.
.
You want to stay far away from me? It's impossible
You make Jung YunHo crazy for you, and now you want to escape?
Jung Yunho!
I don't care... If I can see you every single day, I'll pay any price for it..
I already addicted to you, Shim Changmin
.
.
.
Author Ela_JungShim presents
An Alternate Universe FAN-FICTION
"Addicted"
Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)
Rate : T
Length : 1 of ?
Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK/TVXQ/ToHoShinKi
Fanfction ini Ela adaptasi dari Drama Web Series dengan judul yang sama "Shangyin / Addicted(Heroin)" yang di angkat dari novel Cina yang berjudul sama.
Warn : TYPO's!
This is HOMIN Fanfiction. Jadi pair utamanya adalah HOMIN. Bagi yang tidak suka, silahkan angkat kaki dari fanfic ini.
.
.
.
.oOHOMINOo.
.
.
.
.
"Hoaaaahhhmmmm..."
Pagi itu, di kediaman Shim, seperti biasa sang putra satu-satunya mulai terbangun ketika matahari mulai membuat kamarnya yang semula gelap menjadi terang-benderang.
Keluar kamar, ia segera menuju ke keran air di luar kamarnya dan mulai menggosok giginya.
"Pagi, Appa." sapanya ketika melihat sang ayah yang tengah menyapu lantai rumah mereka.
"Pagi, Changmin-ah," balas sang Ayah yang kembali melanjutkan kegiatannya menyapu lantai.
Menyalakan air keran untuk membilas mulutnya saat menggosok gigi, pandangan mata bulat Changmin tertuju pada sebuah benda yang ada di selokan. Menyipitkan mata bambi-nya, Changmin mengamati benar-benar sebuah kain berwarna biru tua yang begitu familiar... yang seingatnya pernah menempel di bagian tubuh bawahnya.
Kedua mata bambi itu membulat sempurna mengenali benda miliknya yang kini berada di selokan, bercampur dengan kotoran lainnya. Ia mengambil sebuah kayu kecil untuk mengangkat benda tersebut dan mengamatinya dengan seksama. Benar saja!
"Appa! Kenapa celana dalamku ada di selokan?!" protesnya kesal melihat celana dalamnya yang seharusnya bersih dan tersimpan di lemarinya, kini begitu kotor dan bau karena sudah tenggelam dalam selokan.
"E-eh? Be-benarkan? Masa sih Changmin-ah?" sahut sang ayah yang mengamati jemuran cuciannya pagi-pagi butatadi.
Changmin menyipitkan mata dengan kesal sambil menyodorkan ujung kayu-nya.
"Lalu ini apa?" tuntut Changmin sebal.
Sang ayah mengamati kain celana itu, "Tidak mungkin," gumamnya bingung. "Ah, itu pasti masih ada di dalam ember ketika appa membuang air kotor ke selokan."
Changmin menghembuskan nafasnya mendengar jawaban sang ayah. Dengan penuh kekesalan ia melemparkan kembali celana dalamnya itu ke selokan. "Appa, aku hanya punya 3 celana dalam saja. Dan sekarang hanya tinggal dua karena ulahmu!"
"Yah! Yah! Changmin-ah! Kenapa kau lempar kembali celana dalamnya ke selokan?" seru sang ayah yang langsung cepat mengambil kembali celana dalam Changmin. "Kalau dicuci, ini masih bisa digunakan lagi Changmin-ah."
Changmin menatap ayahnya dengan tatapan datarnya, dan berucap "Gunakan buat Appa sendiri saja!" untuk kemudian melangkah masuk ke dalam rumah dengan wajah masam.
"He-hei, Changmin-ah! Changmin-ah..."
Sang ayah kemudian hanya menatap celana dalam kotor itu, sambil bergumam, "ah, terbuang sia-sia.." sebelum akhirnya membuangnya kembali ke selokan.
.
.
.
Beberapa saat kemudian, dengan seragam yang sudah terpasang rapi, Changmin berjalan keluar. "Aku berangkat dulu."
