A/N : Bertemu lagi dengan saya di drabbles yang sangat amat dadakan sekali pembuatannya. ChikaRikoYou!male akan menjadi sorotan utama di sini. Kenapa mereka? Yhaa.. kalau nistain mereka rasanya seperti ada kesenangan tersendiri /dirajam/ Saya juga menambahkan tokoh u's, mulai dari chapter ini dan seterusnya dan beberapa dapat di-genderbend-kan. Begitu juga buat Aqours, tapi belum tentu semua membernya.

Saa, douzo!


Brandalz!

LLSS! (cross. LL!) drabbles

.

Genre : Friendship/Humor

Disclaimer : LLSS! and LL! © Kimino Sakurako, ASCII Media Works, Klab

Warning : Sebagian genderbend!chara, typo(s), bahasa kasar, bahasa gaul dan Sunda yang nyelip, humor yang tidak memuaskan, dan tentu saja ini OOC

.

.

.

Enjoy the drabbles!

.

.


1. Meet us

Sangat terlihat sekali betapa penatnya seorang Bapak Takumi, selaku guru Kimia nan galak nan serba ribet dan—ah sudahlah. Di hadapannya kini berdiri tiga pemuda yang tampak kesal pula. Si kepala oranye mengantungi tangan, si kepala abu-abu melirik sana-sini, dan si kepala merah marun menyilangkan tangan di belakang bokongnya.

"Berdiri yang tegak dong! Laki kan?! Ayo tegak!"

Tegak seadanya, mereka bertiga langsung bergerak.

Bapak Takumi menyilangkan tangan di depan dada, "Kalian ini! Jadi contoh dong buat adek-adek kelasnya! Mana sopan-santun kalian! Pelajar 'kan?!"

"Ta, tapi kan pak kita—"

"Berani nyela bapak kamu?!"

Bertiga makin kicep.

"Pokoknya kalau hal ini terulang lagi, habis kalian di ruang BK,"

"Astaga, pak. Kita kan cuma ngobrolin game sama Bu Eli, sekalian si Riku balikkin buku."

Riku yang daritadi gagal paham kenapa dipanggil Bapak Takumi, akhirnya paham alasannya.


2. Chiaki, si berandal bego

"Astaga.. ini apaan anjrit!?"

Riku melirik buku Chiaki, "Itu persamaan logaritma. Kelas sepuluh lu belajar beginian,"

"Ih.. lu jangan ngungkit kelas sepuluh lah, itu jaman-jamannya gua bego,"

"Sampe sekarang lu juga masih bego, goblok."


3. Ryo, si berandal perenang

"Cielah, juara lagi?"

Ryo nyengir, "Yoi. Gua kan perenang handal, jangan diraguin lah,"

"Siap dah, siap. Perenang handal 'kan? Coba lu tebak renang termasuk gaya newton ke berapa?"

"Gua anak IPS, sialan."

"Kalau lu anak IPS, bisa bedain rapatan-lipatan kagak?"

Chiaki cuma ngemutin permen selagi Ryo ngejar-ngejar Riku.


4. Riku, si berandal pintar nan sialan

"Gua bingung dah kenapa otak lu encer banget. Berguru dimana lu?"

Riku seringai sombong, "Gua gak berguru dimana-mana. Ilmu gua ini datang dari keikhlasan gua buat belajar dan Tuhan yang senantiasa menemani-"

"Halah, bacot."

"Halah, manusia gak berfaedah,"

"Halah, manusia keji,"

"Halah—"

"Bilang aja iri, kampret!"


5. Nongkrong

Si trio berandalan yang selalu nongol dimana pun sudut sekolah senang sekali nongkrong di kantin dengan wajah (sok) songong, menarik kaki untuk ditekuk dan akan tertawa terbahak-bahak padahal lelucon receh. Kalau dibilang mereka tidak melanggar tata tertib sekolah. Baju dan perlengkapan sudah cukup lengkap, rambutnya dipotong pendek sedemikian yang ditetapkan sekolah. Namun tetap saja meresahkan mereka yang berlalu-lalang di kantin, bukan karena berisik. Tapi—

"Eits! Waktunya pake trap card! Dengan trap card ini, serangannya akan berbalik ke elu!"

"AAAAAAAAAA SIALAN LU!"

"AHAY! TRAKTIR ES TEH MANIS! GOOD JOB, RIKU!"

—mungkin tinggal nunggu disita Pak Takumi saja (kartunya).


6. Bangku

"Weh.. bangku kita ditempatin, cuy,"

"Sikat gak nih?"

"Sikat lah!"

