aku hanya memberimu waktu 2 setengah jam untuk bermain, selamat bersenang-senang disana ya," setelah mendengar perkataan dari dokter itu, telingaku mendengar suara pintu ruanganku terbuka lalu tertutup kembali menandakan jika dokter itu sudah pergi dari kamar rawatku. Baiklah, aku siap.

Kedua kelopak mataku tertutup dengan rapat, aku bisa merasakan jika alat itu memang bekerja...

"Link Start!"

-0-0-0-

[Selamat Datang di Sword Art Online dan ALfheim Online]

Kedua kelopak mataku terbuka sempurna ketika telingaku mendengar suara wanita dengan volume lumayan keras dan sekarang diriku berada di dalam sebuah tempat berbentuk silindris yang cukup besar dengan kedua kakiku yang menjejak bagian pusat lingkarannya, sepertinya ini tempat pembuatan akun dan karakter bagi yang pertama kali memainkannya.

[Tolong isi nama dan jenis kelamin anda]

Aku tersadar dari kekagumanku saat mendengar suara wanita itu kembali berdengung di telingaku, pandanganku terarah pada layar berukuran sedang dengan latar belakang merah muda disertai kotak untuk mengisi nada dan dua bulatan untuk memilih jenis kelamin.

Kedua tanganku langsung terulur ke depan dan mulai mengetikan sesuatu di keyboard yang disediakan tepat di hadapanku lalu tangan kananku memilih salah satu bulatan yang ada disana 'Nama Naruto dengan jenis kelamin Laki-laki,' ejaku dalam hati untuk memastikan jika data yang kumasukan itu benar, tangan kananku terulur lagi menyentuh salah satu dari empat bulatan di pojok layar tersebut agar data yang kumasukan itu masuk.

Setelah layar itu menghilang, sembilan karakter berbeda dengan warna baju yang berbeda pula disertai nama yang cukup aneh di bawahnya. Cait Sith, Gnome, Imp, Leprechaun, Pooka, Salamender, Springgan, Slyph dan Undine. Aku sedikit kesusahan untuk menyebut satu per satu dari ras peri itu tetapi kenapa tak ada yang menggunakan pakaian berwarna jingga, padahal itu warna kesukaanku.

[Tolong pilih salah satu ras peri yang akan anda gunakan]

Sistem itu kembali berbicara padaku agar memilih salah satu ras peri yang nantinya akan menjadi basis kekuatanku, pilihanku lebih menitik beratkan pada Springgan, Undine dan Salamender. Ini sangat membingungkan bagiku karena ketiganya memiliki statistik yang lumayan bagus, tapi aku harus segera memilih sekarang atau sistem yang akan memilihkannya secara acak. Dasar sistem pemaksa.

"Baiklah, Springgan."

Entah kenapa aku tertarik dengan ras peri yang memiliki pakaian serba hitam itu, tapi itu tak buruk juga. Ras peri Springgan selalu memakai pedang untuk mempersenjatai diri mereka dan teknik sihir ilusi yang tentunya bisa memanipulasi pikiran orang lain atau lawannya, mungkin itu yang aku butuhkan. Soal pakaian jingga, mungkin aku bisa membelinya disana.

[Springgan, pilihan yang bagus. Karakter anda akan ditentukan secara acak dan setelah ini anda akan diantarkan menuju desa tempat ras Springgan tinggal. Semoga berhasil, Springgan]

Suara perempuan itu kembali terdengar di telingaku diiringi dengan cahaya yang sangat menyilaukan tercipta di depanku, aku sangat berharap sekali jika pengobatan ini memang benar-benar berhasil. Aku sangat berharap sekali bisa kembali menggerakan semua anggota tubuhku tanpa bantuan alat lagi.

-0-0-0-

Third Person POV

Langit biru tanpa dibatas oleh jarak dengan ditemani beberapa gumpalan awan putih layaknya kapas yang terus melayang tanpa hambatan di langit, udara yang bergerak membelai permukaan bumi beserta dengan apa yang ada diatasnya. Matahari terus menghujankan sinarnya kearah permukaan bumi membiarkan siapapun merasakan keagungannya karena dirinya merupakan raja dari siang hari dan tak akan ada yang bisa mengalahkan sinarnya sampai kapanpun.

Ini bukanlah Dunia Nyata, melainkan Dunia Virtual tempat para pemain VRMMORPG memainkan permainan yang bernama [Sword Art Online] dan [ALfheim Online].