"Oke, hati-hati Changmin-ah."
Keluar dari rumah, Kyuhyun, dengan sepeda di tangannya sudah bersiap menunggu sahabatnya itu.
"Hey, Changmin-ah." sapa namja yang hanya berselisih beberapa hari saja darinya itu.
"Hmm.." balas Changmin dengan malas.
"Hey, tadi malam itu, kenapa kau memutuskan telepon sebelum meneruskan kalimatmu?" tanya Kyuhyun penasaran. "Apa yang ingin kau katakan?"
Changmin mengambil nafas dalam sebelum mengucapkan kalimat yang dari semalam mengganggu hati dan pikirannnya. "Umma-ku... akan menikah."
Kyuhyun langsung menghentikan langkah dan menarik tangan Changmin. "Tunggu, tunggu! Tunggu dulu, Changmin-ah. Kau... kau punya Umma?"
Changmin memandang sahabatnya itu dengan aneh. "Kau pikir Appa-ku itu amuba? Yang dengan membelah diri bisa menghasilkan aku?" sarkas Changmin. "Pabbo." gumamnya sambil melanjutkan jalannya kembali.
"He-hei! Jangan bercanda begitu. Aku serius!" kejar Kyuhyun. "Aku mengenalmu sejak kita kecil. Tapi aku tak pernah melihat Umma-mu."
"Bohong. Baru minggu kemarin Umma menghabiskan waktu di rumahku. Apa kau tak ingat? Dia kan selalu memarkirkan mobilnya di depan rumahmu."
Kyuhyun mengerutkan alisnya sambl mengingat-ingat. "Hah? Itu Umma-mu? Kenapa dia kelihatan lebih muda dari keponakanku?"
Changmin langsung menggeplak kepala sahabatnya itu. "Kau mengajak bertengkar, hah?"
"Yah!" ucap Kyuhyun sambil mengusap kepalanya. "Tidak, aku tak bercanda. Keponakanku, putri Ahra-noona baru saja lahir, tapi dia sudah punya begitu banyak kerutan di dahinya."
Changmin kembali menggeplak kepala sahabatnya itu. "Dasar bodoh! Semua bayi ya seperti itu!"
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
"Tuan Muda Yunho, persiapan pernikahan Tuan Besar sudah selesai. Jam berapa Tuan Muda akan datang besok?" tanya paman Lee, asisten yang khusus di pekerjakan untuk mengurusi Jung Yunho, sang putra dari direktur Jung, sang pemilik perusahaan besar yang bergerak di bidang mesin.
"Siapa bilang aku mau datang?" sahut Yunho dingin.
"Tuan Besar bilang ini adalah perintah. Tak bisa di tolak."
"Kalau begitu kirimkan saja bunga atas namaku."
Paman Lee menghela nafasnya. "Kenapa kau bersikap membangkang begini Tuan Muda? Nyonya Besar sudah lama meninggal, dan ini sudah waktunya Tuan Besar untuk menikah lagi. Dia tak mungkin hidup sendiri selamanya."
"Soal Umma... aku tak akan pernah bisa memaafkan Appa. Aku membencinya!"
"Tuan Muda! Anda jangan berkata seperti itu. Soal Nyonya Besar, itu adalah kecelakaan. Bahkan tim forensik juga menyatakannya seperti itu. Kenapa Tuan Muda begitu mencurigai Tuan Besar?"
Yunho langsung mengangkat tangannya. "Stop. Jangan bicara lagi. Aku punya pendapatku sendiri."
Paman Lee hanya bisa mengehela nafas mendapati tingkah keras kepala sang Tuan Muda. "Kalau begitu aku akan menjemput Tuan Muda besok pagi."
.
.
.
"Yunho-oppa~"
Yunho melirik Jesscia, dan kembali meneruskan memakan camilannya.
"Oppa, kenapa kau jadi begitu gelap?" tanya Jessica yang baru pulang dari New York dan langsung menuju ke rumah besar Yunho.
