The Disastrous Life Of Saiki Kusuo by Asou Shuichi
An Appeal by Nakashima Eru
.
.
Hari itu tidak begitu cerah. Namun juga tidak mendung. Hanya saja langit terlihat kelam.
Hari itu pertama kali Saiki menyentuh wajah Teruhashi Kokomi. Wajah bak porselin milik seorang model cantik jelita yang selama ini diam-diam ia menyukainya.
Saiki menyisirkan pelan jari-jarinya menelusuri seluruh lekuk wajah di hadapannya. Tak ada protes dari pihak penerima perlakuan. Sang pemilik wajah hanya diam sama sekali tidak memberi balasan.
Namun Saiki tetap melanjutkan. Ia menunduk, membuat wajahnya dan wajah Teruhashi saling berdekatan. Senyum tulus semakin jelas terlihat di wajahnya yang dikenal selalu datar. Inilah pertama kali ia menampakkan ekspresi kelembutan.
"Kokomi…." Saiki berbisik pelan. Ibu jarinya menelusuri bibir manis yang tersaji di hadapan.
"Aku mencintaimu." Sebuah kecupan. Singkat. Dan ringan.
"Kokomi…" kecupan lagi. Kali ini dengan lumatan. Namun lembut dan tanpa paksaan.
"Kumohon…." Saiki menempelkan dahinya ke dahi Teruhashi. Hidung merekapun juga saling bersentuhan.
"Jangan mati…." Lalu sebuah tangisanpun mulai terdengar dari seorang yang selama ini selalu menyembunyikan emosi.
"Menangislah. Sepuasmu." Kuusuke, sang kakak, mendekat dan menyentuh pundak adiknya sebagai salah satu bentuk simpati.
"Kakak, apa kekuatanku ini tidak bisa untuk menghidupkan orang mati?" Saiki mengajukan pertanyaan di tengah senggukan.
"Sayangnya tidak." Jawab Kuusuke pelan. Sepelan gerakan api lilin yang dengan lembut menerangi ruangan.
.
.
.
FIN
TERIMAKASIH BANYAK TELAH MEMBACA