Disamping itu, beberapa makhluk layaknya manusia dengan sepasang telinga lancip tetapi ada juga yang bertelinga kucing dilengkapi dengan sepasang sayap untuk terbang di udara yang sangat luas itu. Indikator berwarna hijau yang ada di atas kepala mereka menunjukan jika mereka adalah seorang pemain di permainan tersebut ditambah tempatnya yang sangat tenang membuat siapa saja pasti akan nyaman terus berlama-lama di Dunia Virtual itu, tetapi tetap saja Dunia itu hanya Dunia yang penuh dengan ilusi belaka.

Sebuah cahaya kebiruan tercipta di ketinggian sekitar 1 setengah kilometer dari permukaan tanah dan menampilkan pemuda bersurai pirang acak-acakan dengan pakaian atas berwarna jingga disertai bawahannya yang berwarna hitam, perlahan-lahan tubuhnya mulai tertarik oleh gaya gravitasi dunia itu karena bagaimanapun dunia itu seperti replika dari dunia nyata. Kepalanya yang berada lebih rendah dari kakinya mendongak perlahan menatap hamparan pepohonan yang sangat banyak di bawahnya, sepasang matanya yang berwarna biru laut itu membulat sempurna ketika menyadari jika dirinya berada jauh di atas permukaan tanah.

"Sialan! Kenapa malah dimunculkan di atas langit seperti ini?" tanya sosok itu entah kepada siapa sementara pandangannya masih saja terpaku pada permukaan tanah yang sangat luas itu "Tapi...," dia bingung harus melakukan apa sekarang, tubuhnya sedang terjun bebas dari ketinggian yang bisa membuat manusia biasa mati dengan sangat mengenaskan. Bukannya perasaan takut yang dia keluarkan, dia malah terlihat senang dengan senyuman kecil terukir di bibirnya seolah sosok itu menikmati apa yang terjadi padanya saat ini.

"Jadi, beginikah rasanya jatuh dari langit? Sangat mendebarkan," ucapnya dengan nada senang, salah satu hal yang tak pernah ia rasakan di Dunia Nyata ternyata dapat ia rasakan di Dunia Virtual ini. Jantungnya yang terus berdebar memompa darah yang ada di dalamnya untuk menyebarkan darah itu ke seluruh tubuh lebih cepat dari biasanya, kecepatan tubuhnya semakin bertambah seiring berjalannya waktu dan berkurangnya jarak antara dirinya dan permukaan tanah.

"Yuhu! Ini sangat menyenangkan!" teriaknya kegirangan dengan kedua tangannya yang mulai merentang di sisi kedua tubuhnya, dia sedikit terkejut ketika dirinya bisa merasakan tangannya bergerak kembali setelah sekian lama dirinya tak bisa merasakan sensasi seperti itu "A-aku... Aku bisa bergerak lagi," ucapan takjub keluar dari mulut sosok itu dengan kedua tangannya yang terbalut dengan sarung tangan hitam tanpa jari, kedua tangannya mengepal lalu terbuka kembali untuk memastikan jika dirinya memang bisa menggerakannya dengan leluasa.

"Ahahaha!"

Sosok pirang itu tertawa dengan penuh rasa senang ketika merasakan dirinya memang bisa mengkoordinasikan semua tubuhnya dengan leluasa, dia berusaha untuk menggerakan anggota badan bagian bawahnya agar sesuai dengan posisinya. Salah satu kakinya ia letakan lebih tinggi daripada kakinya yang lain ketika dirinya mengetahui jika jarak antara dirinya dengan permukaan tanah itu tidaklah jauh lagi "T-tapi jika aku mati bagaimana?" masih ada rasa cemas diantara rasa senangnya yang menggunung itu.

Step!

Krak!

Sensasi padat terasa di telapak kakinya yang sudah dibalut sepatu berwarna hitam dengan alas telapak kakinya yang lumayan tebal "Itu bukan tulangku yang patah, ya 'kan?" tanya pemuda itu entah kepada siapa lagi menandakan jika dirinya sedikit khawatir dengan tubuh bagian bawahnya yang mendarat lebih dulu di tanah, kepalanya menatap ke bawah dimana salah satu kakinya berlutut diatas permukaan tanah yang menampakan retakan laba-laba berukuran sedang. Dia sedikit bingung kenapa tanah yang padat itu bisa retak karena kakinya, bukankah seharusnya tubuhnyalah yang mendapatkan akibat yang sangat fatal.