"Aku terlalu sering berenang minggu-minggu ini." jawab Yunho. Iaberdiam sebentar dan akhirnya berbicara, "Sica... Appa-ku... akan menikah besok."
"Eehh?! Kenapa cepat sekali? Lalu... apa Oppa akan datang?"
Yunho menatap kekasihnya selama 3 tahun terakhir ini. "Menurutmu, aku harus datang atau tidak?"
"Datang saja! Kenapa tidak?" sahut Jessica cepat. "Oppa harus menunjukkan kepada yeoja itu kalau Oppa adalah orang kedua yang punya pengaruh di rumah ini. Aku tak mau kalau nanti yeoja itu bertingkah seenaknya."
"Tapi... aku benar-benar tak ingin melihat mereka. Apa kau tahu? Bahkan sebelum Umma-ku meninggal, mereka sudah berhubungan dibelakang Umma. Dan apa kau tahu, dengan seseorang berstatus seperti Appa, ia tak mungkin bercerai dan menikah lagi begitu saja. Jadi... kau tahu apa maksudku kan?"
Jessica menatap kekasih tampannya itu dan berpikir. "Oppa... bukannya aku tak setuju. Tapi mungkin Oppa yang berpikir terlalu jauh saja."
Yunho menatap Jessica, dan kembali tenggelam dalam pikirannya.
.
.
.
"Yunho-yah, kenapa kau diam saja?" tanya Jung Kangho sambil menatap putra satu-satunya itu. Saat ini ia, calon istri barunya dan putranya tengah makan malam bertiga, dan putranya itu sedari tadi hanya berdiam diri saja.
"Bukannya kita memang tak boleh berbicara ketika sedang makan?" sahut Yunho santai.
"Kali ini kau kuperbolehkan bicara."
Dengan malas Yunho berdiri. "Saya tak memiliki hal untuk dibicarakan, Tuan Besar." ucapnya dengan gaya militer.
"Uhuukk! Uhuukk!" Satu-satunya yeoja disana langsung tersedak melihat tingkah Yunho. "Mi-mianhae," ucapnya malu sambil menutup bibirnya.
"Injung-ah, ada nasi di ujung bibirmu." ucap Jung Kangho sambil memberikan tissue pada calon istrinya. "Oh iya, besok kita akan menikah, jangan lupa setelah itu untuk membawa putramu untuk pindah dan tinggal disini."
Yunho menatap kedua orang disana dengan tatapan tak senang.
Kang Injung yang menyadari tatapan tak senang Yunho itu berusaha menjelaskan. "Ah, Yunho-yah. Aku punya seorang putra. Ia seumuran denganmu dan punya sifat yang mirip denganmu. Kalian pasti cocok."
Yunho langsung meletakkan sumpitnya. "Dia datang, aku pergi." ucapnya dingin.
Jung Kangho menatap tak senang pada putranya. "Silahkan. Kalau kau memang ingin pergi, pergi sekarang juga!" ucapnya keras.
Yunho langsung berdiri
"—tunggu Yunho-ah! Ah, sebenarnya putraku tak ingin pindah dan tinggal bersamaku. Dia lebih memilih tinggal bersama Appa-nya. Janganlah kau marah pada Appa-mu."
Yunho menatap tak senang pada yeoja yang merupakan mantan selingkuhan Appa-nya itu. "Dia tinggal disini atau tidak, aku akan tetap pergi dari sini!" ucapnya keras sebelum melangkah pergi.
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
"Changmin! Changmin-ah!"
Changmin melengos dan tak mempedulikan suara feminin yang memanggilnya. Ia tetap meneruskan berjalan kembali ke rumahnya. Namun tepat sebelum ia membuka piintu gerbang rumahnya, akhirnya langkahnya terhenti saat sebuah tangan menahan lengannya.
"Changmin-ah, Umma memanggilmu sedari tadi. Kenapa kau tetap berjalan dan mengabaikan Umma?" tanya Shim—ah, bukan, kembali ke nama gadisnya—Kang Injung sambil menggamit lengan putranya.
Changmin hanya menatap sang Umma yang sudah melahirkannya itu dalam diam.
