Mager © sakhi
Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama
Cover Art © its awesome artist
Warning: garink, modus, possibly OOC, missed typo(s)
.
Enjoy!
.
.
"Jen."
"Hngh."
"Jam?"
Si lawan bicara membuka mata malas, mengangkat pergelangan tangan kanannya hingga sejajar mata, memperhatikan jarum pendek pada arlojinya.
"Tujuh."
"TA aja yu sama Connie. Gue kok mager ya."
"Yawda."
Kemudian sepasang kelopak yang menyembunyikan manik zamrud kembali mengatup, mencoba menyusun skenario mimpi untuk yang kedua kali.
Pada akhirnya, mereka bolos kuliah—lagi. Iblis memang Jean yang semalam suntuk mengajak Eren main monopoli sehabis mereka tanding PS yang selesai pukul dua dini hari tadi. Kalau dihitung-hitung, sampai sekarang mereka baru tidur dua jam—tidak lebih, kurang mungkin.
Kalau kurang tidurnya dengan cara begini, bukan hanya asam lambung yang naik, tapi badan juga pegal-pegal dan masuk angin karena mereka hanya tidur beralaskan karpet di ruang keluarga, di depan televisi yang semalaman dibiarkan menyala demi menghindari suara-suara yang mungkin muncul di malam yang senyap. Jean dan Eren, keduanya fobia hantu.
"Kok dingin ya."
"AC-nya kali. Matiin gih."
"Mager."
"Yawda ambil selimut di kamar gua."
Sebagai tuan rumah yang baik hati, Eren akan dengan suka dan rela meminjamkan selimutnya pada Jean yang sudah dengan terpaksa mau menemaninya yang ditinggal kedua orang tua bulan madu.
"Mager. Ambilin dong."
"Yaelah, Jen. Masih juga selimut gua, belum selimut tetangga."
"Gue peluk lo aja deh biar anget."
"Homo."
"… sapiens."
Eren menolak mengakui bahwa rasanya jantungnya ingin mencelos keluar dari rongga dada, seolah sudah bosan berdiam disana, ketika lengan panjang Jean melingkar di perutnya yang berbaring menghadap kanan. Ia mengira Jean hanya main-main. Tapi Jean, sebenarnya ia tidak pernah main-main dengan apa yang ia lakukan.
"J-Jean. Gak lucu becanda lo."
Kalau mau, sebenarnya bisa saja Eren menghempas paksa tangan yang berani-beraninya menjamah tubuh perawannya itu. Sebenarnya bisa saja ia berteriak dan memulai adu mulut seperti yang sudah sering mereka lakukan. Namun tidak ia lakukan karena tepat sesenti di belakang kepalanya, terdengar dengkuran halus dan udara hangat yang perlahan menyapu tengkuknya.
Jean sudah kembali tidur. Jadi, ya sudah.
END