Matanya sedikit melirik kearah pojok area pandangannya dan melihat nama 'Naruto' sudah muncul disana disertai dengan bar Health Point berwarna hijau serta Mana Point berwarna biru di bawahnya, tubuhnya mulai terangkat perlahan menandakan dirinya sudah berdiri dengan benar menggunakan kedua kakinya "Perkenalan yang sangat mengerikan," komentarnya setelah merasakan bagaimana mendebarkannya jatuh dari langit sejauh itu.

"Heh? Dimana desanya?" ucap pemuda itu sambil memandang sekitarnya yang hanyalah rimbunan beberapa pohon yang lumayan besar dengan sinar matahari yang menerobos dari celah daun-daunnya, sepertinya sistem sudah salah memindahkan dirinya. Seharusnya dirinya berada di desa yang ditinggali ras Springgan tapi dia malah dijatuhkan dari atas langit di tengah hutan belantara seperti ini 'Sepertinya aku harus mencarinya sendiri,' ucapnya dalam hati ketika mengetahui tak ada tanda-tanda pemain lainnya yang bisa ia tanyai.

"Baiklah, kita coba yang selanjutnya," ucapnya dengan nada senang, jari telunjuk dan jari tengahnya saling berdekatan satu sama lain lalu mengusap udara kosong yang ada di depannya hingga menampilkan layar bergambar dirinya disertai beberapa bulatan berwarna putih dengan lambang tertentu seperti Inventory/Equipment, Friends/Guild, Communications, Maps/Quests dan Setting/Main-Menu dan dari bulatan putih itu juga terdapat beberapa sub-menu tertentu.

"Lebih baik aku lihat saja senjata dulu," gumamnya lalu menekan Menu Inventory/Equipment dan menampilkan sub-menu yaitu Skills, Equipment dan Items. Jari tengahnya menekan kembali menu Equipment kemudian menu Weapon dimana senjata tipe apa saja akan tersimpan disana jika memang dirinya memiliki senjata. Deretan kotak persegi panjang dengan tulisan bertuliskan tiga tanda tanya tercipta di depannya, tangannya bergerak mengusap kotak-kotak itu dari bawah ke atas untuk melihat dan memastikan jika dirinya memang tak memiliki apapun untuk mempersenjatai dirinya.

Pemuda itu sedikit terkejut ketika usapan kelimanya dia menemukan sebuah tulisan di dalam salah satu kotak persegi panjang itu "Holy King's Sword?" ucap Naruto sambil mengeja tulisan yang ada di dalam kotak tersebut, jarinya kembali menekan tulisan tersebut. Cahaya kebiruan muncul di belakang punggungnya lalu digantikan pedang disertai dengan sarungnya dan menu yang ada di hadapannya langsung menghilang begitu saja, tangan kanannya mulai terulur ke belakang punggungnya kemudian memegang gagang pedang yang terbuat dari besi menyebabkan rasa dingin di telapak tangannya yang tertutupi kain sarung tangan.

Dengan perlahan namun pasti, dia menarik pedang tersebut dari sarungnya "Pedang ini cukup berat juga ternyata," keluhnya dengan tangan kanannya berusaha mengimbangi berat dari pedang tersebut, besi keperakan yang terlihat sangat tajam hingga memantulkan bayangan dirinya serta sedikit bergerigi hampir berdekatan pada ujungnya dengan kombinasi warna emas dan hitam pada ujungnya. Dirinya baru menyadari jika rambut, wajah, mata dan lainnya tak berubah sama sekali kecuali telinga lancipnya, padahal menurut sistem tadi karakternya akan ditentukan secara acak.

"Apa sistemnya rusak? Atau sedang ada bug? Sampai-sampai baju kupakai ini berbeda sekali dengan Springgan lainnya," pemuda itu berusaha memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi padanya.

Pertama, dia dijatuhkan diatas hutan belantara bukan desa tempat tinggal Ras Springgan. Kedua, dia menemukan satu pedang dalam Inventory-nya dan dia yakin jika senjata yang ada dalam genggamannya ini memiliki level yang sangat tinggi, rasanya dia pernah melihat pedang yang ada dalam genggamannya tetapi ia tak tahu kapan dan dimana. Lalu yang terakhir, tubuh karakternya sama persis dengan tubuhnya yang ada di Dunia Nyata dan dia memakai pakaian jingga sesuai dengan yang diinginkannya ketika pembuatan karakter tadi. Itu terasa sangat aneh baginya.

Cling!

Mata biru laut itu melihat bayangan sebuah besi melengkung bergerigi lumayan tajam mengeluarkan kilauan cahaya dari pedang yang digenggamannya, ia juga bisa merasakan jika di belakangnya saat ini terdapat sesuatu yang bisa mengancam dirinya 'Sepertinya ini pertarunganku yang pertama,' ucapnya dalam hati.