"Kalau kau tak menjawab, Umma akan masuk ke dalam rumah."
Changmin membuka bibirnya, sebelum menutupbya kembali. Ia melirik mobil mewah yang di kendarai Umma-nya, dan berjalan kesana dalam diam. Menarik tangannya dari pegangan sang Umma dengan sebal.
"Changmin-ah," panggil Kang Injung saat mereka sudah berada di dalam mobil. "Umma pikir DongBang School tempatmu bersekolah itu bukan sekolah yang bagus. Umma sudah menghubungi sekolah privat berkualitas bagus. Kau bisa melanjutkan disana selama dua tahun. Setelah lulus, Umma bisa mengirimmu kuliah di luar negeri."
"Aku tak mau." jawab Changmin singkat. Tak mau membuang kata demi yeoja yang meninggalkannya semenjak ia kecil.
Kang Injung menatap putra kandungnya itu dengan sedih. "Changmin-ah, kau boleh membenci Umma. Umma memang bukan sosok Umma yang baik untukmu. Tapi kau jangan menyepelekan hidupmu. Sekolahmu yang sekarang ini tidak bagus. Kau tak punya masa depan jika melanjutkan disana. Suamiku yang baru memiliki putra yang seumuran dengamu, dan dia bersekolah di sekolah privat berkualitas bagus." Kang Injung menghela nafas dan menatap putranya. "Dan kau tak boleh kalah darinya."
Changmin hanya menatap malas pada Umma-nya. Benar-benar tak tertarik mendengar celotehannya.
"Umma tahu, Umma sudah begitu tak bertangung jawab padamu. Tapi... Umma ingin mulai mengganti semua waktu yang sudah berlalu itu mulai dari sekarang." Kang Injung terdiam, sebelum suaranya mulai parau."Changmin-ah, Umma benar-benar menyayangimu, nak... Kau masih muda, dan Umma juga belum tua. Tak bisakah kau memberi Umma kesempatan?"
"Aku sudah memberimu kesempatan saat ini. Jadi setelah ini jangan ganggu aku lagi!"
Injung cepat-cepat meraih tangan Changmin yang sudah akan keluar dari mobilnya. "Changmin-ah.."
"Oh, dan ingat, jangan pernah membicarakan soal keluarga barumu lagi di depanku! Itu membuatku kesal!" sergah Changmin yang langsung membuka pintu dan berjalan keluar. Menulikan telinganya dari suara tangis sang Umma yang dari kecil tak pernah ada bersamanya.
.
.
.
oOHoMinOo.
.
.
.
"Aku ingin pindah sekolah." ucap Yunho pada kepala sekolah tempatnya bersekolah saat ini.
"Kau mau pindah sekolah?" tanyanya bingung. "Ada masalah apa dengan sekolah privat ini, Jung-sshi? Apa kualitas sekolah ini kurang bagus menurut standarmu?"
"Tidak, tidak. Yang jadi masalah hanyalah sekolah ini terlalu dekat dari rumahku. Aku ingin pindah."
Yeoja paruh baya itu terdiam sebentar untuk berpikir. "Suamiku, menjadi kepala sekolah di suatu sekolah umum. DongBang HighSchool." gumamnya.
"Nah! Itu saja. Cepat pindahkan aku kesana."
"Tapi aku harus mengecek dulu kualitas disana. Kau tak bisa jika sekolah itu memiliki kualitas yang terlalu rendah."
"Aku tak peduli. Yang penting aku menghadiri kelas dan lulus. Urus saja semuanya secepatnya, jadi saat permulaan ajaran baru besok aku sudah bisa mulai sekolah disana. Titik." putus Yunho sebelum ia berdiri dan meninggalkan kepala sekolahnya dengan arrogant.
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
*Tulit~ Tulit~ Tulit~ *
Suara nada dering monophonic dari handphone jadul Changmin membangunkan sang pemiliknya dari tidur nyenyaknya.
"Kyu, apa sih?" ucapnya kesal. Waktu tidurnya adalah hal yang paling penting baginya.