"... gua gak ikutan,"

Riku dan Chiaki menatap satu sama lain, Ryo tersenyum. "Nyari tempat lain ah, mereka cewek lho. Jangan."

Lalu sinar lebay menghujam Riku dan Chiaki yang menangis terharu, Ryo memandang jijik.


7. Es Teh Manis

"Enak tuh es teh manis,"

Riku menarik es tehnya jauh-jauh, "Beli sendiri sono. Punya kaki 'kan? Punya tangan kan? Punya mata—"

"Iya iya, ini gue beli sendiri elah."


8. Mie Goreng Rendang

"Aaaaaaa laper, mak.."

Bagai ikan menapaki daratan, Ryo geletak tak berdaya di bangku depan kelas sebelas MIA dua, kelasnya si Riku. Chiaki cuma melirik, "Riku mana yak, tumben cepet banget ngilang,"

Panjang umur! Yang lagi dicariin datang dengan semangkuk mie goreng rendang di tangan, wajah Riku sumringah bukan biasa. Chiaki menatapnya kesal, Ryo—

"AAAAAAAA MIE GORENG!"

"AAAAAAAA KUTU LONCAT PENCARI MIE GORENG!"


9. BK

Kalau bukan karena Ryo tidak sengaja melempar bola basket ke kaca UKS, mereka tidak akan berakhir di ruangan BK ber-AC nan sejuk dengan Bapak Takumi berdiri sangar bak harimau mengintrogasi mangsanya.

"Pak, yang salah kan cuma Ryo—"

"Tetap saja kalian yang salah! Jam kosong kok malah main di lapangan, mecahin kaca lagi. Akhlak kalian kemana?! Belum kapok bapak marahin terus?! Gak capek bapak marahin?!"

"Yha, capek lah, pak,"

"Chiaki!"

"Ampun, pak.."

Riku mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, "Pak liat ini deh."

"Hmm?"

Foto Bu Eli sewaktu jaman kuliah dengan pakaian kasual, Pak Takumi kalah telak.


10. Tabloid

Begitu Chiaki dan Ryo keluar dari kelas sebelas IIS tiga, mereka langsung dikejutkan oleh sosok manusia pintar nan tak waras di depan kelas, sebut saja Riku.

"Ngapain lu?" tanya Ryo.

"Tabloid gua beloman dibalikkin sama Chiaki, kampret,"

"Tabloid apaan?"

"Hidayah."


11. Kacamata

"Chiaki, liat kacamata gua?"

Chiaki spontan menggeleng, "Yang pake siapa, yang nanya siapa,"

"Gak usah sewot, kan nanya,"

Riku nimbrung, "Apaan sih?"

"Kacamatanya si Ryo ilang, tau gak dimana?"

"Tau,"

"Dimana emang?"

"Yang pasti di tempat sekarang dia menghilang."

Ryo mencekik Riku spontan.


12. Botol Minum

Tumpah saja tidak, diminum pun juga belum, Riku memandangi botol air mineral yang ajaibnya air di dalamnya tinggal setengah. Kemudian Chiaki datang, kali ini sambil mengelap tangan dengan tisue.

"Kenapa, om?"

"Air gua, masa tinggal setengah? Diminum aja kagak,"

"Oh itu, tadi gua pake buat nyuci tangan. Keran di wastafel gak ada airnya,"

Chiaki disiram air mineral.


13. Bisa Kaya!

Chiaki main Bisa Kaya! itu udah berisiknya minta ampun, balap-balapan suaranya sama Ryo. Kousaka Shun juga ngikut kalau main begituan, cuma si ketua kelas sedikit lebih kalem dibanding mereka berdua. Gebrak meja, nendang bangku, seperti preman mintain uang di pasar. Kalau anak perempuannya gak ngejitakin mereka, mungkin bisa ditegur kelas sebelah yang memang ada gurunya.

"AAAAAAA BEGO!—"

bhuk!

Tulang kering kaki kanan Chiaki sukses dicium sepatu tebal salah satu murid perempuan di situ.


14. Meja

Yang namanya Ryo, ia paling nyaman duduk di atas meja. Gak tau kenapa nyaman, faktor anak nakal kali ya. Di kantin dan di kelas jika jam kosong, maka pantatnya sudah memapaki meja dengan mulus. Riku tidak suka duduk di atas meja, petuah Ibu dan Ayah sudah menjadi pedoman hidup selain Tuhan. Chiaki hanya terkadang kalau memang lagi terpaksa dan secara spontan atau tidak sadar.

"Anjay banget ye acara kemarin malem, ngakak pisan gua,"

"Yeee otak lo isinya begituan semua, paling kali-kalian juga masih ngeja."