Katchin!

Pemuda pirang itu sudah menahan dua besi melengkung dari Belalang Sembah Besar yang sepertinya ingin memangsanya, jika saja dirinya terlambat membalikan diri dan memblokir dua besi tajam itu, ia yakin jika punggungnya akan menjadi sasaran dua besi tajam dari belalang sembah besar di hadapannya sekarang. Bunga api berskala kecil terus tercipta dari gesekan ketiga besi itu, baik Naruto maupun belalang sembah itu berusaha melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Trank!

Pemuda pirang itu berhasil memenangkan kompetisi saling dorong itu lalu mendorong kedua besi tajam itu agar menjauh dari hadapannya membuat tiga pasang kaki itu melangkah beberapa kali ke belakang, tapi belalang itu tak kenal dengan kata menyerah dan kembali berniat menyerang orang yang ada di hadapannya. Kakinya melangkah dengan cepat kearah pemuda pirang yang sudah menyiagakan dirinya, salah satu tangan yang dilengkapi dengan besi tajam melengkung itu mulai terangkat lalu menghujam kearah Naruto dengan kekuatan penuh.

Krak!

Serangga besar itu terlihat keheranan ketika tangannya tak berhasil dan malah menancap pada permukaan tanah tempat berpijak sasarannya, belalang sembah itu berusaha menarik tangannya agar besi itu bisa terbebas dari permukaan tanah yang menahannya. Pandangannya terus berfokus pada tangannya yang masih menancap itu tanpa memperhatikan orang yang menjadi sasarannya.

Cut!

Naruto berhasil memanfaatkan keadaan dengan menggunakan pedangnya itu untuk memotong lengan milik belalang sembah itu hingga salah satu senjata yang mempersenjatai dirinya berkurang satu, ini akan lebih memudahkan dirinya untuk mengalahkan belalang besar yang ada di hadapannya.

Buzzz!

Pyar!

Besi dan sebagian lengan dari belalang sembah itu menghilang menjadi serpihan layaknya cermin yang pecah membuat belalang sembah itu juga berteriak kesakitan diiringi dengan HP bar-nya yang berkurang sekitar sepertiganya, matanya yang berwarna hijau dengan pupil berwarna hitam itu menatap tak suka kearah Naruto. Dengan amarah karena salah satu lengannya terpotong, belalang itu kembali merangsek maju dan kembali menyerang Naruto menggunakan tangannya yang tersisa dengan pola membabi buta tetapi kebanyakan belalang itu berusaha memisahkan kepala atau salah satu kaki Naruto dari tubuhnya seperti yang sudah dilakukan oleh pemuda pirang itu.

'Gerakannya menjadi lebih cepat dibandingkan tadi,' ucapnya dalam hati dengan tubuhnya yang bergerak menghindari setiap tebasan dari besi yang siap memotong salah satu anggota tubuhnya, serangga itu memang tak pernah rela jika ada salah satu tubuhnya yang terpotong.

Sleb!

Besi melengkung itu berhasil melakukan tugasnya walaupun tak sesuai dengan keinginan dari pemiliknya, garis berwarna merah dengan pola diagonal tercipta di dada pemuda pirang tersebut membuat HP milik Naruto berkurang perlahan hingga menyentuh angka 475/500 menadakan serangan dari serangga itu menyebabkan damage yang lumayan besar.

"Sial, aku harus berhati-hati dengannya," ucap Naruto sambil memperhatikan garis berwarna merah yang perlahan-lahan menghilang dari tubuhnya, meskipun tertebas oleh serangga itu tetapi dirinya tak merasakan rasa sakit sedikitpun. Pandangannya kembali terarah pada belalang sembah yang sepertinya tak akan melepaskannya begitu saja, besi yang ada di tangannya terangkat perlahan lalu menimbulkan suara yang lumayan mengganggu menurut Naruto "A-apa itu?" tanya Naruto ketika besi melengkung milik belalang sembah itu bersinar.

"Jangan-jangan itu..."

Swush!

Belum sempat dirinya menyelesaikan perkataannya, dia dikejutkan oleh belalang sembah besar yang sudah berlari berkecepatan yang lumayan gila menurutnya dengan besi tajam yang diposisikan mendatar sebatas pinggang Naruto. Sepertinya dia benar-benar ingin menghabisi pemain baru yang ada di depannya hingga terpotong menjadi dua, dia tak akan membiarkan peri dari ras Springgan itu melarikan diri darinya.