"Yah, Changmin-ah! Ini hari pertama ajaran baru, kenapa kau masih belum muncul juga. Lima menit lagi kelas dimulai, dan kita satu kelas di kelas 27. Ayo cepat berangkat~!"
"Aku malas ah."
"Hey, ada kejutan besar di hari ini! Ayo cepat datang~!" seru Kyuhyun dengan semangatnya yang menggebu.
"Aish, iya, iya. Aku berangkat."
.
.
.
GREEEEKKKK~!
Pintu kelas terbuka dan sosok tinggi semampai Changmin memasuki ruang kelas yang sudah penuh. Dengan wajah datar cenderung malas, ia berjalan masuk. Tak menghiraukan guru yeoja yang sudah berdiri di depan kelas, dan duduk di satu-satunya kursi kosong di tempat dua kursi dari belakang.
Meletakkan tas, Changmin meregangkan tubuhnya dan menguap, untuk kemudian meletakkan kepalanya di meja. Berusaha untuk masuk kembali ke pulau kapuk favoritnya.
"Selamat Pagi semuanya. Namaku Kwon Boa, dan aku adalah guru kalian."
"Min! Changmin-ah!" panggil Kyuhyun dengan suara berbisik. Namja yang merupakan sahabatnya itu duduk tepat di sampingnya.
"Apa sih, Kyu?" kesal Changmin pada sahabatnya satu itu.
"Kau melewatkan kesempatan emas!"
"Kesempatan emas apa?"
"Lihat saja ke depan." ucap Kyuhyun sambil menunjuk ke arah guru yeoja yang sedang menulis di papan tulis.
Changmin memperhatikan wajah guru yeoja itu dengan seksama dan mendengus. "Kenapa dia mirip dengan Umma-ku?"
Kyuhyun hanya tertawa. "Kalau aku jadi dirimu, aku akan menggunakan kesempatan telatku tadi untuk meminta maaf dan bisa jadi dekat dengannya."
Changmin menatap temannya itu dengan malas. "Aku tak tertarik. Sudah diam." ucap Changmin sambil kembali menangkupkan kepalanya ke meja. Tidur.
"Ini adalah nomer teleponku." ucap sang guru yang sudah menuliskan deretan angka di papan tulis. "Aku tak pernah menyebutkannya secara umum untuk muridku. Jadi ini suatu kebanggaan tersendiri untuk kalian." ucap sang guru yang menebar senyumnya yang mempesoa, dan mendapatkan tepukan tangan dari siswa-siswinya.
Di sudut paling pojok di kelas itu, seorang siswa berwajah tampan mendengus tak percaya. "Kenapa dia begitu mirip dengan Umma tiriku?" gumamnya tak senang.
.
.
.
Setelah semua siswa-siswi maju ke depan dan memperkenalkan dirinya masing-masing, akhirnya kelas di mulai. Namun baru saja Changmin akan membuka bukunya, sang guru berdiri di samping mejanya.
"Ini adalah kartu bertuliskan nama masing-masing siswa disini. Buatkan aku daftar semua siswa kelas ini berdasarkan tempat duduk masing-masing."
Changmin hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Tak menyadari kalau beberapa siswa di kelas menatapnya dengan agak iri.
Menatap lembaran data didepannya, Changmin mulai menuliskan nama-nama murid kelas ini berdasarkan urutan tempat duduknya. Namun saat ia menuliskan nama siswa yang duduk di pojok kelas, ia mengerutkan keningnya dan menatap kartu didepannya. Tulisan siswa satu ini membuatnya bingung.
"Jung Yun...o?" eja-nya bingung. "Jung Yun...po? Aiisshh, mana ada orang dengan nama seperti ini?" kesalnya pada huruf terakhir yang tertulis dengan tulisan yang super aneh.
"Kyu? Kyuhyun-ah! Apa kau bisa membaca nama ini?" ucap Changmin sambil memberikan kartu bertuliskan nama itu pada sahabatnya itu.
