Curhatan John Watson

by Nakashima Eru

Sherlock BBC ©Steven Moffat and Mark Gattis

Sherlock Holmes © Sir Arthur Conan Doyle

Rate T

Friendship

Drabbles

.

.

.

Aku memang menderita trauma. Kakiku memang cedera. Dan kedua hal itu disebabkan oleh tugasku di Afghanistan sebagai seorang dokter tentara. Tapi, apakah kedua hal tersebut mampu meluluhkan hati seorang teman sekamar yang mengaku berprofesi sebagai satu-satunya detektif konsultan di seluruh dunia ini? Tentu tidak. Dia hanya mengandalkan logika dan rasional dalam hidupnya. Tidak ada istilah 'perasaan' dalam kamusnya, yang dia sendiri berkata bahwa hal itu hanyalah 'human error'. Namun, entah kenapa, aku tidak pernah kesal (dengan artian yang sebenarnya) atas perlakuannya terhadapku.

Seperti pagi ini. Tepat pukul 08.00 Mrs. Hudson menyiapkan sarapan. Aku masih di tengah pekerjaan berganti pakaian dari handuk setelah mandi saat induk semang setia kami tersebut menjerit dengan volume melengking. Aku pun keluar kamar dengan kondisi yang acak-acakan.

"Oh My God, apa-apaan ini?!" aku, yang notabene sang penghuni flat bahkan tidak tahu kalau di meja makan, ya, di meja makan kami, ada potongan-potongan tubuh manusia yang terlihat masih segar.

"Tenang, John. Itu hanya untuk sebuah penelitian. Aku baru mendapat objek sempurna itu tadi malam dari Molly." Sherlock keluar dari kamarnya masih mengenakan piyama tidur.

"Oh, Sherlockku yang lucu, seharusnya kau tidak mengadakan penelitian mayat di dalam flatmu yang mungil ini." Timpal Mrs. Hudson.

"John tidak pernah protes mengenai hal ini, jadi aku merasa berhak menggunakan flat ini sebagai laboratorium pribadi."

"Oh, John apa kau merasa tidak terganggu? Apa kau juga suka bermain mayat?" Mrs. Hudson menatapku dengan khawatir.

"Tentu saja aku tidak begitu. Asalkan dia mau membereskan semua dan mengembalikan mayatnya kepada Molly, kurasa itu tidak masalah. Dia melakukannya demi ilmu pengetahuan."

"Ok, John, untuk mengawali sarapan kita, kau bersihkan potongan mayat itu, masukkan saja ke dalam kulkas agar tetap segar saat kuteliti nanti." Sherlock pun menggeloyor ke kamar mandi.

"Sherlock, maksudku tidak keberatan bukan untuk tugas menggotong potongan tubuh manusia ke kulkas—"

"Pindahkan saja John, atau kau mau seorang wanita tua terus-terusan membawa nampan berisi makanan kita di pagi secerah ini?"

Tanpa berkomentar lagi aku pun memindah potongan-potongan tubuh manusia itu ke dalam kulkas karena saat kulirik Mrs. Hudson, ia kelihatan semakin pucat.

TBC

A/N: Semoga bisa berlanjut. Ehehe.