"Tsk! Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Naruto pada dirinya sendiri, otaknya langsung tersambung dengan apa yang dilihatnya tadi ketika belalang sembah itu mengeluarkan Sword Skill-nya, tapi dengan jarak yang mulai menyempit ini dia tak mungkin mengeluarkan Sword Skill-nya atau dirinya akan terbagi menjadi dua.

Swift!

Pemuda itu berhasil menghindar dengan cara melompati kepala dari serangga besar tersebut dengan kata lain dirinya selamat dari senjata milik belalang itu "Ini saatnya," ucapnya dengan tubuhnya yang masih melayang diatas tubuh serangga hijau besar itu, kelopak matanya terpejam berusaha berkonsentrasi.

Shiiiine!

Cahaya keperakan menyelimuti pedang yang ada di tangan Naruto ditambah dengan suara sistem dengan nada lumayan nyaring, bola mata biru laut itu kembali terlihat dengan sorotnya yang mulai serius kearah tubuh belalang sembah yang ada di bawahnya "Terima ini!" ujarnya dengan sedikit berteriak lalu memutar tubuhnya searah dengan jarum jam.

Sleb!

Cut!

Tap!

Pemuda itu berlutut dengan salah satu kakinya ketika tubuhnya kembali menyentuh tanah, tangan kanannya yang memegang Holy King's Sword itu terangkat ke belakang dengan tatapannya yang lurus ke depan.

Pyar!

Suara seperti kaca yang pecah itu kembali terdengar di telinganya diiringi dengan menghilangnya belalang sembah besar yang menjadi lawannya, pemuda pirang itu kembali berdiri dengan kedua kakinya lalu menolehkan kepalanya ke belakang untuk memastikan jika lawannya sudah musnah. Serpihan-serpihan seperti pecahan kaca kebiruan menguap ke langit lalu menghilang tanpa bekas, senyum gembira terpasang di bibirnya "Akhirnya aku bisa mengalahkannya," ucap Naruto senang.

Menu Result berlatar belakang putih muncul di hadapannya menampilkan hasil yang ia dapat karena telah mengalahkan 'The Giant Flying Mantis' itu.

[Exp: 100, Guld: 300 dan Item: 3]

Setidaknya itulah yang tertulis dalam menu tersebut, rasa bangga membucah di dalam hatinya ketika melihatnya. Dia mengalahkan serangga besar itu hanya dengan 2 tebasan dan mendapatkan serangan balasan satu kali dari serangga itu dalam pertarungan pertamanya, tapi tubuhnya berhasil menghindari serangan demi serangan membabi buta yang dilancarkan oleh belalang sembah itu seperti tubuhnya memang terbiasa dengan serangan secepat itu.

"Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja," gumam Naruto dengan tangan kanannya yang sudah mengembalikan pedang miliknya ke dalam sarung yang terletak di punggungnya, kepalanya menoleh ke segala penjuru mata angin seperti sedang mencari sesuatu "Kalau tidak salah saat jatuh tadi aku melihat sebuah desa kecil di sebelah timur, mungkin aku bisa membeli sesuatu dengan...," dia menggantungkan kalimatnya lalu membuka Menu Stats "...5300 Guld, cukup sedikit tapi tak apa, aku bisa mencarinya lagi" lanjutnya.

Semua menu yang ada di hadapannya menghilang dengan sendirinya, Naruto mulai melangkahkan kakinya menuju arah timur hutan tersebut lalu menghilang diantara rerimbunan pohon di Hutan tersebut. Tanah tempat pertarungan Naruto tadi sudah kembali seperti tempat itu tak mengalami kejadian yang terjadi beberapa detik yang lalu, udara yang terus bergerak seperti menyapu jejak dari pemain bersurai pirang itu agar tak ada satupun orang yang tahu kearah mana orang itu berjalan.

[To Be Continued...]

Yo, bertemu lagi dengan saya dengan cerita yang baru ini.

Mungkin saya hanya ingin menjelaskan alur yang diambil oleh saya dalam NarutoxSAO ini. Jadi, alurnya diambil setelah Arc [Mother's Rosario] pastinya para pembaca sekalian sudah tahu tentang Arc itu 'kan. Jika kalian menemukan kejanggalan dari tulisan ini mohon dimaafkan dan beritahu saya agar diperbaiki secepatnya, saya sangat senang jika ada yang mengingatkan.

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita saya ini.

Kritik dan sarannya sangat ditunggu sekali.