Kyuhyun mengambil kartu itu dan membaca, "Jung Yun... errr... Yun po? Yun mo? Tunggu tunggu..."
Choi Siwon, lelaki yang duduk di depan Changmin dan memperhatikan interaksi di belakangnya itu langsung mengambil kertas kartu itu dari tangan Kyuhyun.
"Y-yah!" seru Kyuhyun kaget dan kesal.
"Sini biar aku yang baca." ucapnya sambil memasang pose berpikir. Tangan mengelus-elus dagunya dengan sok, dan menatap kertas di tangannya dengan wajah sok serius...yang akhirnya berujung dengan kebingungan. "I-ini bacanya—hatchiih!"
Kyuhyun yang agak mencondongkan tubuhnya ke arah Siwon langsung terperanjat kaget. "Jorok!" kesalnya pada namja sok kegantengan itu.
"Disini kan ada nomor kursinya. Datangi dan tanya langsung saja pada orangnya." ucap Siwon pada akhirnya.
Changmin hanya menggelengkan kepala, dan bergerak menuju teman sekelasnya yang duduk di pojok ruangan kelas. Karena kesal, ia mengambil buku milik siswa yang membuatnya kesulitan itu dan membuka bagian depannya.
Sama. Masih saja tulisan nama dengan ejaan huruf terakhir yang sangat aneh. Menghembuskan nafas kesal, ia meraih buku lainnya dan membukanya.
Dan hasilnya masih sama juga. Membuatnya benar-benar frustasi karena kesal.
"Apa sih yang kau lakukan?" tanya siswa pemilik tulisan aneh itu.
Dengan tatapan kesal, ia menatap siswa tersebut. "Membuat daftar duduk siswa. Sebutkan namamu."
"Jung-Yun-Ho. Apa kau ini tak bisa membaca?" ucapnya dengan nada menyebalkan.
Changmin menggeretakkan giginya kesal. "Kalau kau manusia, menulislah seperti manusia." balas Changmin sambil meletakkan buku milik Jung Yunho itu dengan gebrakan keras dan berjalan pergi. Meninggalkan Yunho yang menatap punggungnya dengan tatapan kesal dan bibir yang diketatkan.
Changmin sendiri, setelah kembali ke mejanya hanya bisa menggelengkan kepalanya saat dari ekor matanya ia kembali melihat kertas bertuliskan nama namja itu. "Jung YunHo... pabboya." sambil menggelengkan kepalanya dengan heran.
.
.
.
Seusai istirahat siang, sang ketua kelas membagikan copy dari daftar duduk siswa di kelas itu. Jung Yunho menatap kertas di depannya dan menatap huruf yang bertuliskan namanya. Tersenyum aneh, ia berdiri dan menghampiri kursi Changmin.
"Hey, kau yang menulis ini?"
Changmin yang sedang mengerjakan soal di lembaran bukurnya menghembuskan nafasnya. Gangguan.
"Apa kau ada masalah? Jika tidak, jangan ganggu aku." jawabnya dingin.
Yunho menatap namja didepannya itu dari atas hingga kebawah, sebelum dengan sengaja ia menggeser tempat Changmin. "Oh, soal yang ini. Aku bisa membantumu mengerjakannya." ucapnya sambil berusaha mengambil pulpen Changmin.
"Aish! Terima kasih, tapi tidak usah. Aku bisa mengerjakannya sendiri." ucap Changmin yang menatap kesal pada Yunho. "Ambilkan saja penggarisku."
Yunho menatap Changmin tak percaya. "Apa?!"
"Kenapa? Kau yang tadi menjatuhkan penggarisku. Jadi kau yang harus mengambilkannya."
Yunho hanya menatap Changmin degan pandangan kesal bercampur tatapan aneh, sebelum akhirnya ia membungkuk dan mengambilkan penggaris Changmin yang jatuh di lantai. Meletakkan penggaris itu dengan gebrakan keras di meja Changmin, dan akhirnya kembali ke mejanya sendiri.
Changmin yang sudah selesai mengerjakan soal-soal di buku tulisnya, beranjak pergi untuk beristirahat.