Ryo ngakak, Chiaki jitak-jitak kepala Riku dan yang dijitaki gak mau kalah. Yang main jitak-jitakkan mendadak diam, lalu lari dari sana. Ryo shock, lho?

"Ekhem!"

Pemuda yang sempat bingung tadi menoleh ke belakang, mendapati Bapak Takumi tersenyum lebar.

"Eh, bapak. Apa kabar? Mau ikutan duduk di sini, pak?"


15. Piket

Sekarang hari Kamis, berarti sudah kewajiban Riku untuk piket sepulang sekolah. Ketika semua teman di kelas mulai berhamburan kecuali mereka yang piket, Riku sudah siap dengan sapu yang dipegangnya.

Maunya sih gitu, tapi—

"EH GECE* KENAPA! NANTI GUA DICARIIN SEKSI. KEBERSIHAN!"

—sumpah itu anak, gak pernah tobat cabut piket.

(gece : gerak cepat)


16. Internet

Seminggu ini kerjaan Riku hanya nyari wi-fi. Gak ada uang buat beli paketan, katanya. Senang menabung adalah hobinya sejak sekolah menengah pertama, bahkan dua sampai tiga celengannya yang penuh belum pernah dibelah. Cuma ya itu, kebangetan sampai gak bisa beli paketan. Chiaki mendumal, Ryo kabur duluan kalau dimintai tethering.

Suatu hari Riku beli paketan yang langsung begiga-giga, bikin ngiler kedua sahabat sialannya itu.

"Nape? Mau? Ngomong sama kaca depan koperasi,"

"Pelit lu, bangsat."


17. Siul

Siulan khas dari Ryo mengisi ruang kelas sebelas MIA dua, Riku masih mengutak-atik buku tulis sambil menggenggam pulpen dan Chiaki main ponselnya seperti biasa. Seperti medley, siulan Ryo berganti-ganti lagu sesuai keinginannya. Dan yha, Ryo kadang iseng bersiul lagu dangdut.

Membuat Chiaki joget layaknya berada di sebuah acara dangdut ternama, sementara Riku memukul-mukul meja bak gendang pengiring.

Acara dangdutan ala trio berandal gadungan terjadi begitu saja dan tanpa sadar dari balik jendela, Bu Eli merekam itu semua.


18. Pulang

"Pulang gak?"

"Gak nongkrong dulu?"

"Dimana?"

"Nongkrong di rumah gua aja. Sekalian nemenin gua belajar-"

"Gak dulu dah, Rik. Beneran dah, gak dulu."

Riku paham kenapa dua teman senasibnya ini gak pernah pinter-pinter.


19. Berenang

Kadang Ryo suka minta ditemenin berenang di kolam renang umum langganan. Chiaki dan Riku tidak pernah menolak kecuali uang sekarat, serius. Sekalian bantu latihan, katanya. Ryo lebih jago dari Chiaki, pasti. Dan Chiaki lebih jago dibanding Riku. Tapi mereka enjoy saja, masih sehat ini. Kecuali—

byuur!

—Riku sukses nendang Riku ke kolam dua meter dan Chiaki sukses nendang Riku selanjutnya.


20. Traktir

"Wuih.. duit lu tumben banyak, ki,"

Chiaki nyengir, "Tumben ye, Ryo? Gak, ini uang sisa bulan kemarin aja."

"Traktir bisa kali ah," Riku berdehem.

Chiaki masih nyengir, "Lah? Emang niatnya mau traktir bakso depan rumah Riku."

Ryo dan Riku saling pandang, lalu mengerjap dan kembali menatap Chiaki tidak percaya. "Eh? Serius?"

Pemuda berambut oranye itu menggendong tas ranselnya dan berkata, "Ayolah, kali-kali traktir kalian. Semangkok bakso gak ada apa-apanya dibanding waktu kalian buat gua,"

Ryo cengo, Riku ketawa. Tapi akhirnya mereka tetap ditraktir bakso, kali ini lebih enak karena jarang makan bakso pakai uang Chiaki. Kurang ajar emang mereka berdua.


.

.

To be continued!

.


A/N : Takumi di sini maksudnya Umi, guru muda yang memang demen sama Eli. Dua-duanya masih lajang kok, tenang. Entahlah kenapa saya lebih suka publish drabble yang ini dibanding ff lain, faktornya cuma karena stuck dan yha, lagi diusahakan minggu depan update ff dan drabbles ini. Udah dari sananya kali ya cerita dadakan akan berakhir sehat dan sebaliknya /gakah /ngacokamu/

Saran, kritik, dan saran sangat saya nantikan dari pembaca sekalian!

Sampai jumpa di fiksi-fiksi saya selanjutnya!