Dan seorang Jung Yunho yang melihat itu, menyeringai usil. Ia berjalan ke meja Changmin, membuka buku miliknya itu, dan merobek satu lembaran penuh berisikan tulisan rapi Changmin dan menyimpannya.
.
.
.
"Shim Changmin, keluar!" panggil Kwon Boa dari luar kelas mereka.
Changmin yang tak mengerti apa-apa hanya berdiri dan menuruti gurunya tersebut.
"Aku tak tahu kalau kau memiliki masalah denganku, atau dengan tugas yang kuberikan." ucap sang guru ketika Changmin sudah di luar kelas dan berdiri di hadapannya. "Tapi jika kau punya masalah, harusnya kau langsung bicara padaku. Tak perlu mengerjaiku seperti ini. Kau terlihat seperti siswa baik-baik, tapi yang kau lakukan ini mengecewakanku. Sekarang jelaskan padaku apa yang kau maksud dengan ini!" ucapnya keras sambil melemparkan sebuah buku pada Changmin.
Changmin yang bingung dan tak mengerti apa-apa membungkuk mengambil buku yang ternyata adalah buku tugasnya. Ia membuka cover bukunya, dan sepasang mata bambinya membulat tak percaya melihat hanya lembaran kosong disana. Dengan panik ia membolak-balik bukunya, namun nihil. Bukunya benar-benar kosong tanpa tulisan tangannya sama sekali!
"Kenapa kosong?" gumam Changmin tak percaya.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun, dan aku sudah pernah melihat keusilan seperti ini. Kerjakan ulang semuanya, dan juga tulis surat permintaan maaf!"
"Tapi sonsaengnim, aku sudah mengerjakan tugasnya. Hanya saja aku tak tahu siapa yang merobek lembaran kertasnya." ucap Changmin berusaha menjelaskan keadaannya.
Sebelah alis Kwon Boa naik dengan tak percaya. "Maksudmu, aku yang merobeknya?"
"Ani, ani. Bukan begitu maksudku sonsaengnim."
"Kau tak boleh masuk ke dalam kelas!" ucap Boa kesal dengan tingkah kurang ajar siswanya satu itu. "Berdiri di luar kelas dan renungi semua kesalahanmu!"
Changmin hanya bisa menghembuskan nafas kalah, dan berdiri di samping tembok.
Namun sebelum masuk ke kelas, sang guru yang masih kesal menuding Changmin dengan jarinya. "Jangan maim-main denganku! Ingat itu!" ucap Kwon Boa sebelum menutup pintu kelas dengan keras.
Sedangkan Changmin di luar kelas hanya bisa menatap bukunya dengan wajah berkerut bingung. 'Siapa yang sudah mengerjaiku...Jika aku menemukan orang yang merobek bukuku, akan kubunuh dia!'
.
.
.
Di dalam kelas, di pojok ruangan sana, seorang siswa berwajah ganteng itu tersenyum dengan sangat puas sambil memandangi lembaran kertas yang berisikan tulisan rapih milik Changmin.
.
.
.
.
.
.~TBC~
Halo, halooo~
Ela balik dengan fanfic baru~
/ditimpuk semua reader yangberharap hutang2 fanfic Ela di selesaikan
Jangan salahkan Ela doooonggg... Habisnya Ela nggak bisa menahan diriiiii...
Habis kena racun dari kak Angel dibikin nonton Chinesse Boys Love Web Drama yang judulnya Addicted(Heroin)[ada di youtube koq kalau mau nonton], Ela jadi ketagihan nonton, dan plotnya nggak bisa lepas dari kepala! Jadi Ela adaptasi jadi fanfic HoMin~
Tapi tenang aja, fanfic ini InsyaAllah akan sesuai ama dramanya yang cuma 15chap koq, dan kemungkinan apdetnya bisa cepet~ (doakan saja ya semuanya)
Ups, dan tolong jangan lupa review dan tinggalkan kesan/pesan kalian ya~
Last, salam, HoMin Shipper HardCore
